01 May 2013

Alair and His Style

Sejak saya masih hamil, saya tidak terlalu tertarik dengan segala perlengkapan bayi yang bermotif "anak-anak". Contohnya, ketimbang gambar-gambar kartun, binatang-binatang lucu, corak warni-warni khas anak-anak, saya justru lebih senang memilih baju polos untuk Alair.

Saya bahkan tidak membeli tas khusus perlengkapan bayi (semacam diaper bag). Saya lebih suka membawa barang-barang Alair di tas biasa. Hal tersebut masih berlangsung sampai sekarang. Saya cukup selektif untuk memilihkan pakaian dan barang-barang Alair. Menurut saya pribadi, anak kecil pun harus tampil keren. Semakin simple dan tampil ala anak muda, menurut saya semakin keren.

Sampai suatu hari, seorang teman kantor yang sudah jarang bertemu tapi ada di contact BBM saya, tiba-tiba menegur saya.

M: Mbak, itu Al pakein baju anak-anak dong. Gayanya tua begitu.
GW: Emang kenapa? Gw suka.
M: Kayak orang tua aja. Anak-anak ya dipakein baju anak-anak.
Gw: (Mengernyit tapi masih berusaha mendengarkan)
M: Ada tuh fotonya Al di DP BBM yang pake kemeja, ihh kok lebih tua dari bapaknya.


Astaga. Sebenarnya saya marah. Sangat marah. Tapi mengingat si gadis nyinyir itu belum punya anak bahkan suami, rasanya tidak layak saya menanggapinya. Saya sungguh tidak habis pikir bila seseorang tidak bisa menerima perbedaan selera tiap orang. Cara saya mendandani, membesarkan, mendidik Alair pastinya berbeda dengan orang lain.

Saya tidak berharap orang lain harus suka dengan cara saya dan style Alair. Lagipula, pertimbangan terpenting ketika saya memilihkan baju Alair adalah kenyamanannya. Tidak sekedar tampil keren, tapi juga harus nyaman. Tidak kekecilan dan tidak kebesaran. Just fit to his body.

Sejak kapan anak-anak diharuskan hanya boleh memakai baju bermotif anak-anak? Kalau saya lebih senang melihat anak saya memakai kemeja ala anak muda, kaos-kaos dengan tulisan lucu, sepatu sneaker, apa itu penyimpangan? Itu baru soal baju, apalagi parenting style.



Melebar sedikit, in my opinion, tidak perlu ada garis pakem tentang bagaimana cara terbaik membesarkan anak. Saya menganggap, membesarkan anak membutuhkan insting dan juga ilmu. Tidak sekedar ikut katanya begini, katanya begitu, harusnya begini, harusnya begitu, yang normalnya begini, normalnya begitu. Please, jangan nyinyir dan menghakimi orang lain.

(Daripada pusing dan nyinyir lihat foto anak saya yang dianggap bergaya "tua" di display picture BBM saya, haduhh delete from contact aja ga pa2 banget loh, ga bikin dosa. =))

2 comments:

  1. haha. menghibur. setuju, mbak. mungkin karena teman mbak Astri belum menikah dan punya anak jadi punya banyak waktu untuk ngecek semua foto di bbm nya. salam kenal, mbak =]

    ReplyDelete
  2. Hehehe.. Salam kenal juga Tyara..

    ReplyDelete