Israel mulai melakukan serangan darat ke Jalur Gaza kemarin (4/1) setelah melakukan serangan udara sejak sepuluh hari lalu. Ribuan pasukan Israel didukung kendaraan lapis baja dan helikopter memasuki Jalur Gaza dini hari kemarin.
Seperti dilaporkan Al Jazeera, pasukan Israel mulai memasuki kota Beit Lahiya dan Beit Hanoun di utara Gaza. Ledakan dan tembakan artileri serta roket terdengar di sepanjang wilayah yang dimasuki Israel. Peperangan besar pecah antara pasukan Israel dan Palestina di wilayah Zaytoun.
Gaza semakin mencekam dengan ketakutan dan teror dari pasukan Israel. Kemarin Israel juga memerluas blokade laut dari enam mil menjadi 20 mil untuk mencegah masuknya bantuan kemanusiaan dan penyergapan dari arah laut.
Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengatakan operasi militer bertujuan memaksa Hamas menghentikan aktivitas “kejam” terhadap Israel dan membawa perubahan signifikan. Tindakan ini disebutnya sebagai operasi terbatas untuk menghancurkan infrastruktur Hamas.
“Ini tidak akan mudah dan pendek. Kami dengan hati-hati mempertimbangkan semua pilihan. Kami tidak haus perang tapi kami seharusnya tidak mengizinkan sebuah situasi di mana kota-kota kami secara konstan diserang oleh Hamas,” katanya.
Juru bicara pemerintah Israel, Mark Regev, mengatakan tujuan utama misi mereka adalah menghentikan serangan roket Hamas ke wilayah Israel. “Hamas adalah penanggung jawab tunggal atas krisis ini dan sekarang mereka membayarnya.”
Serangan roket Hamas ke wilayah Israel masih berlanjut. Sejak agresi Israel ke Gaza pada 27 Desember lalu, empat orang warga Israel tewas akibat serangan roket Hamas. Namun, jumlah itu sangan kecil dibandingkan korban pihak Palestina akibat serangan Israel yang mencapai 460 orang tewas, termasuk anak-anak dan perempuan, serta melukai ribuan orang lainnya.
Hamas berjanji mengalahkan pasukan Israel. Kelompok ini yakin operasi militer Israel tidak akan berhasil. Khaled Meshaal, pemimpin politik Hamas, mengingatkan bahwa setiap serangan darat Israel hanya akan menemui “takdir gelap”.
Al Jazeera melaporkan jaringan listrik di Gaza utara telah dipadamkan sehingga lebih dari 250 ribu warga di sana hidup tanpa listrik. Dengan terbatasnya pasokan bahan bakar, makanan dan obat-obatan akibat blokade Israel, dikahwatirkan Gaza akan mengalami krisis kemanusiaan.
Komite Palang Merah Internasional mengungkapkan bahwa tim medis daruratnya telah dua hari dirintangi memasuki wilayah Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan 25 persen warga sipil Palestina ikut terbunuh sejak Israel memulai operasi militernya.
PBB tampaknya tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi kekejian tentara Yahudi. Meski Dewan Keamanan mengadakan rapat darurat Sabtu malam lalu, namun tak mencapai kesepakatan apa pun. Draft resolusi yang mengecam tindakan Israel dan meminta serangan ke Gaza segera dihentikan, belum juga disetujui.
Astri Ihsan/Al Jazeera/BBC/Reuters/AP/CNN
No comments:
Post a Comment