25 September 2008

Situasi Negara Miskin Dunia

New York | Kamis, 25 September 2008
Keyword : Negara miskin, dana bantuan, krisis pangan

Pada pergantian milenium, para pemimpin dunia berkomitmen untuk memangkas kemiskinan dunia secara ekstrim menjadi setengahnya dan melakukan pengurangan besar-besaran malnutrisi dan tingkat kematian anak. Mereka memperbaharui komitmen itu pada 2005 dengan janji akan meningkatkan bantuan menjadi $140 miliar setiap tahun hingga 2010.

Namun, lihat keadaan saat ini. Harga pangan dan energi yang membumbung tinggi semakin memperburuk penderitaan negara-negara miskin dunia. Sementara negara-negara terkaya gagal dalam kemitmen bantuan mereka.

Kekacauan keuangan saat ini semakin membuat negara-negara makmur kesulitan memenuhi janji mereka kepada negara miskin. Tanpa dana, banyak cita-cita pengembangan yang diumumkan dengan segenap keriuhan tak akan terwujud.

Bantuan-dari negara-negara maju menurun hampir sebesar 13 persen antara 2005 hingga 2007. Agregasi anggaran bantuan dari negara-negara maju berjumlah 0,28 persen dari pendapatan nasional mereka, jauh di bawah target 0,7 persen yang pernah disetujui oleh para pemimpin dunia beberapa tahun silam.

Hanya Swedia, Norwegia, Belanda, Luksemburg dan Denmark yang memenuhi target itu. Bantuan luar negeri Kanada hanya berjumlah 0,28 persen dari pendapatannya. Jepang sebesar 0,17 persen. Sementara Amerika Serikat dengan memalukan menempati posisi akhir dalam daftar, hanya mengeluarkan 0,16 persen untuk dana bantuan negara miskin.

Banyak negara yang menetapkan terlalu banyak syarat untuk pemberian bantuan mereka, seperti kewajiban membeli suplai dari negara bantuan. Aliran bantuan kerapkali diayunkan oleh politik domestik, membuat mereka tak bisa diprediksi dan menyulitkan negara penerima untuk mengaturnya.

Negara-negara miskin dunia masih membutuhkan bantuan. Menurut studi bank dunia terbaru, sebanyak 1,4 miliar orang hidup dalam kemiskinan yang ekstrim pada 2005. Dua puluh tujuh persen balita malnutrisi. Tingkat kematian mereka adalah 83 per 1.000 kelahiran, berada 14 kali tingkat negara kaya. Apapun pencapaian yang telah dibuat melawan kemiskinan, resiko tetap menghadang dengan kenaikan harga pangan.

Dalam pertemuan PBB minggu ini, Sekjen Ban Ki-moon mengingatkan bahwa dunia tengah menghadapi “krisis perkembangan”, dan dia mengekspresikan kekhawatirannya bahwa negara-negara makmur akan semakin jauh dari kmitmennya. Kita pun berbagai kekhawatiran itu.

Astri Ihsan/NYTimes

No comments:

Post a Comment