31 January 2012

Sunshine After The Rain

Minggu lalu adalah pekan yang sangat mengkhawatirkan. Al sakit! Al panas selama 5 hari, bahkan sempat mencapai 39,7 derajat celcius. Tempra tak mempan. Panasnya sempat turun sedikit, kemudian naik lagi. Panik. Saya sungguh khawatir Al terkena demam berdarah, penyakit yang kerap menyerang di musim penghujan.

Tiga hari pertama, saya langsung membawa Al ke sebuah rumah sakit di Cilandak. Untuk pertama kalinya saya membawa Al ke RS tersebut karena mempertimbangkan lokasinya yang berdekatan dengan rumah. Saya tak berani membawa Al jauh-jauh karena badannya saat ini masih panas. Dokter pun langsung menyarankan untuk tes lab.

Alhamdulillah, hasil tes trombosit, leukosit masih normal, sementara berbagai jenis salmonella negatif. Hanya saja, hemoglobin Al ternyata rendah. Tanpa pemeriksaan lebih lanjut, dokter langsung memvonis Al terkena anemia. Dokter juga memastikan saya terkena anemia karena menurutnya muka saya pucat, begitu pula bagian dalam mata terlihat putih. Dokter meresepkan antibiotik dan suplemen zat besi untuk Al. Ia juga meminta saya mengonsumsi suplemen penambah darah.

Yang membuat saya kaget, heran, dan sebal adalah saat dokter menyarankan Al untuk diberikan susu formula. Ia dengan yakin menyuruh saya memberikan susu S-26 kepada Al. Menurutnya, ASI saja tidak cukup untuk anak di atas usia enam bulan, sehingga perlu diberikan susu tambahan.

Soal anemia pada bayi memang saya tidak memiliki pengetahuan tentang itu, tapi soal ASI dan susu formula, eiiittss tunggu dulu... Saya tidak membantah saat dokter mengatakan itu, tapi saya dan suami dengan mantap mengabaikan sarannya. Kami yakin, Al tidak perlu tambahan susu formula. Saya sepakat bahwa ASI saja tidak cukup untuk bayi di atas enam bulan. Itulah mengapa bayi perlu diberikan makanan tambahan untuk mencukupi kebutuhan gizinya. Jadi, berikan saja makanan yang padat gizi, bukan tambahan susu formula! Huhh!

Keesokan harinya, Al masih panas. Saya mulai ragu dengan diagnosa dokter. Masa sih anemia menyebabkab panas berhari-hari? Saya pun memutuskan untuk membawa Al ke dokter lain di sebuah klinik, apalagi setelah melihat timbul merah-merah di dada, leher dan wajah Al. Seperti alergi, tapi jumlahnya lumayan banyak. Al pun seharian itu tak berhenti menangis. Ia lemas dan rewel sekali. Pasti badannya benar-benar terasa tak enak. Huhuhu.

Tak seperti dokter yang pertama, dokter yang kedua ini memeriksa Al dengan sangat seksama. Ia mengatakan Al terkena virus RNA. Apa itu? katanya sih gejalanya mirip campak, namun jauh lebih ringan. "Apa sembuhnya lama, dok?" tanyaku khawatir. "Ahh, besok juga sembuh," katanya ringan. Huaaa, lega selega-leganya. Menurutnya, virus RNA itu bisa berasa dari virus flu, bisa juga dari binatang berbulu ataupun karpet. Dokter ini pun dengan yakin mengatakan bahwa diagnosa yang menyatakan Al terkena anemia keliru! Menurutnya, Al tidak memiliki tanda-tanda anemia. Ia bahkan menantang untuk melakukan tes lab ulang. Huaaaa, tambah lega lagi.

Untuk mengobati virus RNA, dokter memberikan resep antivirus. Awalnya ia meresepkan dalam bentuk puyer tapi saya meminta untuk dibuatkan sirup saja. Ga masalah, katanya. Dan saya juga baru tahu, obat sirup lebih mahal bila diberi rasa stroberi ketimbang jeruk. Hihihi, beda Rp6.000.

Saya juga bertanya ke dokter soal gigi Al yang belum juga tumbuh di usia 11 bulan. Ia dengan tenang mengatakan "Sebentar lagi tumbuh kok." Happy Happy Happy. Dokter meresepkan Calcivit, mengandung kalsium dan multivitamin. Leganya saya.

Benar saja, keesokan harinya, kondisi Al benar-benar membaik. Setidaknya, ia udah kembali sibuk bermain dan tidak rewel. Al pun kembali bernafsu makan, padahal selama sakit, Al tak minat dengan makanan apapun. Tiga hari setelah itu, Al benar-benar sembuh. Merah-merahnya pun hilang. Alhamdulillah. Mudah-mudahan Al sehat terus, semakin besar, semakin aktif, semakin pintar, cepat jalan, pinter ngomong dan giginya segera tumbuh. Aaminn.

19 January 2012

Alair...Gigimu Mana???

Kurang dari dua pekan lagi Al berusia 11 bulan. Alhamdulillah, ia tumbuh sehat, ceria, lincah dan aktif. Tapi......Kok giginya belum tumbuh??? Alair...Gigimu mana, nak??? Kenapa belum nongol-nongol juga? Hihihi.. Khawatirkah saya? ohhh tentu tidak! Bagaimanapun, cepat atau lambat, gigi kan pasti tumbuh. Ya kan? Ya kan? Selama Al makannya masih lahap, selama dia tidak rewel, selama dia sehat saja, kenapa saya harus khawatir?? Saya sekarang masih menikmati menyenangkannya menyusui (tanpa digigit :D), masa-masa NO GTM, saya menikmati setiap detik kebersamaanku dengannya. So, take your time nak.. Mom selalu menunggu perkembanganmu dengan sabar. Be a good boy.. -Love Mom-

15 January 2012

Farewell Bayi Kecil

Minggu kemarin adalah minggu yang cukup berat buat saya. Salah seorang teman baik saya kehilangan bayi dalam kandungannya. Seorang bayi yang sudah berusia sembilan bulan lebih dan bersiap untuk dilahirkan. Ia meninggal dalam kandungan tanpa dokter bisa mengetahui apa penyebabnya.

Saya turut berduka. Saya tahu bagaimana perjuangan teman saya untuk mempertahankan dan membesarkan bayi dalam kandungannya hingga berusia sembilan bulan. Beberapa kali mengalami pendarahan, bermasalah pada plasenta, berat bayi yang diprediksi kurang dari batasan normal.

Teman saya telah berusaha maksimal. Tapi, Tuhan tampaknya memiliki rencana lain. Di saat dokter mengatakan kondisi bayinya telah normal dan hanya menunggu waktu untuk dilahirkan, Tuhan berkata lain. Teman saya tiba-tiba merasa janggal karena bayinya kurang aktif bergerak, berselang 3 hari setelah pemeriksaan terakhirnya di dokter. Ia lalu memeriksakan diri kembali ke rumah sakit terdekat. Dokter pun memvonis, bayinya sudah tak ada. Bayinya meninggal.

Tak ingin percaya begitu saja, teman saya pun memeriksakan diri ke rumah sakit tempat ia berencana melahirkan. Kesimpulannya sama. Bayi dalam kandungannya tak berdenyut lagi. Sedih sekali. Saya mendampinginya malam itu. Tapi jujur saya tak bisa berkata apa-apa. Saya hanya memeluknya.

Bayi itu dilahirkan dengan proses cesare keesokan siangnya. Seorang bayi yang terlihat sehat, normal, lengkap, namun tak lagi bernyawa. Seorang bayi laki-laki dengan berat 3 kg dan panjang 49 cm. Bayinya lucu dan imut sekali. Hidungnya mancung, persis seperti harapan Bundanya.

Nak..Bayi kecil.. Sayang sekali kami belum sempat mengenalmu. Namun, kamu pasti lebih bahagia sekarang berada di tempat yang pastinya lebih nyaman dari rahim Bundamu. Kamu telah bersama sang Pencipta-Mu. Abadi.

08 January 2012

Resolusi 26

Yeayyy, this is January, this is my month.

Yup, 25 tahun hidupku sudah terlewati dan sekarang saya menyambut angka 26. Yang terbaik dari angka 25, yakni kelahiran Alair Altaf Irfandi. Al dan kebahagian setelah memilikinya adalah hadiah terbak dari Tuhan di usia saya yang ke-25.

Kehidupan pernikahan pun berjalan mulus. Tidak seperti bulan-bulan pertama pernikahan yang penuh drama, kami sekarang sudah lebih saling mengerti. Kami menjadi satu tim yang kompak. Kami berusaha membesarkan dan mendidik Al sebaik mungkin.

Tapi, ada beberapa hal lain yang masih menjadi PR besar bagi saya:

- Tertib dan tepat waktu menjalankan sholat 5 waktu, membiasakan sholat dhuha, tahajjud dan membaca Al-Quran. Ini harus menjadi prioritas terpenting saya.

- Berusaha lebih sabar dan tidak gampang terbawa emosi dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Sebenarnya ini sulit sekali. But, give me a chance..

- Meluangkan lebih banyak waktu untuk memasak dan makan bersama suami. Errrr, ini juga sulit sekali saya lakukan sejak hampir setahun ini.

- Stop berbelanja hal-hal yang tidak perlu atau bahkan tidak akan saya pakai setelahnya. Yaaaa, i know, harus belajar hemat dan menabung.

- Lebih membuka diri ke keluarga besar. Bergaul lady.. bergaul.. :D

- Meluangkan waktu untuk membaca buku. Orang yang malas membaca pastinya memiliki dunia yang sempit. Saya memilik akses luas ke internet, but books always be more special..

- Gained weight! Yup, saya sekarang menjadi sangat kurus. Saya butuh menambah berat badan sekitar 5-7 kg lagi.

Haiii 26, be nice to me along this year yaaahhh.. :))

Tips Membawa Bayi Naik Pesawat

Bagi yang ingin membawa bayinya naik pesawat, here are some tips based on my experience:

1. Sebelum keberangkatan bayi harus dalam kondisi fit dan cukup istirahat.
2. Selalu jaga mood si baby. Kalau Al sih yang penting dia kenyang, pasti moodnya bagus.
3. Sediakan makanan dan cemilan, sekalian juga cadangannya sekedar berjaga-jaga bila keberangkatan pesawat delay.
4. Usahakan si baby pup dulu sebelum berangkat atau naik pesawat. Kalau pup di pesawat pasti rempong mengganti diapernya.
5. Kenakan baju yang nyaman, jaket dan kaos kaki karena udara di pesawat cukup dingin.
6. Susui bayi saat pesawat akan take off dan landing untuk mengurangi sakit di kuping akibat perubahan tekanan udara.
7. Saat check-in, minta petugas memberikan tempat duduk nomor genap. Hanya tempat duduk nomor genap yang dilengkapi dengan masker oksigen ganda untuk si ibu dan anaknya.

Yeayy, Al Naik Pesawat...

Pengalaman pertama Al naik pesawat sebenarnya over my expectations. Dulu, saat saya belum menikah dan punya anak, saya beberapa kali mengalami naik pesawat disertai dengan suara bayi yang tidak berhenti menangis sepanjang perjalanan. Tak heran bila saya cukup was-was saat memutuskan untuk membawa Al naik pesawat untuk pertama kalinya.

Ternyata oh ternyata, pengalaman pertama membawa Al naik pesawat sangat menyenangkan. Saya sendiri tidak menyangka Al bisa sangat koperatif selama perjalanan. Baik saat naik DAMRI menuju bandara, di boarding room hingga dalam perjalanan di pesawat, Al selalu bersikap manis. Yeahh, satu-satunya yang aneh, Al tidak henti-hentinya meminta cemilan dan makanan hihihihi.. A very great experience for us.

Pesawat yang akan kami tumpangi sempat delay selama hampir dua jam. Sembari menunggu di boarding room, Al menghabiskan sarapannya yang telah saya siapkan. Al juga sempat pup. Setelah lelah bermain di boarding room, Al pun pulas tidur ketika kami naik pesawat. Al terbangun sebelum pesawat take off. Saya pun langsung menyusuinya.

Selama perjalanan, sejumlah bayi dan balita di pesawat terlihat rewel dan menangis. Perubahan tekanan udara di dalam pesawat memang terasa menyakitkan di telinga. Untungnya, Al sama sekali tidak rewel. Ia terus mengoceh, mengunyah cemilannya, bermain bersama anak berusia 10 tahun yang duduk di kursi belakang kami, bahkan senyum-senyum sendiri saat pramugari berkali-kali datang menggodanya hihihihi..

Saat ketinggian pesawat terasa mulai menurun dan efek sakit di telinga kembali terasa, saya pun menyusui Al lagi. Alhamdulillah, Al langsung tertidur pulas. Al sama sekali tak terbangun ketika pesawat mendarat. Ia baru terbangun saat kami menunggu pengambilan bagasi. Sukses!

Sementara perjalanan pulang Makassar-Jakarta, Al pup tepat saat penumpang dipanggil masuk ke dalam pesawat. Kami pun buru-buru mengganti diapernya. Ketika kami sudah berada di dalam pesawat, Al mulai mengeksplor majalah dan kertas-kertas yang ada di kursi. Namun, sesaat sebelum pesawat take off, Al minta nenen, lalu tertidur pulas. Al tidur nyenyak selama dua jam. Padahal, hampir sepanjang perjalanan, cuaca buruk melanda dan pesawat kerap bergoyang cukup kencang. Proses pendaratan pun terasa kasar dan menakutkan. Namun, Al baru terbangun saat pesawat baru benar-benar telah mendarat di landasan. Alhamdulillah.

Menyenangkan sekali kamu nak...Thanks for being so cooperative during our travelling. Lain kali kita jalan-jalan lagi yaaaa.. :))

07 January 2012

Rumah Impian

Tuhan pasti tahu betapa inginnya saya memiliki sebuah rumah. Tidak usah sebesar rumah-rumah yang ada di Pondok Indah, karena saya tak tahu berapa pembantu yang harus saya pekerjakan untuk membersihkannya. Cukup rumah berukuran sedang, mungkin dengan empat kamar tidur, beberapa kamar mandi yang bersih dan wangi, dengan banyak jendela sehingga udara bisa bebas keluar-masuk dan penggunaan AC bisa diminimalisir, rumah yang tak perlu lampu di pagi hingga sore hari karena sinar matahari bisa masuk dengan leluasa, rumah yang memiliki halaman berumput yang cukup lapang untuk tempat bermain anak-anak. Rumah saya pastinya akan didominasi warna putih dengan perabotan berkonsep minimalis, modern, santai, nyaman dan colorful.

Huhuhuhuhu, kapan saya bisa mewujudkannya? Kenapa harga rumah mahal sekali? Bahkan untuk membayar DP saja benar-benar harus menabung sekuat tenaga. Hwaaaa...harus optimis..! Insya Allah pasti bisa terwujud bila mau berusaha. Rumah..Rumah.. :))