30 June 2009

Irak Rayakan Kedaulatan Nasional

Irak bagai terlahir kembali, setelah tenggat penarikan mundur pasukan Amerika Serikat berakhir kemarin (30/6). Rakyat Irak merayakan “kebebasannya” dengan pesta kembang api di wilayah ibukota Baghdad. Kini Irak bertanggungjawab penuh atas keamanannya sendiri. Pemerintah Irak menetapkan 30 Juni menjadi libur nasional dan memproklamirkannya sebagai Hari Kedaulatan Nasional Irak.

“Penarikan mundur pasukan Amerika dari seluruh kota telah selesai sekarang, setelah segalanya telah mereka korbankan atas nama keamanan. Kini kita merayakan restorasi kedaulatan,” kata Sadiq al-Rikabi penasihat senior Perdana Menteri Nuri al-Maliki dilansir AP.

Langit kota Baghdad dihiasi dengan warna-warni kembang api, menggantikan bom yang menghantui kehidupan warga selama beberapa tahun terakhir. Ribuan orang turun ke jalan sembari menyanyikan lagu-lagu patriotik. Mereka mengabaikan imbauan Wakil Presiden Tariq al-Hashemi untuk menghindari tempat-tempat keramaian.

“Semua rakyat Irak berbahagia hari ini karena sekarang merupakan hari pertama dimana mereka akan melindungi diri mereka sendiri,” kata juru bicara pertahanan sipil Baghdad, Tahsin al-Sheikhli kepada AFP.

Meski begitu, keamanan tetap ketat. Jumlah pos pemeriksaan di Baghdad ditingkatkan. Pengecekan identitas dan pendeteksian bom juga gencar dilakukan kendaraan milik militer Irak dihiasi dengan bunga dan bendera negara ikut berpatroli di tengah pesta.

Pasukan AS yang telah menginvasi wilayah itu sejak 2003 silam, sudah meninggalkan kota-kota di Irak, menyisakan hanya sejumlah kecil pasukan perang dan pelatih militer, yang juga akan segera ditarik mundur pada September 2010 nanti. Militer AS akan melanjutkan operasi perangnya di area-area pedalaman dan dekat perbatasan, tapi hanya dengan izin dari pemerintah Irak.

Penarikan pasukan Amerika ini sesuai dengan misi Presiden Barack Obama, untuk mengalihkan konsentrasi perang dari Irak, yang dianggap sudah mulai tenang, ke wilayah Afganistan, yang masih gencar bergulat dengan keberadaan Taliban. Kini, Irak diberikan kebebasan penuh untuk kembali mengurusi negaranya sendiri.

“Ya, Kami pikir Irak telah siap dan Irak juga berpikir bahwa mereka telah siap,” kata duta besar AS Christopher Hills.

Proses penarikan mundur pasukan ini sempat menuai kekhawatiran. Setelah situasi Irak mulai tenang dengan tingkat kekerasan dalam kurun dua tahun terakhir menurun drastis, menjelang tenggat, situasi Irak justru kembali memanas. Terjadi serangkaian bom di sejumlah kota, khususnya Baghdad dan Kirkuk, yang menewaskan lebih dari 250 orang dalam 10 hari terakhir. Serangan tersebut benar-benar menjadi ujian cukup keras bagi pemerintah Irak di masa transisinya.

Setelah memegang kendali penuh atas kedaulatannya, kini pemerintah Irak akan menanggung beban yang jauh lebih besar. Berbagai persoalan telah menghadang, di antaranya melakukan usaha rekonsiliasi antara kelompok Sunni, Syiah, dan Kurdi, yang menjadi salah satu masalah utama di negeri ini selama bertahun-tahun. Begitu pula dengan persoalan-persoalan sosial, politik dan pembangunan.

Edisi Cetak, Jurnal Nasional/1 Juli 2009

Astri Ihsan/AP/AFP/BBC/Al Jazeera

No comments:

Post a Comment