19 May 2012

:(( Forgive me, nak...

Saya memulai hari ini dengan perasaan mellow, antara sedih, menyesal, merasa bersalah dan marah pada diri saya sendiri. Sungguh, saya merasa sudah berusaha untuk menjaga Al sebaik mungkin. Tapi, mungkin usaha saya memang belum maksimal. Masih saja saya lalai dan kecolongan. Apapun yang terjadi pada Al, saya lah yang paling bertanggung jawab atasnya. Saya ibunya. Saya seharusnya menjadi orang yang terdekat, paling mengerti dan mendengar anak saya. Mengerti dan mendengar, bukan hanya dengan seluruh indera saya, tapi juga dengan hati.

Jadi, sebenarnya kejadiannya terjadi seminggu yang lalu. Biar saya runut dulu ya awal ceritanya. Jangan bosan. Did i told you that Mbak Lastri (my ART) resigned about three weeks ago? Nope? Ok. Karena saya belum mendapat penggantinya, seluruh pekerjaan rumah harus saya tangani sendiri. Jujur, berat sekali buat saya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Saya menghabiskan hampir 12 jam waktu saya di luar rumah untuk bekerja. Pulang ke rumah dalam keadaan cukup lelah dan satu-satunya hal yang saya inginkan hanyalah menghabiskan waktu bersantai bersama anak dan suami. So, akhirnya pekerjaan rumah selalu menumpuk di akhir pekan.

Akhir pekan kemarin, cucian menumpuk, rumah berantakan, and the worst part: suami saya sakit. Jadi, sembari mengurus suami yang sakit, saya juga menjaga Al sambil mengerjakan pekerjaan rumah. Saya menemani Al main, sambil mencuci pakaian (pakai mesin sih), sambil membereskan barang-barang yang berantakan. It's messy. Saat suami saya bangun, ia minta dibuatkan teh hangat. Saya pun ke dapur dan memasak air.

Seperti biasa, Al mengikuti kemana pun saya pergi. Teh selesai saya buat dan saya ingin membawanya ke ruang makan. Karena khawatir Al terkena teh panas, saya memintanya tidak memegang saya dulu. Hanya berselang beberapa detik saya meninggalkan Al di dapur untuk membawa teh ke meja makan, Al menangis kencang. Saya pun bergegas ke dapur, mendapati dia berdiri di atas kotak tupperware menghadap ke kompor. Bodohnya, saya tidak curiga. Saya hanya berpikir Al menangis karena saya tinggalkan sendirian.

Saya langsung menggendong dan membujuknya untuk diam. Al tetap menangis kencang, seluruh badannya basah karena keringat bercampur air mata. Dan saya masih saja tidak menyadari ada yang salah. Akhirnya saya membawa Al ke kamar dan menyusuinya. Ia menolak menyusu dan tetap menangis. Saya kembali menggendongnya ke luar kamar dan Al tetap menangis. Saya sempat kehilangan kesabaran dan dengan tegas memintanya untuk berhenti menangis. Saya akhirnya membawa Al kembali ke kamar, menurunkan temperatur AC agar kamar lebih dingin, dan menyusui Al. Sambil saya menepuk-nepuk punggung dan membujuknya untuk berhenti menangis, Al pun akhirnya tertidur dan saya lanjut mencuci dan membereskan rumah.

Setelah semuanya beres, saya menengok Al yang masih tertidur pulas di kamar. Dalam tidurnya, sesekali ia sesenggukan. Saya mendekap dan mencium-ciumnya. How i love this boy so mucccchhh. Kemudian tanpa sengaja saya melihat jarinya agak merah. Saya memeriksa dan akhirnya curiga Al sempat memegang kompor panas. Karena kelihatannya tidak parah, hanya merah saja, saya pun tidak khawatir dan hanya mengoleskan petroleum jelly. Saat Al bangun, ia pun langsung ceria dan bermain seperti biasa. Kejadian ini pun terlupakan.

Then, klimaksnya mana? Emmmm, hari ini (hampir sepekan sejak kejadian tersebut) Al terbangun saat subuh. Ternyata Al pup. Selesai menceboknya, memakaikan popok dan menyusuinya, ternyata Al belum mau tidur lagi. Al minta bermain di luar kamar. Saya pun menemaninya bermain, mumpung akhir pekan, saya tidak terlalu terburu-buru ke kantor. Saat saya memangku Al sambil membaca buku, tak sengaja saya melihat jari manisnya sebelah kiri. saat saya perhatikan lebih dekat, bagian pinggir dalam jari manis terlihat menghitam. Pekan lalu saya hanya melihat jari tengahnya merah, ternyata luka yang lebih parah ada di jari manisnya. Saya lihat lebih dekat lagi, owwwhhhh, saya tidak tega menceritakannya. Luka itu sudah mengering tanpa diobati, meninggalkan bekas dan Al pasti sangat kesakitan saat itu. Saya sedih sekali dan menangis sambil memeluknya.

Saya menyalahkan diri saya sendiri. Bahkan, saat anak saya menangis kesakitan pun, saya tidak tahu, saya tidak menyadarinya. Ini murni kesalahan saya. Benar-benar kesalahan saya. Saya melihat dan mendengar Al menangis, tetapi tidak dengan hati saya. Walaupun belum bisa berbicara jelas, seharusnya saya tahu apa yang ingin Al katakan dengan tangisannya. Saya malah mengabaikan apa yang Al rasakan. Saya mengabaikan tangisannya. Seandainya saya lebih 'mendengar' pasti tidak akan seperti ini. Seandainya saya tidak lalai meninggalkan Al di dapur, pasti jari Al ga bakal luka dan berbekas seperti itu. Seandainya saya memeriksa tangan Al lebih detail seminggu yang lalu, pasti masih bisa diobati dan tidak akan terlihat seperti sekarang. Saya menyesal. I'm a bad mommy, indeed :((




05 May 2012

Gigi Pertama Al

Jreng jreng jreng jreng... Hihihihi.. I'm happy... Yang saya nanti-nantikan selama berbulan-bulan ini akhirnya datang juga. Apaaaa? hihihi.. GIGI! Ya, setelah penantian yang cukup panjang, intensif meminum CDR, memberikan makanan high-calcium, akhirnya gigi pertama Al muncul. Kemunculannya pun tepat di saat saya berencana membawa Al ke dokter gigi anak. Saya gemas dan mulai was-was kenapa di usia 14 bulan gigi Al belum erupsi juga.

Tak disangka, tak diduga, si putih imut itu pun akhirnya hadir. Sungguh takjubnya saya melihat gigi kecil mungil yang belum sepenuhnya nongol ke permukaan itu. Prosesnya pun tidak terlalu berat. Al sempat agak hangat dan rewel saat tidur malam selama dua hari. Al menggigit jarinya dan berbagai benda yang berada di sekitarnya. But overall, semuanya baik-baik saja. Al tetap ceria dan aktif, menggemaskan, semakin pintar, sehat, Alhamdulillah. Cant wait to see your another teeth, baby boy... :))