28 April 2012

Our Time: Talk Before Sleep

Kesibukan membuat saya dan suami tidak memiliki banyak waktu untuk berdua saja. Selain kesibukan pekerjaan, bahu-membahu mengurus Al benar-benar menyita waktu kami berdua. Tapi bukan berarti tak ada waktu berkualitas untuk kami berdua saja. Tak perlu ke bioskop, ke mall, atau makan malam romantis, kami cukup bahagia hanya dengan berbincang-bincang sebelum tidur.

Menyenangkan sekali! Di saat Al sudah tertidur lelap, kami menikmati "our time" dengan bercerita satu sama lain tentang apa yang kami alami hari ini, apa yang kami lihat di jalan, situasi politik, sosial dan ekonomi (berat banget yak bahasannya), skor bola, artikel keuangan, topik yang lagi hot di twitter, bahkan gosip artis (hahaha)!

Tak jarang kami berdebat (in a good way loh!) atau bahkan harus menutup muka dengan bantal agar Al tidak bangun karena ketawa dan cekikikan kami. Kadang pula kami akhirnya tertidur saat mengobrol. Kami bercerita tentang masa lalu, berangan-angan tentang masa depan, berkeluhkesah, mencari solusi, saling menghibur, saling berbagi. Kami tak bisa menyimpan rahasia satu sama lain. Dari nada bicaranya, dari gerak tubuhnya, saya bisa menebak bila ada sesuatu yang merisaukan pikirannya, begitu pun sebaliknya.

Kami menemukan cara sederhana dan positif untuk menikmati waktu berdua kami yang sangat terbatas. And we are a very happy couple. I really thank God for sent me a great husband & a cute son. Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillah.

21 April 2012

Financial Talk: Belajar Merencanakan Keuangan (Part 3)

Dana pendidikan sudah, dana darurat sudah, eiitts ada lagi yang masih harus disiapkan, yakni dana pensiun dan super penting: ASURANSI! Biasanya kantor memang akan memberikan sejumlah dana pensiun, tapi boleh bertaruh, jumlahnya tidak akan mencukupi untuk menanggung kebutuhan kita di masa tua nanti. Apalagi wiraswasta, seperti suami saya, boro-boro ada dana pensiun, semuanya harus disiapkan sendiri. Nah, kurang penting apa lagi coba?

Dana Pensiun

Poin yang harus diperhitungkan untuk menganggarkan dana pensiun yang kita butuhkan adalah berapa usia saat ini, usia berapa akan pensiun, berapa biaya hidup kita saat ini dan kenaikan biaya hidup sekitar 10 persen setiap tahun. Menghitung biaya pensiun bisa di sini.

What about me? Hihihi, jangan ditanya! Sebagian besar anggaran investasi kami habis untuk dana pendidikan Al. Ada sih tersisa untuk dana pensiun, tapi jumlahnya tidak seberapa, hanya sekian kecil persen dari pendapatan kami. Dikitttt banget ;D Karena jangka waktunya yang panjang, suami saya memasukkan dana pensiun kami yang dikitttt itu di Reksadana Saham. Mudah-mudahan bila ada rejeki dadakan yag turun dari langit, hihihi, jumlah ini akan kami tambah, biar bisa pensiun dengan tenang dan sejahtera nantinya. :))

Asuransi

Bicara tentang asuransi pasti bikin tambah pening nih. Bagi yang asuransi ditanggung kantor, memang bisa bernafas sedikit lebih lega. Setidaknya, bila sakit dan masuk rumah sakit, bersalin, mengalami kecelakaan, masih ada pihak yang menanggung. Walaupun kadang tidak seluruh biaya di-cover. Nah, sekali lagi bagi yang wiraswasta seperti suami saya, asuransi harus mencari sendiri, membiayai sendiri.

Pusing oh pusing. Tau sendiri biaya kesehatan & rumah sakit itu sungguh naujubilah mahalnya. Tak heran bila asuransi menjadi hal wajib. Di sisi lain, biaya asuransi cukup besar, sehingga benar-benar harus dianggarkan. Semakin besar pertanggungan yang kita inginkan, semakin besar pula yang harus kita bayarkan per bulan atau per tahun.

Untuk menghitung biaya pertanggungan yang kita butuhkan, bisa klik di sini. Sebaiknya, untuk asuransi jangan pilih unitlink, pilih saja asuransi kesehatan murni dan asuransi jiwa murni. Kenapa? bisa dibaca di sini. Yang jelas, untuk asuransi kesehatan dan jiwa murni, jumlah dan pertanggungannya akan lebih maksimal. Daripada asuransi unitlink, lebih baik pisahkan antara asuransi dan investasi.

Okeh, demikian sepatah dua kata dari saya yang masih sangat amatiran soal keuangan ini hahaha. Mudah-mudahan tercerahkan dan mulai merencanakan keuangan dengan lebih baik. Pusing? Yak sama! But, let's move on for a better future. Once more, better late than never at all! :))

Financial Talk: Belajar Merencanakan Keuangan (Part 2)

Setelah merencanakan, menghitung dan menginvestasikan dana pendidikan, masih ada beberapa pos dana yang tak kalah penting untuk dipikirkan, yakni Dana Darurat, Dana Pensiun dan Asuransi.

Dana Darurat

Setiap keluarga harus menyiapkan dan memiliki dana yang disimpan untuk keadaan darurat. Sesuai namanya, dana ini benar-benar tak boleh diganggu, kecuali untuk keadaan yang benar-benar darurat, misalnya kecelakaan ataupun kehilangan pekerjaan. Tujuannya apa? yang pasti untuk menjamin kehidupan kita setidaknya beberapa bulan saat terjadi situasi darurat.

Dana darurat berbeda dengan tabungan. Bila tabungan adalah dana yang tersisa setelah seluruh kebutuhan pengeluaran terpenuhi, tanpa jumlah minimal, sedangkan dana darurat memiliki target jumlah tertentu sehingga kita bisa disebut "safe" secara keuangan. Menyisihkan anggaran untuk dana darurat memang cukup membuat pusing karena jumlahnya yang besar.

Perhitungannya pun berbeda antara yang masih lajang, sudah menikah, memiliki satu anak, dua anak dst. Semakin banyak anggota keluarga yang ditanggung, semakin besar pula dana darurat yang harus tersedia. Menghitung dana darurat bisa dilihat di sini. Perhitungannya kira-kira seperti ini:

Lajang 4x biaya hidup bulanan
Menikah 6x biaya hidup bulanan
Memiliki 1 anak 9x biaya hidup bulanan
Memiliki 2 anak atau lebih 12x biaya hidup bulanan
Freelancer / Self employed / Small Business Owner 12x biaya hidup bulanan

Hehehe...Jangan pusing dulu setelah mengetahui berapa jumlah dana yang harus kita siapkan. Makanya, dana darurat ini harus kita kumpulkan sedini mungkin, cicil pelan-pelan 1-3 tahun ke depan. Dana darurat ini bisa kita simpan dalam berbagai bentuk, misalnya:

1. Tabungan
2. Reksadana
3. Deposito
4. Logam mulia/emas

Jujur, dana darurat ini masih menjadi tugas besar buat keluarga kecil kami. Tapi, tidak ada yang sulit bila ada kemauan. Insya Allah sebelum ada anak kedua, dana darurat ini akan terkumpul. Semangatooo...!!!

to be continued (last part)...

Financial Talk: Belajar Merencanakan Keuangan (Part 1)

Memulai perencanaan keuangan memang cukup ribet, tapi bukan berarti sulit dilakukan. Saya memulainya dengan sederhana, yakni menghitung detail pemasukan dan pengeluaran. Setelah terinci, saya pun mulai memilah-milah, mana yang benar-benar kebutuhan utama dan mana pos pengeluaran yang bisa disingkirkan ataupun dikurangi karena sifatnya yang tidak begitu penting. Saya tidak pernah melakukan ini sebelumnya, ternyata cukup melegakan dan mencengangkan ketika tahu berapa uang yang masuk dan keluar dari kantong kami selama ini. Setidaknya saya jadi tahu, pos pengeluaran mana yang paling bikin kantong kami bolong.

Tahap berikutnya, adalah menetapkan tujuan keuangan kami, di luar pengeluaran bulanan. Saya membaginya menjadi empat: Dana Pendidikan, Dana Darurat, Dana Pensiun, dan Asuransi. Saya dan suami memutuskan untuk berinvestasi di Reksadana demi memenuhi kuantitas keempat pos keuangan ini, jumlahnya tak boleh lebih dari 30 persen pemasukan bulanan kami.

Dana Pendidikan

Untuk mengetahui berapa dana pendidikan yang dibutuhkan Al, saya mulai dengan "browsing" daftar sekolah dan kisaran biayanya, mulai dari playgroup hingga kuliah. Ini juga harus disesuaikan dengan kemampuan kami alias sadar diri. Saya harus menyekolahkan Al di tempat yang bagus tapi juga terjangkau oleh keuangan kami. Perhitungan dana pendidikan di tiap tingkatan hanya untuk uang pangkalnya saja, ditambah dengan perhitungan inflasi 15-20%.

Sementara, untuk SPP nantinya akan dimasukkan ke pengeluaran bulanan. Uang SPP sebaiknya tak lebih dari 10% pengeluaran bulanan. Tak perlu sok-sokan untuk menyekolahkan Al di sekolah "mentereng" yang ternyata untuk uang SPP saja tak sanggup kami bayar saking mahalnya.

Saya berencana memasukkan Al di playgroup pada 2014, TK 2015, SD 2017, SMP 2023, SMU 2026 dan universitas pada 2029. Saya membagi dana pendidikan ini dalam tiga term: jangka pendek (playgroup dan TK), jangka menengah (SD), jangka panjang (SMP, SMU dan universitas). Menghitung biaya pendidikan dapat dilihat di sini .

Setelah membagi term dana pendidikan, saatnya menentukan akan diinvestasikan ke produk apa saja per masing-masing term pendidikan. Setelah mencari tahu dan membahasnya dengan suami, kami memutuskan untuk menginvestasikan dana pendidikan jangka pendek di Reksadana Pendapatan Tetap, jangka menengah di Reksadana Campuran, dan jangka panjang di Reksadana Saham. Semuanya memiliki perhitungan, tentu saja juga dengan resiko masing-masing. Semakin kecil resikonya, kecil pula imbal hasilnya. Sebaliknya, semakin besar resikonya, semakin besar pula imbal hasilnya.

Kami memilih membeli produk Reksadana di salah satu bank yang terjangkau jaraknya dari kami, selain itu ada fasilitas Installment Plan sehingga bank secara otomatis mengautodebet jumlah dana yang telah kami tentukan setiap bulannya untuk dimasukkan ke pasar Reksadana. Jenis produk Reksadana bisa dilihat di sini.

Alhamdulillah, untuk dana pendidikan Al, sudah mulai kami cicil dari sekarang. Memang tak banyak, tapi sedikit demi sedikit lama-lama pasti menjadi bukit bukan? Heheh.. Insya Allah saat dibutuhkan nanti, dananya pun sudah siap dan mencukupi. Aamin. Dan yang penting untuk diingat adalah jangan serakah dan hanya memikirikan keuntungan. Ketika dana di reksadana sudah mencukupi untuk tahap pendidikan yang telah ditentukan, sebaiknya langsung "diamankan" saja di deposito. Begitchuuuu...

to be continued...

Financial Talk: Saatnya Memulai!

Saya suka belanja. Bila menginginkan sesuatu, saya akan membelinya tanpa berpikir panjang. Bila menyukai sesuatu dengan pilihan warna berbeda dan dua-duanya bagus, saya tidak bisa memilih dan biasanya akan membeli kedua warna tersebut. Saat membeli jilbab, saya tidak bisa membeli hanya satu, biasanya akan berakhir dengan lima atau sepuluh jilbab sekaligus. Saya menyukai baju bergaris hitam putih dan membeli banyak baju bermotif itu dalam berbagai model. Saya membeli lima wedges UP dalam dua bulan terakhir. Saya pernah menghabiskan sekian juta dalam sebulan hanya untuk membeli make-up yang sebenarnya jarang saya gunakan. All i want to say adalah saya adalah orang yang sangat boros, meskipun saya tahu betul bahwa uang saya terbatas. Saat saya menyukai sesuatu, saya harus membelinya. Titik.

Alhamdulillah, saya akhirnya menemukan sebuah titik terang dan tercerahkan setelah membaca sebuah artikel mengenai pendidikan. Saya terhenyak ketika menyadari bahwa pendidikan itu MAHAL! Uang pangkal masuk playgroup saat ini saja setidaknya sudah mencapai dua kali lipat uang pangkal saya masuk Universitas Indonesia pada 2003. Sekitar 17 tahun ke depan, uang pangkal masuk universitas kira-kira 10 kali lipat dari biaya sekarang. Inflasi di sektor pendidikan sangat tinggi, mencapai 15-20 persen setiap tahun. Gilak!

Saya pun seperti tersadarkan, saya harus berubah, saya tidak bisa terus bergaya hidup boros. Saya harus menyingkirkan keegoisan saya dan fokus menyiapkan bekal untuk masa depan Al: PENDIDIKAN! Saya bisa hidup tanpa make-up mahal, saya tak perlu eye shadow palette berbagai edisi, saya hanya perlu beberapa sepatu yang benar-benar saya gunakan, beberapa tas yang benar-benar saya sukai. Semuanya karena Al sangat butuh pendidikan untuk bertahan hidup di masa depan. Pendidikan itu membutuhkan biaya yang sangat besar, perlu perhitungan, dan pastinya perlu perencanaan.

Kalau saya terjamin kaya tujuh turunan, saya tidak perlu memikirkan tetek bengek soal dana pendidikan. Nyatanya, saya dan suami tak kaya raya. Saya tidak memiliki dana instan untuk membiayai pendidikan Al. Saya harus berhemat, menyisihkan anggaran untuk dana pendidikan Al. Kalau saya tidak memulainya dari sekarang, mungkin saat Al harus masuk playgroup atau TK, saya harus berutang kiri-kanan hanya demi membayar uang pangkalnya saja. What a pity! Saya tidak ingin seperti itu. Saya ingin mempersiapkan segala sesuatunya untuk Al. Kami lebih baik hidup sederhana saja, asalkan Al bisa sekolah dengan layak.

Saya pun membahas "kerisauan" hati saya dengan suami. Saya mengutarakan pandangan saya, bahkan menyiapkan berbagai artikel keuangan untuk kami baca dan telaah bersama. Alhamdulillah, saya dan suami memiliki visi yang sama. Kami sama-sama menyadari betapa pentingnya merencanakan keuangan, bukan hanya soal pendidikan Al, tapi segalanya. Kami berdua bahkan sempat berkata "Ahh, kemana aja kita selama ini? Dipakai buat apa aja uang kita selama ini?" But, better late than never kan? Untungnya kami sama-sama tersadar dan mau berubah. Dan kami pun memulai perubahan ini, which i called "Revolusi Keuangan".

to be continued....

Finally...Alair Jalannnnnn...

Setelah lama menanti, dengan sedikit perasaan was-was dan deg-degan, akhirnya... anakku, si kece Alair Altaf Irfandi, bisa jalan. Yeayyyy, so happy... As i wrote few weeks ago, Alair memang sudah mulai bisa berdiri sendiri tanpa pegangan. Then, seminggu kemarin Al mulai jalan beberapa langkah, tapi maunya di kasur. Al masih takut-takut berjalan di lantai. Mungkin karena pernah jatuh beberapa kali di lantai, Al agak trauma dan menganggap lantai menyakitkan.

Beberapa hari lalu saya sempat mengobrol dengan seorang teman pumping di kantor, namanya Linda. Katanya, dulu anaknya, si Aisyah juga begitu, bisa berjalan di kasur, tapi takut melangkah di lantai. Linda pun memasang karpet puzzle di lantai kamar dan Aisyah pun akhirnya mau jalan.

Pulang dari kantor, saya ingin langsung mencoba cara Linda. Namun, Al sudah tidur sejak sore dan terbangun dengan sangat segar sekitar jam 09.00 malam. Setelah makan malam, Al sibuk bermain, ketawa, berpose saat tahu saya sedang memotretnya (seriously..this is so true..Al benar-benar berpose). Saya pun memasang karpet puzzle Al di lantai kamar dan mengajak Al bermain disitu. Tiba-tiba Al berdiri, lalu berjalan dengan pelan, sesekali oleng tapi ia terus bergerak maju. Bukan satu, dua atau tiga langkah, tapi belasan langkah. Al melakukannya sambil tersenyum lebar.

Ahhh..bahagianya saya..Kini dengan resmi saya umumkan: ALAIR BISA JALAN! :)) Mom pun akan semakin sibuk mengawasi si bocah yang semakin aktif ini.. hihihi.. I'm so proud of you, boy!

10 April 2012

Masih ASI

Alhamdulillah, senang banget pagi ini hasil pumping 200 cc. Di usia Al yang ke-13 bulan lebih, saya bersyukur ASI masih mengalir deras & cukup untuk kebutuhan Al sehari-hari. Meski saya sudah mulai mengenalkan UHT ke Al tapi ASI tetap yang utama. Mudah-mudahan saya bisa tetap menyusui Al hingga usianya dua tahun. Sehat terus ya, anakku sayang. Mom loves you, Alair :))

05 April 2012

Mom Loves You




Al sudah mulai bisa berdiri tanpa pegangan. Horeee.. Semoga cepat jalan ya, nak..

03 April 2012

New Shoes

Al's new shoes by Next! Love it!


Style: Just For Kids t-shirt, Next skinny jeans, Next shoes