21 April 2012

Financial Talk: Saatnya Memulai!

Saya suka belanja. Bila menginginkan sesuatu, saya akan membelinya tanpa berpikir panjang. Bila menyukai sesuatu dengan pilihan warna berbeda dan dua-duanya bagus, saya tidak bisa memilih dan biasanya akan membeli kedua warna tersebut. Saat membeli jilbab, saya tidak bisa membeli hanya satu, biasanya akan berakhir dengan lima atau sepuluh jilbab sekaligus. Saya menyukai baju bergaris hitam putih dan membeli banyak baju bermotif itu dalam berbagai model. Saya membeli lima wedges UP dalam dua bulan terakhir. Saya pernah menghabiskan sekian juta dalam sebulan hanya untuk membeli make-up yang sebenarnya jarang saya gunakan. All i want to say adalah saya adalah orang yang sangat boros, meskipun saya tahu betul bahwa uang saya terbatas. Saat saya menyukai sesuatu, saya harus membelinya. Titik.

Alhamdulillah, saya akhirnya menemukan sebuah titik terang dan tercerahkan setelah membaca sebuah artikel mengenai pendidikan. Saya terhenyak ketika menyadari bahwa pendidikan itu MAHAL! Uang pangkal masuk playgroup saat ini saja setidaknya sudah mencapai dua kali lipat uang pangkal saya masuk Universitas Indonesia pada 2003. Sekitar 17 tahun ke depan, uang pangkal masuk universitas kira-kira 10 kali lipat dari biaya sekarang. Inflasi di sektor pendidikan sangat tinggi, mencapai 15-20 persen setiap tahun. Gilak!

Saya pun seperti tersadarkan, saya harus berubah, saya tidak bisa terus bergaya hidup boros. Saya harus menyingkirkan keegoisan saya dan fokus menyiapkan bekal untuk masa depan Al: PENDIDIKAN! Saya bisa hidup tanpa make-up mahal, saya tak perlu eye shadow palette berbagai edisi, saya hanya perlu beberapa sepatu yang benar-benar saya gunakan, beberapa tas yang benar-benar saya sukai. Semuanya karena Al sangat butuh pendidikan untuk bertahan hidup di masa depan. Pendidikan itu membutuhkan biaya yang sangat besar, perlu perhitungan, dan pastinya perlu perencanaan.

Kalau saya terjamin kaya tujuh turunan, saya tidak perlu memikirkan tetek bengek soal dana pendidikan. Nyatanya, saya dan suami tak kaya raya. Saya tidak memiliki dana instan untuk membiayai pendidikan Al. Saya harus berhemat, menyisihkan anggaran untuk dana pendidikan Al. Kalau saya tidak memulainya dari sekarang, mungkin saat Al harus masuk playgroup atau TK, saya harus berutang kiri-kanan hanya demi membayar uang pangkalnya saja. What a pity! Saya tidak ingin seperti itu. Saya ingin mempersiapkan segala sesuatunya untuk Al. Kami lebih baik hidup sederhana saja, asalkan Al bisa sekolah dengan layak.

Saya pun membahas "kerisauan" hati saya dengan suami. Saya mengutarakan pandangan saya, bahkan menyiapkan berbagai artikel keuangan untuk kami baca dan telaah bersama. Alhamdulillah, saya dan suami memiliki visi yang sama. Kami sama-sama menyadari betapa pentingnya merencanakan keuangan, bukan hanya soal pendidikan Al, tapi segalanya. Kami berdua bahkan sempat berkata "Ahh, kemana aja kita selama ini? Dipakai buat apa aja uang kita selama ini?" But, better late than never kan? Untungnya kami sama-sama tersadar dan mau berubah. Dan kami pun memulai perubahan ini, which i called "Revolusi Keuangan".

to be continued....

No comments:

Post a Comment