20 October 2008

Pakistan Pertimbangkan Bantuan IMF

Khawatir dengan kondisi ekonominya, Pakistan mulai mempertimbangkan untuk menerima bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF). Hal ini diungkapkan menteri keuangan Pakistan, Shaukat Tareen, Minggu (19/10).

“Kami bisa mengambil dana tersebut jika kami inginkan, tapi hanya sebagai back-up,” ujarnya.

Kondisi ekonomi Pakistan nampaknya memang mulai carut marut. Dihantam oleh inflasi tinggi dan jatuhnya nilai mata uang hingga sepertiga nilainya, negara bersenjata nuklir ini memerlukan sekitar $5 miliar untuk menghindari kelalaian pembayaran utang tahun depan. Belum lagi dana yang diperlukan untuk membiayai pemberantasan militan Islam di wilayah barat laut negara tersebut.

Tareen mengungkapkan bahwa Pakistan masih berupaya mengamankan dana yang dibutuhkan dan masih yakin tak akan lalai membayar utang. Dia memprediksikan bahwa Pakistan akan segera menerima lebih dari $4,5 miliar melalui akselerasi pinjaman pengembangan terencana. Menurutnya, bantuan dari IMF hanya dibutuhkan sebagai rencana C.

Meminta bantuan dari IMF, secara politik akan menyulitkan bagi pemerintah Pakistan. Bantuan tersebut biasanya mensyaratkan untuk memangkas pengeluaran publik, yang dapat mempengaruhi program-program untuk rakyat miskin.

Pakistan juga yakin negara-negara kaya masih akan membantu mengucurkan dana, meskipun Presiden Asif Ali Zardari, Jumat lalu (17/10) baru saja kembali dari China tanpa memperoleh komitmen bantuan.

“Negara-negara kini sibuk dengan rumah tangga mereka sendiri, tapi mereka tidak akan meninggalkan Pakistan di tengah jalan,” demikian ungkap Muzzammil Aslam, kepala ekonom di firma keamanan Pakistan KASB.

“Ini merupakan garis depan pertahanan dunia melawan Taliban dan al-Qaida,” tambahnya.

Sekitar 160 juta penduduk miskin Pakistan kini menderita karena meroketnya harga pangan dan bahan bakar. Sehari-hari mereka juga mengalami minim listrik akibat kekurangan energi.

Keadaan semakin diperburuk dengan serangan-serangan bom yang terus terjadi. Lebih dari 90 bom bunuh diri terjadi sejak Juli tahun lalu. Bulan lalu, bom bunuh diri terjadi di Hotel Marriot Islamabad, menewaskan 54 orang dan membuat staf PBB dan kedutaan asing menarik diri.

Krisis ini merupakan bagian dari pemerintahan sebelumnya, pimpinan Presiden Pervez Musharraf, yang tetap menyubsidi bahan bakar dan pangan meskipun harga komoditas internasional melonjak tajam tahun lalu. Hal ini menciptakan lobang besar dalam keuangan publik, dan meningkatkan inflasi hingga mencapai 25 persen pada bulan ini. n Astri Ihsan/AP

No comments:

Post a Comment