14 January 2009

Jepang-Korsel Pererat Hubungan

Meski masih dibayang-bayangi kolonisasi brutal Jepang pada 1910-1945, Korea Selatan menyambut baik kedatangan Perdana Menteri Jepang Taro Aso, Minggu (11/1). Kedua negara tampak berusaha menghangatkan hubungan diplomatik dan mempererat hubungan ekonomi, di tengah hantaman krisis keuangan global saat ini.

“Ini merupakan sebuah formalitas untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki visi yang berorientasi masa depan dan akan melihat ke depan, bukan menengok kembail masa lalu,” kata Masao Okonogi, seorang ahli Korea di Universitas Keio, Tokyo.

Sejak Aso menjabat sebagai perdana menteri, tampaknya Jepang memang terus berusaha menjalin kedekatan dengan Korsel. Aso dan Presiden Korsel Lee Myung-bak rutin mengadakan pertemuan setiap bulannya sejak Oktober tahun lalu demi menggalang dan meningkatkan kerja sama. Aso, dalam kunjungan dua harinya ini, dijadwalkan akan mengadakan pembicaraan formal dengan Lee hari ini (12/1).

Aso dan Lee diharapkan akan menyepati peningkatan kerja sama untuk mengatasi krisis finansial dan membahas mengenai pentingnya mencegah proteksionisme. Kedua negara, yang sama-sama merupakan negara pengekspor besar ini, pada bulan lalu menyetujui pertukaran nilai mata uang sebesar US$20 miliar, termasuk di dalamnya investasi perdagangan.

Korsel memang tengah merasakan hantaman keras krisi finansial global. Negara dengan ekonomi terbesar ke-13 di dunia dan keempat di Asia ini diprediksikan paling rentan terhadap kekacauan ekonomi. Banyak analis memprediksikan ekonomi Korsel akan merosot sebanyak tiga persen untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir.

Sementara Jepang, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini, mulai mengalami resesi sejak Juli tahun lalu. Analis memprediksikan bahwa GDP Jepang akan menukik tajam ke titik terendah dalam 34 tahun terakhir.

Tak heran, bila keduanya sama-sama berusaha saling menguatkan dan tidak semakin terpuruk dalam hantaman krisis dengan saling mendukung dan meningkatkan kerja sama, khususnya di bidang ekonomi.

Aso dan Lee juga diagendakan untuk membahas pembicaraan multilateral menyangkutan pelucutan program nuklir Korea Utara dan juga kemungkinan mewujudkan kesepakatan perdaganan antara Jepang dan Korsel yang negosiasi mengenai tarifnya telah tersendat selama bertahun-tahun. Kedua negara ini juga berniat meningkatkan kerja sama dalam bidang antariksa dan program satelit.

"Akan lebih efektif bagi Korsel untuk bekerja dengan Jepang dalam merespons potensi kekuatan ekonomi China," kata Lee Myon-woo dari Institut Sejong, Seoul. China adalah mitra perdagangan utama kedua negara.

Namun, menteri luar negeri kedua negara sama-sama membantah bahwa pertemuan Aso dan Lee kali ini juga akan membahas mengenai sebuah pulau yang telah lama disengketakan.

Di Korsel, pulau tersebut dikenal dengan nama Dokdo, sementara di Jepang dikenal dengan Takeshima, yang jaraknya sama dari masing-masing negara. Pulau yang sangat kecil tersebut berlokasi dekat lahan penangkapan ikan yang subur dan kemungkinan menyimpan kekayaan gas alam melimpah.

Astri Ihsan/Reuters

No comments:

Post a Comment