28 August 2011

Spesialnya Enam Bulan

Akhirnya, saat yang saya tunggu-tunggu datang juga. Tepat 28 Agustus 2011, Al resmi menyandang predikat sarjana ASI Ekslusif dan siap untuk makanan solid pertamanya. Alhamdulillah. Leganya.

Walaupun perjuangan saya belum akan berhenti di sini, setidaknya ini menjadi satu langkah penting untuk kehidupan Al. Ya, saya tidak akan berhenti sampai di sini. Saya berkewajiban untuk memberikan ASI untuk Al hingga usianya setidaknya dua tahun.

Tantangan berikutnya menjadi lebih berat, selain tetap memberikan ASI/ASIP, saya berkewajiban untuk memberikan homemade food, yang pastinya tanpa tambahan gula dan garam. Insya Allah saya siap, saya bisa, dan sudah tidak sabar untuk menjalankan peran baru saya sebagai the best "Masterchef" ever untuk Al

Di usia Al yang keenam bulan, doa dan harapan terbaik tetap saya panjatkan. Semoga Al tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, tangguh, periang, dan membawa kebaikan dan kebanggaan bagi banyak orang. Amin. Amin. Amin.

Proudly Presents...

I am a proud breasfeeding Mom...
And here he is...
Alair Altaf Irfandi, S. ASIX
A very proud breastfeed boy :))


27 August 2011

Nursing Room & Mama Perah

Satu hal yang bisa menghiburku dari kebosanan pekerjaan di kantor adalah memompa ASI di Nursing Room.

Nursing Room tvOne sangat biasa, tidak senyaman ruangan menyusui di mall. Fasilitasnya pun minim. Tak usah mengharap ruangan ber-wallpaper kartun, ada wastafel dan juga sterilizer, Nursing Room ini hanya berukuran sekitar 3,5 m x 3 m, berisi satu sofa yang bisa diduduki tiga orang, kulkas dua pintu, dan sebuah meja.

Tapi, adanya ruangan minimalis ini saja sudah sangat saya syukuri. Sekitar dua tahun yang lalu, ruangan memerah ASI belum tersedia di kantor. Bagi yang ingin memerah ASI terpaksa harus melakukannya di toilet ataupun pantry, yang pastinya sangat tidak nyaman.

Nursing Room inilah yang menjadi ruangan favorit kami, para mama perah tvOne. Entah kapan dan siapa yang memulai sebutan itu. Karena ruangan yang terbatas, kami terbiasa untuk memerah ASI ramai-ramai. Kadang berdua, bertiga, atau bahkan berlima. Jika sedang berlima, terpaksa ada dua orang di antara kami yang memompa sambil berdiri. Bayangkan saja bagaimana suasananya!

Para mama perah tvOne, setidaknya untuk saat ini, adalah ibu-ibu muda dengan satu anak. Ada Bundanya si Shafeeq (Risma), ada Bundanya Nika (Mya), Mamanya Alif (Gina), Bundanya Shirin (Tussie), Ibunya Danis (Meita), Linda, dan Bundanya Faustine (Mbak Ovie). Oh iya, Tussie, Asisten Produser Kabar Siang tvOne, baru saja resign demi ikut menemani sang suami yang akan melanjutkan sekolah di Bradford, Inggris.

Mudah saja mengenali para mama perah. Kami ke kantor pasti dengan menenteng 'peralatan perang', yakni cooler bag. Ya, selain mama perah, kami juga bisa disebut emak-emak rempong karena menenteng banyak bawaan dan dipastikan membawa lebih dari satu tas ke kantor. Hehehe..

Masing-masing punya pilihan cara sendiri untuk memerah ASI, ada yang menggunakan tangan, pompa manual, pompa elektrik, ataupun gabungan kedua atau ketiganya. Ada beberapa item yang biasanya dibawa para mama perah ini, yaitu botol ASIP, ice gel, tisu, antiseptik tangan, baby oil dan botol minum.

Bagi saya pribadi, keberadaan sesama mama perah di kantor sangat menyenangkan. Sambil memerah ASI, kami bisa share berbagai hal, dari persoalan tingkah laku anak, breastfeeding, MPASI, parenting dan kesehatan. Tak jarang obrolan juga meluas ke soal pekerjaan, rumah, asisten rumah tangga hingga belanjaan.

Suatu pagi, saat saya sedang memompa, Risma datang, duduk, menarik nafas panjang, “Astri, si Shafeeq jatuh dari tempat tidur.“ Obrolan kami pun bergulir panjang dan berakhir dengan kesimpulan bahwa kami perlu membeli kelambu. Selain bisa 'mengurung' anak di tempat tidur ataupun menahan laju jatuhnya (hehe), kelambu juga sangat perlu mengingat sekarang nyamuk sedang liar-liarnya.

Di Nursing Room ini, kami berbagi banyak hal positif. Saling menyemangati & menguatkan untuk tetap memberikan ASI pada anak, saling berbagi tips dan trik untuk memperbanyak ASI dan mengatasi berbagai persoalan seputar anak & rumah tangga, berbagi resep MPASI, bahkan ada juga yang 'buka lapak' berbagai perlengkapan bayi.

Saya yakin, kami semua memiliki satu tujuan yang sama, yaitu berjuang memberikan yang terbaik bagi bayi-bayi kami, ASI. Menjadi working mom tak menyurutkan tekad itu. Pasti bisa!! Itu kata-kata andalan, semacam mantra penghibur diri (hahaha), yang biasa diucapkan ketika hasil perahan sedikit berkurang ataupun ketika stok ASIP tinggal menghitung jari.

Ahh, beruntungnya saya bisa berada di lingkungan yang sangat pro-ASI. Senangnya memiliki banyak teman mama perah di kantor. Alhamdulillah dan Insya Allah, Al besok lulus ASI ekslusif.. Oh my God, kami berhasil!!! :)))

26 August 2011

Menghitung Hari Menuju Sarjana ASIX

Horeeeee... Dua hari lagi Al lulus ASI Ekslusif dan resmi berpredikat S.ASIX. Senangnya.. Dua hari lagi saya akan menghadapi tantangan baru, yaitu menyiapkan makanan pendamping ASI (MPASI) rumahan untuk Al. Sama seperti komitmen saya untuk memberikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupan Al, untuk MPASI saya hanya akan memberikan homemade food, baik untuk makanan utama maupun cemilannya. Untuk yang satu ini, saya juga harus tegas dan tahan terhadap banyaknya godaan makanan instan yang memang jauh lebih praktis.

Semua perlengkapan MPASI telah saya siapkan, sejumlah buku resep makanan bayi telah saya beli, panduan memberikan MPASI pun sudah banyak yang saya 'lahap', berarti sekarang tinggal menunggu eksekusinya saja. Huaaaa, sudah sangat tak sabar.

Seperti panduan di wholesomebabyfood, creamy avocado alias alpukat mentega plus susu akan menjadi makanan pertama Al. Four days waiting rule (atau setidaknya tiga hari) akan saya terapkan untuk melihat apakah Al alergi atau tidak pada makanannya. Sementara, menurut panduan Wied Harry, sebaiknya sebulan pertama, bayi hanya diberikan buah saja yang lebih mudah diolah oleh pencernaan bayi. Memasuki bulan ketujuh, barulah bayi diperkenalkan dengan sayuran dan karbohidrat kompleks, seperti bubur.

Btw, menjelang enam bulan, Al kini menjadi sangat aktif. Ia sudah mulai lancar tengkurap & telentang, sudah kuat mengangkat leher dan kepala, sudah mulai merayap dan mengejar mainan, semakin cerewet dan chubby. Al juga sangat tertarik pada buku. Setiap kali saya membaca di dekatnya, ia pun akan sibuk ikut melihat bahkan berusaha merebut buku yang saya pegang. Alhamdulillah, berat Al sekarang naik menjadi 7,6 kg (per 21 Agustus 2011). Rambutnya pun sudah tumbuh lagi. Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Doakan semua berjalan lancar dan Al terus sehat...

13 August 2011

Black Corner

Ya, semua memang salah saya. Al lahir dengan kondisi prematur adalah karena kelalaian saya. Ya, ini memang takdir Tuhan. Tapi, seandainya saya tidak lalai, mungkin ceritanya akan berbeda. Seandainya saya mau mengurangi sedikit aktivitas saya dan beristirahat saja, seandainya saya mengambil cuti ketika tahu air ketuban saya sudah mulai berkurang, seandainya saya tidak membandel dan meminum saja obat pengencer darah yang diberikan dokter setelah ia mendiagnosa saya mengalami pengentalan darah, seandainya saya tidak malas dan menuruti perintah dokter untuk konsultasi ke ahli hematologi, seandainya dan seandainya.

Jujur, saya masih trauma. Al lahir di usianya yang masih 33 minggu. Beratnya hanya 2,3 kg. Tubuhnya kecil. Nafasnya belum teratur. Dadanya cekung. Paru-parunya belum berfungsi sempurna. Dengan kondisi prematur, satu cobaan datang lagi, Al terkena Acinobacter. Saya sendiri tidak mengerti. Menurut penjelasan dokter, itu semacam bakteri dalam darah yang ditularkan oleh ibu kepada bayinya, baik saat kehamilan ataupun dalam proses persalinan. Acinobacter ini harus diterapi dengan antibiotik minimal selama dua minggu. Betapa iba hati saya melihat si makhluk kecil ini harus mendapat suntikan antibiotik. Saya sendiri, ibunya, baru bisa menggendong dan menyusuinya secara langsung di hari kesepuluh setelah kelahirannya.

Ya, semua sudah lima bulan lebih berlalu. Alhamdulillah. Tapi, saya masih saja ketakutan. Apakah anak saya normal? Apakah dia sesehat bayi-bayi lainnya? Kenapa dia belum bisa aktif bolak-balik tengkurap-telentang? Apa karena dia lahir prematur? Kenapa dia jarang bersuara ketika tertawa? Kenapa dia tidak seramah bayi-bayi lain? Kenapa dia belum bisa merayap dan mengejar barang seperti anak teman saya yang seumuran dengannya? Kenapa punggungnya belum terlalu tegak saat belajar duduk? Kenapa kakinya belum bisa menapak saat berdiri? Kenapa beratnya hanya 7,1 kg sementara bayi-bayi lain seusianya bisa lebih dari itu? Kenapa dan kenapa.

Saya masih saja dibayangi ketakutan dan keraguan. Saya tahu ini salah. Saya harus berhenti membanding-bandingkan anak saya dengan anak-anak lainnya. Saya harus berhenti 'cemburu' dengan perkembangan anak-anak lain. Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Tak perlu disama-samakan karena kondisinya memang berbeda, asupan gizinya berbeda, lingkungannya berbeda, stimulasinya pun berbeda.

Mulai sekarang, dunia harus tahu, saya bangga pada Al, anak saya. I will stop comparing him with other babies (There's no need, also no benefit to do that silly thing!). Saya tahu pasti Al kini tumbuh dengan sehat dan aktif. Dalam dua minggu lagi, Al akan lulus ASI Ekslusif. Meski badannya tak montok, Al juga tak bisa disebut kurus. Di beberapa bagian, Al mungkin ketinggalan dari bayi-bayi lainnya. Tapi, saya yakin, di bagian lain, Al juga memiliki keunggulannya sendiri. Harusnya saya tak perlu khawatir berlebihan.

Al lahir lebih cepat mungkin karena ia sudah tak sabar ingin melihat dan menjelajah dunia. Ia sudah tak sabar untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Yes, it happened should be for a reason. Yang harus saya lakukan sekarang adalah fokus mengerahkan seluruh kasih sayang saya untuknya, mengisi awal kehidupannya dengan penuh cinta, terus memantau dan menstimulasi perkembangan fisik dan mentalnya, mendidiknya sebaik mungkin, serta berusaha maksimal untuk menyediakan segala kebutuhannya sekarang dan masa depan.

Saya akan terus belajar untuk menjadi ibu yang terbaik bagi anak saya. Bismillah. Semoga Allah selalu menyertai setiap langkah keluarga kecil kami. Semoga Allah selalu memberikan petunjuk & pencerahan di setiap pembelajaran saya. Amin.

05 August 2011

...

I'm trying all my best. Soal memilih untuk bekerja atau menjadi full time mother adalah perdebatan dan pergolakan yang tidak ada habisnya. Saya memilih untuk menjalaninya saja. Ketika saya sudah tak mampu, ketika saya sudah tak sanggup, saya akan tahu bahwa sudah saatnya saya berhenti.

Sebagai seorang ibu, mendidik anak dan memberikan kehidupan yang layak adalah kewajiban mutlak. Saya ingin mengajarkan anak saya segala pelajaran terbaik tentang hidup. Tapi, di sisi sebaliknya, memiliki anak juga mendidik orang tuanya untuk menjadi figur yang lebih baik.

Al mengajarkan saya untuk berjuang, untuk berusaha yang terbaik, untuk tidak cengeng, untuk tidak menunda, untuk tidak menyia-nyiakan. Al mengajarkan saya tentang hidup. Ya, hidup harus diperjuangkan.

Ketika saya ingin Al menjadi anak yang kuat dan tangguh, maka saya pun harus lebih kuat dan tangguh. Ketika saya ingin Al menjadi anak yang cerdas dan menyenangkan, maka saya pun harus lebih pintar dan menyenangkan. Ketika saya ingin Al terus sehat dan ceria, maka saya pun harus hidup dengan lebih sehat dan ceria. Ketika saya ingin Al menjadi yang terbaik, maka saya pun harus menjadi ibu yang terbaik baginya. Insya Allah.