20 July 2011

Dilema

Ingatanku melayang ke belasan tahun lalu. Terekam dengan baik di memoriku, nikmatnya wangi makanan yang masih hangat tersaji di meja makan sepulang aku sekolah. Ibu menunggu di pintu, menyuruh kami segera berganti pakaian, lalu makan. Ibu juga wangi sekali. Biasanya ibu baru saja selesai mandi. Aku ingat wangi hand body yang digunakannya. Losion berwadah putih bergambar sapi, aku tak ingat mereknya.

Ibuku seorang ibu rumah tangga yang baik. Masakannya hebat. Ibu selalu berada di samping anak-anaknya, apapun itu kondisinya. Menjadi garda terdepan bila anak-anaknya bermasalah di sekolah. Ibu selalu seperti itu, bahkan hingga kami sebesar ini.

Meski ibu tak lagi wangi losion berwadah putih & bergambar sapi, tapi ia tetap menjadi orang yang paling mengenal anak-anaknya. Ia paling tahu cara membangkitkan selera makan kami. Ia yang paling heboh menangis ketika kami sedang sakit atau tertimpa masalah. Itulah ibu, perempuan hebat dan serba bisa. Ibu terbaik di seluruh dunia.

Bolehkah aku seperti ibu saja? Aku pengen mengurus anakku di rumah, menyaksikan setiap detik perkembangannya, melihat dia pertama kali belajar tengkurap sendiri, mendengarkan dia mengucap kata-kata pertamanya, berada di sampingnya ketika dia jatuh-bangun belajar berjalan.

But at the other side, aku juga ingin memastikan anakku tercukupi kebutuhannya. Aku ingin dia hidup layak dan hanya dengan bekerja aku bisa memastikan itu. God, show me the way. Tuhan, aku butuh bantuanMu.

No comments:

Post a Comment