14 January 2009

Fiji Berlakukan Keadaan Darurat Usai Badai

Setelah sejumlah badai dan banjir melanda sepanjang pekan lalu, Fiji akhirnya memberlakukan darurat negara dan jam malam mulai kemarin (12/1). Badai sendiri telah menelan delapan orang korban dan membuat ribuan orang harus dievakuasi dari rumah mereka. Sejumlah area juga masih belum bisa diakses karena banyak jalan dan jembatan yang mengalami rusak parah.

Perdana Menteri Frank Bainimarama yang mendeklarasikan darurat negara mengatakan bahwa pemerintah akan berbuat semaksimal mungkin membantu masyarakat yang terkena banjir terbesar dalam satu dekade terakhir ini. Sejalan dengan deklarasi darurat negara, Pemerintah Fiji juga memberlakukan jam malam di sejumlah kota, di antaranya Ba, Nadi, dan Sigatoka.

“Pada dasarnya ini adalah untuk melindungi nyawa dan properti. Kami ingin mencegah elemen-elemen kriminal mengambil keuntungan dari area yang terkena banjir,” kata Menteri Pertahanan dan Keamanan Nasional Ratu Epeli.

Wilayah yang paling parah terhantam banjir dan badai terjadi di pulau utama di Fiji, yakni Viti Levu dan Aisea Qumihajelo. Banjir sendiri bisa mencapai ketinggian tiga meter. Badan meteorologi juga mengingatkan bahwa negara Pasifik Selatan ini masih akan mengalami hujan lebat dan angin kencang dalam beberapa hari ke depan.

“Ini sangat mengerikan, kami melihat pintu rumah dibuka paksa oleh air. Kami melihat barang-barang tersapu keluar rumah,” kata Vetaia Dokonivalu dari Kota Ba.

Banjir juga menyebabkan terjadinya longsoran tanah di sejumlah wilayah. Seorang korban berhasil diselamatkan dari longsoran setelah ada orang yang melihat tangannya berusaha keluar dari lumpur dan reruntuhan.

“Penyebaran banjir, termasuk sejumlah banjir di sungai-sungai utama, diperkirakan akan terjadi pada Rabu dan Kamis,” kata Direktur Metereologi Rajendra Prasad.

Sejauh ini sekitar 10 ribu orang telah diungsikan di 114 pusat evakuasi. Pemerintah Fiji terus mengusahaan tersedianya makanan, seperti biskuit maupun susu untuk para pengungsi. Departemen Kesehatan mengkhawatirkan para pengungsi ini sangat rentan terserang diare dan tipus, mengingat mereka kekurangan suplai air dan minum dari air hujan.

Bencana ini juga menimbulkan kerugian besar bagi dunia bisnis di Fiji, khususnya di wilayah Ba dan Nadi, sekitar 90 persen usaha mengalami kerusakan atau kerugian.

Astri Ihsan/Reuters/AP/Al Jazeera

No comments:

Post a Comment