21 April 2012

Financial Talk: Belajar Merencanakan Keuangan (Part 1)

Memulai perencanaan keuangan memang cukup ribet, tapi bukan berarti sulit dilakukan. Saya memulainya dengan sederhana, yakni menghitung detail pemasukan dan pengeluaran. Setelah terinci, saya pun mulai memilah-milah, mana yang benar-benar kebutuhan utama dan mana pos pengeluaran yang bisa disingkirkan ataupun dikurangi karena sifatnya yang tidak begitu penting. Saya tidak pernah melakukan ini sebelumnya, ternyata cukup melegakan dan mencengangkan ketika tahu berapa uang yang masuk dan keluar dari kantong kami selama ini. Setidaknya saya jadi tahu, pos pengeluaran mana yang paling bikin kantong kami bolong.

Tahap berikutnya, adalah menetapkan tujuan keuangan kami, di luar pengeluaran bulanan. Saya membaginya menjadi empat: Dana Pendidikan, Dana Darurat, Dana Pensiun, dan Asuransi. Saya dan suami memutuskan untuk berinvestasi di Reksadana demi memenuhi kuantitas keempat pos keuangan ini, jumlahnya tak boleh lebih dari 30 persen pemasukan bulanan kami.

Dana Pendidikan

Untuk mengetahui berapa dana pendidikan yang dibutuhkan Al, saya mulai dengan "browsing" daftar sekolah dan kisaran biayanya, mulai dari playgroup hingga kuliah. Ini juga harus disesuaikan dengan kemampuan kami alias sadar diri. Saya harus menyekolahkan Al di tempat yang bagus tapi juga terjangkau oleh keuangan kami. Perhitungan dana pendidikan di tiap tingkatan hanya untuk uang pangkalnya saja, ditambah dengan perhitungan inflasi 15-20%.

Sementara, untuk SPP nantinya akan dimasukkan ke pengeluaran bulanan. Uang SPP sebaiknya tak lebih dari 10% pengeluaran bulanan. Tak perlu sok-sokan untuk menyekolahkan Al di sekolah "mentereng" yang ternyata untuk uang SPP saja tak sanggup kami bayar saking mahalnya.

Saya berencana memasukkan Al di playgroup pada 2014, TK 2015, SD 2017, SMP 2023, SMU 2026 dan universitas pada 2029. Saya membagi dana pendidikan ini dalam tiga term: jangka pendek (playgroup dan TK), jangka menengah (SD), jangka panjang (SMP, SMU dan universitas). Menghitung biaya pendidikan dapat dilihat di sini .

Setelah membagi term dana pendidikan, saatnya menentukan akan diinvestasikan ke produk apa saja per masing-masing term pendidikan. Setelah mencari tahu dan membahasnya dengan suami, kami memutuskan untuk menginvestasikan dana pendidikan jangka pendek di Reksadana Pendapatan Tetap, jangka menengah di Reksadana Campuran, dan jangka panjang di Reksadana Saham. Semuanya memiliki perhitungan, tentu saja juga dengan resiko masing-masing. Semakin kecil resikonya, kecil pula imbal hasilnya. Sebaliknya, semakin besar resikonya, semakin besar pula imbal hasilnya.

Kami memilih membeli produk Reksadana di salah satu bank yang terjangkau jaraknya dari kami, selain itu ada fasilitas Installment Plan sehingga bank secara otomatis mengautodebet jumlah dana yang telah kami tentukan setiap bulannya untuk dimasukkan ke pasar Reksadana. Jenis produk Reksadana bisa dilihat di sini.

Alhamdulillah, untuk dana pendidikan Al, sudah mulai kami cicil dari sekarang. Memang tak banyak, tapi sedikit demi sedikit lama-lama pasti menjadi bukit bukan? Heheh.. Insya Allah saat dibutuhkan nanti, dananya pun sudah siap dan mencukupi. Aamin. Dan yang penting untuk diingat adalah jangan serakah dan hanya memikirikan keuntungan. Ketika dana di reksadana sudah mencukupi untuk tahap pendidikan yang telah ditentukan, sebaiknya langsung "diamankan" saja di deposito. Begitchuuuu...

to be continued...

No comments:

Post a Comment