31 July 2011

Al Potong Rambut





Rambut Al

Bagi kebanyakan orang, memotong rambut mungkin hal yang biasa. Tapi, hal itu tidak berlaku bagi saya. Bukan saya yang malas memotong rambut, namun sungguh saya tidak rela membiarkan rambut anakku, Al, habis digerus alat cukur elektrik itu.

Al memang terlahir dengan rambut yang cukup lebat. Ahh, saya sungguh jatuh cinta dengan rambutnya. Saya suka membelai-belai rambut Al ketika ia sedang tertidur lelap. Saya suka menciumi rambutnya ketika ia sedang menyusu atau ketika kami sedang peluk-pelukan saat saya pulang kerja. Rambut Al halus, lurus, lembut dan wangi.

Saya sendiri memiliki rambut yang tipis, sementara papanya Al memiliki rambut tebal. Sewaktu hamil, ketika saya malas-malasan memakan bubur kacang ijo, Ibu sering mengancam "kamu mau rambut anak kamu tipis?" Setelah diancam seperti itu, saya akan langsung menghabiskan semangkuk kacang ijo itu. ;D

Ketika Al lahir, setelah saya keluar dari ruang operasi, hal pertama yang saya tanyakan ke Ibu saya "Gimana rambut bayiku? Tebal atau tipis, bu?" Ibu pun heboh bercerita bahwa anakku berambut hitam dan lebat. Alhamdulillah.

Rambut Al memang belum sempat dicukur. Sewaktu Aqiqah, pas hari ketujuh, Al masih dirawat di inkubator rumah sakit. Jadi, kami hanya memotong dua ekor kambing dan 'skip' prosesi potong rambut.

Ketika Al berusia 3 bulanan, rambut lebatnya mulai rontok. Cukup banyak. Selalu ada rambut halus Al di bantal, tempat tidur ataupun di air mandinya. Lama-kelamaan, kepala Al di bagian belakang dan depan atas mulai botak. Huhuhu. Tapi, saya belum rela membiarkan rambut wangi Al dipotong.

Sehari setelah Al pas berusia 5 bulan, saya akhirnya membulatkan tekad dan menguatkan hati untuk mencukur rambut Al di salon. Rambut Al sudah benar-benar rontok. Model rambutnya pun sudah tidak karuan lagi. Poni Al pun hilang bersama rambut rontoknya.

Rambut Al dipotong di Lutuye Salon Pejaten Village. Lima menit pertama, proses cukur rambut ini berjalan lancar. Al sangat tenang dan asyik memandangi wajahnya di kaca. Lima menit kemudian Al mulai gelisah. Al pun akhirnya menangis sekencang-kencangnya. Mungkin karena bosan atau gatal kulitnya terkena rambut. Butuh waktu sejam sampai akhirnya rambutnya berhasil dicukur botak.

Ternyata... berambut botak pun Al tetep saja lucu. Hihihihi.. Malah setelah botak, muka Al terlihat lebih bulat dan 'chubby'. Ya sudah, dalam beberapa bulan rambut Al pasti tumbuh lebat lagi.. Ahhh, ga sabar.... :)))

28 July 2011

Lima Bulan

Nak, sudah lima bulan usiamu. Sudah lima bulan lembar demi lembar buku hidupmu terisi. Doa Mom masih tetap sama. Semoga kamu tumbuh sehat, cerdas, tangguh, periang, jadi anak yang sholeh dan membawa kebaikan bagi banyak orang. Alairku sayang, kamu spesial dan akan tetap spesial. Semoga Allah selalu melindungimu dan memberkahi setiap nafasmu. Mom sayang Al...

25 July 2011

MPASI: Spoonfeeding vs Baby Led Weaning (BLW) Concept

Sebulan jelang pemberian MPASI pertama Al, ada hal penting yang kini terlintas di pikiran saya. Metode MPASI apa yang akan saya terapkan ke Al: Spoonfeeding ataukah Baby Led Weaning?

Menurut berbagai sumber yang saya baca, salah satunya di wholesomebabyfood, kedua konsep ini memiliki keuntungan dan kelemahannya masing-masing. Spoonfeeding concept lebih mengacu ke MPASI tradisional, yaitu kita membuatkan makanan untuk bayi, dimulai dari puree buah atau sayur yang cenderung cair, lalu bertahap menjadi lebih kental, bubur susu, berlanjut ke bubur saring, sebelum akhirnya memberikan "table food". Seperti pada umumnya, bayi pun diberikan MPASI dengan cari disuapi menggunakan sendok.

Keuntungan menggunakan metode ini, kita bisa menakar seberapa banyak makanan yang dikonsumsi bayi kita dan bisa memastikan perut bayi telah beradaptasi secara perlahan dan bertahap dengan jenis-jenis makanan yang diberikan padanya. Sementara kelemahannya, metode pemberian MPASI dengan menyendokinya ini kerapkali membuat bayi melakukan Gerakan Tutup Mulut (GTM) apabila ia sedang tidak berselera makan ataupun memang tidak suka dengan makanan yang disajikan. Bayi juga menjadi lebih lama untuk belajar makan sendiri, tanpa harus disuapi lagi.

Nah, sekarang ini muncul lah tren Baby Led Weaning (BLW). BLW mengadopsi konsep "breastfeeding as demand." Menyusui sebanyak dan selama yang bayi mau, menyusui kapan pun bayi menginginkannya. Bagi saya, konsep ini menarik dan cukup logis.

Berbeda dengan MPASI konvensional, konsep BLW tidak mengenal pemberian puree ataupun bubur. Bayi hanya diberikan makanan lembut, lalu di-mash ataupun dipotong kecil-kecil, sehingga mudah digenggam. Contohnya, wortel yang dipotong memanjang lalu dikukus hingga lembut dan siap diberikan pada bayi. Saat MPASI, bayi dibiarkan mengeksplorasi rasa dan tekstur makanannya sendiri. Bayi dibiarkan makan dengan menggunakan tangannya sendiri, tanpa perlu dibantu untuk memasukkan makanan ke mulutnya. Let your baby do all he wants. Bayi sendiri yang memutuskan kapan ia akan memulai dan berhenti makan. Kita hanya bertugas menyiapkan makanan di hadapan bayi and let him do the rest!

Banyak keuntungan menggunakan konsep BLW ini. Bayi menjadi lebih terlatih untuk menggenggam, melatih koordinasi tangan dan mulut, dan akan lebih memudahkan bayi untuk akhirnya belajar menggunakan sendok. Bayi belajar mandiri sejak awal, tak menjadi picky eater alias pilih-pilih makanan, meminimalisir GTM dan kemungkinan obesitas. Kelemahannya, kita tidak bisa menakar berapa banyak makanan yang harus dihabiskan bayi. Bagi emak-emak super higienis, konsep ini tentu saja akan menjadi a big NO! Bayangkan saja bagaimana situasinya bila bayi dibiarkan makan sendiri!

Saya sendiri belum memutuskan akan menggunakan konsep apa. Tapi, kemungkinan saya akan mencoba menggabungkan kedua konsep ini. Mungkin bisa dengan tetap memberikan puree di awal MPASI, tentu saja dengan cara disuapi. Namun, saat porsi makan Al sudah bertambah, saya akan membuat cemilan 'finger food' yang bisa digenggam dan dimakannya sendiri. Bisa atau enggaknya, yaa let see lah nanti.. hehehehe.. Cheers!

24 July 2011

MPASI Shopping Time

Sebulan lagi adalah momen yang penting. Al's first solid food alias MPASI (Makanan Pendamping ASI). Ga sabar euy mau ngeliat my baby boy merasakan makanan pertamanya.

Hehehe.. Al sih ga ngerti kalau ini momen yang penting buat dia. Mom aja yang heboh nyiapin 'peralatan perang' MPASI Al. Awalnya benar-benar 'buta'.Browsing sana-sini, khatam baca tread persiapan MPASI di www.wholesomebabyfood.com & Urban Mama, akhirnya punya gambaran tentang apa aja yang harus disiapin, makanan apa yang boleh dan ga boleh diberikan sesuai umurnya, hingga aneka resep makanan bayi. Dan sampailah di bagian yang paling menyenangkan... BELANJA!!! ;)

Here they are... Sebagian sudah dibeli, sebagian lagi akan dibeli, n ada juga yang masih dipertimbangkan.

1. Food Maker
Konon katanya ini perlengkapan utama untuk MPASI. Kebanyakan orang menyarankan pakai Pigeon Food Maker. Tapi, aku sendiri ga begitu suka produk-produk keluaran Pigeon. Kebetulan, waktu ke food hall Mall Kelapa Gading, nemuin Puku Petit Food Maker. Harganya Rp110 ribu saja. Lebih murah ketimbang keluaran Pigeon yang harganya berkisar RP170-230 ribu.

2. Feeding Set
Untuk feeding set, aku jatuh cinta sama IKEA Mata dan beli warna hijau (Rp70 ribu). Aku juga beli set IKEA Smaska (Rp70 ribu) dan bowls with lid dari Mothercare (Rp129 ribu). Lucu & warna-warni biar anakku semangat makannya.

3. Drinking Set
Pengennya sih Boon Squirt warna orange yang cute banget itu. Tapi, aku ingat sudah punya botol silicon by Nuby (belinya di Mothercare. Botolnya Rp 135 ribu, sendoknya Rp55 ribu). Selain itu, pengen juga beli Doidy cup. Ini untuk melatih bayi minum dari gelas. Harganya Rp85 ribu. Satu lagi, beli IKEA Smaska Training Beaker. Harganya Rp45 ribu saja.

4. Cubes
Sebenarnya naksir berat sama baby cubes tapi mahal booo.. Akhirnya beli kotak-kotak kecil di Food Hall MKG. Harganya Rp13 ribu dan Rp22 ribu. Tapi, setelah browsing, nemuin satu set IKEA Pruta warna hijau. Pastinya langsung pesan online for IDR 135 ribu.. :D Cubes ini gunanya untuk menyimpan puree di kulkas.

5. Ice Tray
Ice tray itu katanya sih buat bekuin kaldu. Akhirnya nemu yang bertutup di Food Hall MKG. Harganya Rp23 ribu.

6. High chair
Item yang satu ini menurutku salah satu yang terpenting. Sejak awal, aku maunya anakku disiplin saat makan. No gendong, no sambil jalan-jalan. Awalnya naksir high chair yang juga bisa jadi meja. Tapi, suami ga setuju karena ukurannya yang besar dan makan tempat. Akhirnya beli high chair Coco Latte di Ocha Baby Shop ITCK. Ada 3 tahap ketinggian, bisa reclined jadi kayak bouncer, bisa dilipat, cushion warna coklat yang cukup empuk dari bahan oscar, dan double tray. Lumayan. Harganya Rp580 ribu.

7. Slow Cooker Takahi.
Menurut testimonial orang-orang, Takahi ini cocok banget buat working mom. Tinggal cemplung bahan-bahannya malam sebelum tidur dan keesokan paginya... Jadilah bubur lembut dan wangi dengan nutrisi yang tetap terjaga. Rencananya slow cooker ini akan dibeli menjelang Al 7 bulan. Harga Takahi 1,2 lt di Ocha Baby Shop Rp330 ribu.

8. Multifunction Sterilizer and Babycook Little Giant.
Sebenarnya sih pengen beli Avent Wasabi. Karena mahal dan takutnya hanya dipakai sebentar, akhirnya menjatuhkan pilihan pada Little Giant ini. Sepertinya sih cukup canggih, sterilizer, sekaligus warmer, steamer, blender and chopper. Benar-benar multifungsi. Belum tahu kualitasnya bagaimana, tapi dicoba dulu. Penampakannya pun not bad. Harganya Rp345 ribu saja.

9. Kitchen utensils. Rencananya beli alat-alat masak MPASI di Ace Hardware, seperti pisau, talenan, sendok kayu, dan panci kecil.

20 July 2011

Menyusui yuuukkk, moms...

Siapa bilang menyusui adalah hal yang mudah? Tidak! Menyusui adalah salah satu perjuangan terberat setelah mengandung dan melahirkan bayi. Tetes demi tetes ASI yang keluar adalah sumber kehidupan si bayi kecil. Walaupun menyusui adalah proses alamiah, tapi ini benar-benar tak mudah. Butuh proses, termasuk malam-malam kurang tidur atau bahkan tak tidur sama sekali, pelekatan yang belum benar, posisi menyusui yang tak nyaman, hingga puting yang lecet.

Sudah tak terhitung banyaknya ibu yang gagal memberikan ASI ekslusif bagi anaknya. Ini bukan sekedar masalah berapa jumlah ASI yang diproduksi oleh kedua payudara, namun juga soal kurangnya pengetahuan, mindset yang salah tentang menyusui, serta gencarnya promosi susu formula. Menyusui membutuhkan komitmen tinggi. Menyusui juga membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitar sang ibu.

Sulitnya menyusui pun sempat saya rasakan. Walaupun ASI saya termasuk cukup melimpah, bukan berarti proses awal menyusui bisa saya lalui dengan mudah. Saya pun sempat merasakan puting yang lecet. Bayangkan saja, dalam keadaan yang puting yang lecet, namun anakku tetap harus disusui. Sungguh, rasanya ingin menangis saat anakku sedang menyusu.

Ketika Al berusia 1,5 bulan, saya mengalami panas tinggi, sakit kepala, dan tak bisa menelan makan. Saya hanya bisa memakan bubur karena tenggorokan rasanya sakit sekali. Dokter memastikan saya mengalami radang tenggorokan dan memberikan sejumlah resep obat. Tapi dua hari setelah ke dokter itu, saya masih tetap saja panas tinggi. Lalu, timbul bintik-bintik merah di seluruh muka dan tubuhku. Saya sungguh khawatir bintik-bintik merah itu menular pada anakku. Akhirnya, saya mendatangi dokter kulit. Menurutnya, saya terkena virus, semacam campak tapi bukan campak. Hal ini disebabkan kecapaian yang teramat sangat. Dokter menegaskan, obatnya cuma satu, ISTIRAHAT.

Ya, sejak Alair ada, saya hampir-hampir tidak pernah bisa tidur sebelum subuh. Tidur pun hanya dua atau tiga jam sehari. Saya bersikeras menyusui Al dengan posisi duduk menggendong. Saya memang sungguh kelelahan.

Kondisi sakit tersebut akhirnya berpengaruh ke produksi ASI saya. Yang biasanya sekali memerah saya bisa mendapat sebotol Avent wideneck atau sekitar 260 ml penuh, ketika sakit, sekali memerah saya hanya bisa membasahi pantat bontol, sekitar 20 ml saja. Dengan ASI yang sedikit, anakku pun menjadi rewel dan terus-menerus menangis. Buang air kecil dan besarnya pun menjadi sangat sedikit. Sedih dan stres dengan kondisi ini semakin menurunkan produksi ASI saya.

Tapi, saya tidak mau terlarut dalam kondisi ini. Saya harus bangkit dan berjuang untuk sehat demi anak saya. Saya mulai memaksakan diri untuk makan nasi lengkap, minum susu dan berbagai suplemen. Saya juga meminta suami untuk gantian menjaga Al di malam hari sehingga saya bisa istirahat. Alhamdulillah, setelah seminggu, kondisi mulai membaik.

Beruntunglah kita yang menyusui di jaman sekarang. Pengetahuan tentang ASI telah berkembang pesat. Dulu, tak ada istilah ASIP (ASI Perah), tak ada pengetahuan tentang penyimpanan ASIP, tak tersedia berbagai jenis pompa ASI (manual dan elektrik), yang ada hanyalah pompa ASI yang berbentuk bohlam karet merah, yang sebenarnya tak steril bila diberikan pada bayi. Dulu, ASI yang berlebih dibuang begitu saja karena ibu tak tahu bahwa ASI bisa diperah dan disimpan dalam batas waktu tertentu.

Tak seperti sekarang, kantor-kantor dulu tak ada yang menyediakan nursing room. Pekerja bahkan tak diberi waktu untuk memerah ASI. Memerah ASI kerapkali harus dilakukan sembunyi-sembunyi di toilet. Sementara, anak yang ditinggal di rumah, terpaksa mendapat susu formula. Walaupun sekarang masih banyak pekerja belum mendapatkan haknya untuk bisa memerah di sela-sela jam kerja, namun secara umum, kondisinya jauh lebih baik ketimbang 10 atau 20 tahun lalu.

Ya, sekali lagi, menyusui bukanlah hal mudah! Namun, dengan situasi yang lebih baik, para ibu harus berjuang semaksimal mungkin untuk memberikan ASI pada bayinya. Susu formula semahal apapun tidak akan pernah bisa mengganti manfaat yang terdapat di setiap tetes ASI. Perjuangan para ibu untuk memberikan ASI pastinya akan terbayar dengan tumbuh kembang si buah hati. Saya yakin, anak ASI akan jauh lebih sehat, lebih cerdas, lebih imun terhadap penyakit, serta memiliki ikatan kasih sayang yang lebih kuat dengan sang ibu. That's priceless!! :)

ASI Untuk Anakku Al

Waktu berjalan sangat cepat. Tak terasa, Al sudah hampir berusia 5 bulan. Alhamdullillah, sampai saat ini Al masih ASI ekslusif. Bila semua berjalan lancar, dalam waktu kurang dari 40 hari lagi, anakku akan menjadi seorang sarjana ASIX. Semoga ia tumbuh semakin besar, cerdas, dan memiliki imunitas yang kuat.

Aku berharap bisa menyusui Al sampai usianya setidaknya 2 tahun. Aku ingin menyusui Al sampai akhirnya ia sendiri yang memutuskan untuk berhenti. Weaning with love.

Menyusui adalah hak dan kewajiban bagi seorang ibu. Sementara bagi anak, menyusui adalah hak penuhnya, tak bisa diganggu gugat. Setiap anak berhak mendapatkan nutrisi sempurna dari ASI.

Bagiku, menyusui dan memerah ASI memberikan kebahagiaan tersendiri. Tak ada beban sedikitpun. Walaupun harus mencuri-curi waktu di sela-sela pekerjaan, tapi selalu kusempatkan diri untuk memerah dua kali sehari di kantor. Ada kepuasan tersendiri bila pulang ke rumah dengan membawa dua botol penuh ASI perahan dari kantor. Itu berarti stok susu Al 'aman' buat besok. Sepulang kantor, kuusahakan kembali memerah sekali atau dua kali lagi di rumah.

Sebulan sebelum masa cuti melahirkanku habis, aku juga rutin memerah. Ketika 1 Juni 2011 lalu aku resmi kembali bekerja, freezer yang khusus aku sewa, sudah terisi penuh stok 90 botol ASIP di freezer. Insya Allah, aku pun optimis, Al bisa lulus ASI ekslusif.

Aku berharap ASIku akan tetap melimpah sehingga bisa mencukupi kebutuhan Al. Berbagai usaha pun kulakukan, mulai dari pijat payudara, minum habbatusauda, sari kurma, susu kedelai, susu menyusui untuk memastikan ASIku tetap banyak.

Memberikan ASIX adalah komitmenku dengan diri sendiri, dengan suami, dan tentu saja dengan anakku. Walaupun butuh perjuangan, walaupun lelah, walaupun kini stok ASIP di freezer sudah mulai menipis, tapi aku akan berusaha untuk memenuhi komitmen itu.

ASIX akan menjadi bekal utama anakku untuk tumbuh sehat. Semoga cinta dan segala usahaku dalam menyusui terasa di setiap tetes ASI yang membesarkan Al. Kita berjuang sama-sama, nak.. Mom sayang Al..

Cilandak, 19 Juli 2011

Dilema

Ingatanku melayang ke belasan tahun lalu. Terekam dengan baik di memoriku, nikmatnya wangi makanan yang masih hangat tersaji di meja makan sepulang aku sekolah. Ibu menunggu di pintu, menyuruh kami segera berganti pakaian, lalu makan. Ibu juga wangi sekali. Biasanya ibu baru saja selesai mandi. Aku ingat wangi hand body yang digunakannya. Losion berwadah putih bergambar sapi, aku tak ingat mereknya.

Ibuku seorang ibu rumah tangga yang baik. Masakannya hebat. Ibu selalu berada di samping anak-anaknya, apapun itu kondisinya. Menjadi garda terdepan bila anak-anaknya bermasalah di sekolah. Ibu selalu seperti itu, bahkan hingga kami sebesar ini.

Meski ibu tak lagi wangi losion berwadah putih & bergambar sapi, tapi ia tetap menjadi orang yang paling mengenal anak-anaknya. Ia paling tahu cara membangkitkan selera makan kami. Ia yang paling heboh menangis ketika kami sedang sakit atau tertimpa masalah. Itulah ibu, perempuan hebat dan serba bisa. Ibu terbaik di seluruh dunia.

Bolehkah aku seperti ibu saja? Aku pengen mengurus anakku di rumah, menyaksikan setiap detik perkembangannya, melihat dia pertama kali belajar tengkurap sendiri, mendengarkan dia mengucap kata-kata pertamanya, berada di sampingnya ketika dia jatuh-bangun belajar berjalan.

But at the other side, aku juga ingin memastikan anakku tercukupi kebutuhannya. Aku ingin dia hidup layak dan hanya dengan bekerja aku bisa memastikan itu. God, show me the way. Tuhan, aku butuh bantuanMu.

16 July 2011

Al, Si Bayi Umur 4 Bulan..

Haloooo... Sebelum blog ini jadi sarang laba-laba karena jarang ditengokin (hihihi), yasudah, kupaksakan diriku untuk menulis di sela-sela waktu kerja..

Apa ya? I just feel happy and happier these days.. My son, Al, tumbuh semakin besar, pintar, lucu, gemesin, ngangenin.. Whatta life.. Al juga semakin cewewet.. Tiap hari ada aja suara-suara aneh yang keluar dari mulutnya. Engge= minta nenen, Enggi= minta gendong, Engging= berenang atau mandi, sekarang dia juga lagi seneng ngeluarin suara enggirrrrrrrrr, yang entah apa artinya..

Tapi yang sekarang bikin kepikiran terus, Al sering mogok nge-dot.. Maunya nenen langsung dari kemasan hehehe.. Antara seneng dan sedih sih.. Senengnya karena itu berarti Al is a smart boy.. Dia bisa ngebedain yang asli dan yang palsu (;D).. Sedihnya, karena yang jaga jadi kerepotan kalo Al lagi mogok. Adanya nangis melulu.. Nyariin mom-nya pasti.. Padahal Al harus ditinggal kerja sekitar 9-10 jam sehari. Aksi mogoknya ini biasanya kambuh setelah weekend dan aku harus balik kerja lagi.. Bingung...

Di umurnya yang empat bulan lebih ini, Al juga semakin lincah.. Meskipun tengkurapnya belum jago, at least dia udah seneng guling-gulingin badannya ke kiri dan ke kanan. Trus, sekarang Al juga pengennya duduk terus. Kadang-kadang takut juga sih, khawatir kalau tulang belakangnya belum kuat. Tapi, setelah dipikir-pikir lagi, selama anaknya terlihat enjoy, yasudah biarkan saja. Toh, bayi walaupun kecil tapi cerdas. Kalau sakit atau ga nyaman, pasti protes sendiri and he will let me know.

Kalau aku sendiri sih lagi getol-getolnya nyari tahu tentang persiapan MPASI, yang tinggal satu setengah bulan lagi. Kayaknya 'peralatan perangnya' cukup banyak dan harus disiapin dari jauh-jauh hari.

Sebenernya banyak banget yang pengen ditulis disini, tentang breastfeeding, milestone-nya Al, tentang persiapan MPASI.. Tapi, nanti yah... hihihi.. I promise bakal lebih sering nulis lagi..