22 October 2008

Gara-gara Krisis, Pemilu Legislatif Ukraina Ditunda

Presiden Ukraina Viktor Yushchenko, Senin (21/10), mengumumkan pengunduran penyelenggaraan pemilu legislatif, yang seharusnya akan diadakan pada 7 Desember diundur seminggu menjadi 14 Desember. Menurutnya, Parlemen akan dikerahkan kembali untuk melakukan langkah-langkah darurat memerangi krisis finansial global.

“Saya di sini hari ini untuk menandatangani dekrit memanggil kembali parlemen selama beberapa hari sehingga mereka dapat melakukan pemungutan suara atas amandemen anggaran dan sejumlah tindakan menghadapi krisis,” kata Yushchenko.

Namun, tampaknya keputusan Yushchenko ini tidak semata-mata demi memerangi krisis finansial global. Yushchenko merasa “panas” menyusul imbauan dari Perdana Menteri Yulia Tymoshenko, dalam konflik terbukanya dengan Yushchenko, agar partai politik mengadakan pertemuan awal pekan ini untuk membentuk sebuah tim yang berusaha menyelamatkan Ukraina dari imbas krisis ekonomi.

“Saya mengimbau Presiden Ukraina, semua kekuatan politik dan pemimpin faksi militer dengan sebuah gagasan yang sederhana dan jelas,” kata Tymoshenko kala itu.

Ketegangan politik yang semakin dalam antara presiden dan perdana menteri tampaknya terus membayangi kehidupan Ukraina. Semakin terasa lagi ketika Ukraina menghadapi krisis keuangan, yang membuat negara pecahan Uni Soviet ini berencana meminta pinjaman darurat dari Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar US$14 miliar.

Sementara pembicaraan dengan IMF masih berjalan, peringkat kredit terus menurun dan pasar saham Ukraina telah kehilangan lebih dari 70 persen nilainya pada tahun ini. Bank pusat juga telah menjamin sejumlah bank. Ekonomi negara ini terancam ambruk.

Yushchenko membubarkan parlemen pada 8 Oktober lalu dan mengumumkan percepatan pemilu pada 7 Desember nanti. Keputusan Yushchenko ini ditentang oleh Tymoshenko, yang kemudian menegaskan bahwa pemilu tersebut tak akan terjadi.

Tak berapa lama, Yushchenko pun berubah pikiran dan mengundur jadwal pemilu yang telah ditetapkannya serta memanggil kembali dewan parlemen. Namun, Yushchenko tetap balas menyerang Tymoshenko, mengingatkan bahwa menantang legalitas pemilu hanya akan menggoncang situasi politik.

Pertikaian antara Tymoshenko dengan Presiden Ukraina Viktor Yushchenko telah berlangsung lama. Koalisi Revolusi Oranye yang mereka bentuk pun terpecah. Koalisi berusia sepuluh bulan tersebut runtuh di tengah-tengah ketegangan dengan Rusia mengenai perang di Georgia dan keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO.

Koalisi ini terpecah antara mengecam invasi Rusia di Georgia yang didukung oleh Tymoshenko dan pilihan sikap netral terhadap Moskow yang diusung oleh Yushchenko. Tymoshenko menuduh Yushchenko mengkhianati kepentingan Ukraina. Keduanya pun tampaknya akan maju bersaing dalam pemilihan presiden mendatang.

Astri Ihsan/AFP

No comments:

Post a Comment