27 March 2012

Hamil Lagi???

Hamil lagi??? Eittsss, entar dulu deh.. Sekitar dua atau tiga tahun lagi. Saya masih mau menikmati sepuas-puasnya merawat Al, fokus memberikan perhatian pada tumbuh kembangnya, menyiapkan dana pendidikannya, and so and so.

Jujur, saya belum siap untuk memiliki anak lagi. Suami saya berkali-kali mengatakan pada saya, bahkan sejak kami masih pacaran, bahwa dia ingin memiliki empat anak, setidaknya tiga anak lah. Masya Allah, liat perut, colek bekas c-sectio, hihihi.. Please sayang, satu atau dua anak aja gimana?

Saya lahir di sebuah keluarga besar. Lima bersaudara, empat perempuan dan satu laki-laki. Saya tahu betul bagaimana suka-dukanya harus berbagi segala hal dengan saudara. Sementara suami saya nyaris menjadi anak tunggal selama 18 tahun. Adik laki-lakinya sekarang baru berusia delapan tahun. Sangat wajar bila dia menginginkan suasana yang lebih ramai di keluarganya sendiri.

Hal lain yang masih sangat mengganggu pikiran saya adalah kami belum memiliki rumah sendiri. Saya ingin, saat kami merencanakan memiliki anak kedua, kami telah tinggal di rumah sendiri sehingga kami bisa fokus untuk memikirkan dana pendidikan, kesehatan dan masa depan anak. Insya Allah hal itu bisa terealisasi dua atau tiga tahun lagi. Jadi, Insya Allah saya akan siap memiliki anak lagi di saat semuanya memang sudah benar-benar siap. Di saat waktunya memang sudah tepat buat kami. Insya Allah.

Btw, beberapa teman dan saudara saya kini tengah mengandung anak keduanya. I'm happy for them. Semoga sehat terus dan lancar kehamilannya. Good luck, ladies :))

19 March 2012

SPT

Hari ini orang-orang di kantor disibukkan dengan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) di kantor. Thank God, pengurusannya ternyata tidak repot sama sekali. Tinggal melampirkan data pemasukan tahunan yang telah di-print HRD kantor bersama dengan form pajak. Setelah itu, tinggal memasukkan kedua form tersebut ke dalam amplop yang telah disediakan, mengisi data di amplop, serahkan ke petugas pajak, terima tanda bukti penyerahan, and done! Ya, semudah itu!

Salah seorang teman baik saya, yang masih cuti melahirkan dan sekarang tengah berada di Medan, meminta tolong untuk diambilkan print data penghasilannya di HRD. Hehehe sebenarnya saya enggan melakukannya. Bukan karena saya tidak mau membantu, tetapi saya sama sekali tidak ingin tahu berapa penghasilannya. Buat saya, gaji adalah urusan pribadi. Orang lain tak perlu tahu karena bisa menimbulkan kecemburuan bila gaji rekan kerja dengan desk yang sama lebih tinggi atau malah menjadi beban bila tahu gaji orang tersebut lebih rendah. Yasudahlah. Demi teman. :)

Oh iya, jadi ingat juga, tahun lalu saya mengurus SPT saat Al baru berusia sebulan lebih. Saya, yang waktu itu masih cuti melahirkan, buru-buru ke kantor setelah dikabari bahwa pengurusan SPT di kantor sisa hari itu saja. Waktu itu, seragam kantor saya tidak muat sama sekali, khususnya bagian dada hahaha...Jeans saya saat itu pun ketat. Semok deh pokoknya. Ehh, sekarang seragamnya sudah longgar lagi. Kapan ya bisa semok lagi kayak waktu itu.. hihihi...

11 March 2012

Only Babies Know

Membaca artikel ini, Babies Can Tell Jokes And Make Friends Before They Can Talk, membuat saya tersenyum-senyum sendiri. Ya, saya setuju, bayi bisa bercanda dan berteman, bahkan sebelum mereka bisa berbicara.

Saya teringat kejadian seminggu lalu saat saya berada di nursing room Pacific Place. Saat saya sedang menyusui Al di dalam bilik kecil, ada seorang ibu, bayinya dan baby sitter masuk juga ke nursing room. Karena saya dan Al berada di dalam bilik, saya hanya mendengar suaranya. Tampaknya sang baby sitter sedang mengganti popok si bayi. Usia si bayi sendiri sepertinya lebih kecil dari Al, hehehe based on suara tangisannya.

Setelah tangisan si bayi berhenti, dia mulai mengoceh-oceh khas bayi. "au..au..au.." atau apalah bunyinya hehehe.. Al pun tiba-tiba menyimak suara tersebut dan berhenti menyusu. Al membalas ocehan si bayi yang berada di luar. Eh, dibalas lagi oleh si bayi tersebut. Alhasil, Al yang berada di dalam bilik sahut-sahutan dengan bayi yang berada di luar dengan bahasa ajaibnya. Hal itu berlangsung cukup lama. Saya sempat terkikik mendengarnya.

See? Benar kan? Walaupun belum bisa berbicara jelas, bayi punya caranya sendiri untuk berkomunikasi dan berteman. Orang dewasa mungkin tidak mengerti, tapi saya yakin, mereka sesama bayi tahu maksudnya. :))

DSA

Bagi saya, mencari Dokter Spesialis Anak (DSA) yang sreg di hati jauh lebih sulit ketimbang mencari pacar, memasak, bikin artikel, atau apalah, pokoknya susah. Karena alasan itulah, saya akhirnya memutuskan membawa Al imunisasi di Puskesmas saja. Setidaknya, saya tidak berharap lebih dari tenaga kesehatan yang membantu imunisasi, biayanya murah (Rp2.000 saja), dan sekaligus ikut membantu menyukseskan program pemerintah.

Ada beberapa DSA yang pernah menangani Al. Pertama, dokter yang merawat Al saat baru lahir dan dirawat di Perina RS H**mina Jatinegara. Namanya dr. I*ham Amir. Sumpah, saya benar-benar ilfeel dengan dokter yang satu ini. Selama dua minggu Al dirawat di Perina, saya hanya bisa bertatap muka dengannya sebanyak dua kali. Dia visite ke ruang Perina tanpa waktu yang pasti. Kadang subuh, kadang pagi, kadang siang, argghh. Bertemu dengan dia pun, kami tak bisa berkonsultasi banyak. Bak pasukan militer, jalannya cepat, bicaranya tegas, tak komunikatif.

Setelah Al keluar dari RS, saya sempat membawa Al imunisasi polio dan hepatitis ke dokter ini. Omaigad, antrean pasiennya panjang sekali. Tampaknya itu yang membuat dia tak ingin berlama-lama dengan pasien. Satu pasien sepertinya tak lebih dari 3 menit. Yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk "PUTUS" adalah ketika saya bertanya serius tentang kenapa anak saya saat tidur terkadang sering bergetar seperti menggigil. Dan dia menjawab sekenanya "emang sekarang banyak yang menggetarkan dunia." Enough!! Such a waste membawa anak saya ke dokter yang asal bicara saja.

Saya juga pernah membawa Al ke dr. A*ti Praborini di RSIA yang cukup bagus di daerah Kemang. FYI, rumah sakit ini bagus sekali. Tempatnya luas, bersih, nyaman, mirip hotel, ada playground, bahkan counter Mothercare. Tak heran bila tarifnya pun cukup mahal. Menurut hasil browsing saya, sebenarnya dokter ini banyak juga yang merekomendasikan. Dia terkenal sebagai dokter yang pro ASI. Waktu itu Al pilek dan batuk selama seminggu. Saya sebenarnya senang karena dokter ini benar-benar pro ASI. Berulang kali dia menekankan mengenai pentingnya ASI. Dia pun tak terburu-buru memeriksa Al meskipun antrean pasiennya cukup banyak.

Yang membuat saya tidak sreg adalah ketika dia meresepkan antibiotik untuk meredakan pilek Al. Antibiotik yang diresepkan pun dalam bentuk puyer. Hmmm, sebut saya pasien yang sok tahu. Tapi, setahu saya pilek memang tak membutuhkan antibiotik. Antibiotik untuk membunuh/melemahkan bakteri, sementara pilek kan disebabkan virus. Yaaaaa, ga nyambung tohhh. Dan yang kedua, resep puyer sudah tidak dianjurkan lagi.

Dokter ini juga meminta Al terapi inhalasi sebanyak 3 kali untuk mengencerkan dahaknya. Akhirnya, saya dan suami memutuskan untuk membawa Al terapi inhalasi, tapi obatnya tak perlu diminumkan. Alhamdulillah, tanpa perlu meminumkan obat yang tak perlu, Al sembuh sendiri beberapa hari kemudian.

Berikutnya adalah salah satu dokter perempuan di RS. M**inir Cilandak saat Al mengalami panas tinggi selama tiga hari. Saya bahkan tak tahu siapa nama dokter ini. Antreannya panjang, sekali panggil, lima pasien masuk ke dalam ruangan. Kebayang kan, anak yang tidak terlalu sakit bisa jadi sakit beneran karena tertular dari pasien lainnya. Saya membawa Al kesana hanya dengan pertimbangan terdekat dari rumah. Ia memeriksa buru-buru dan langsung menganjurkan periksa darah.

Dengan pemeriksaan sepintas, kesimpulannya pun terburu-buru. Ia memvonis saya dan Al anemia. Anemia menyebabkan panas tinggi?? Saya meragu. Dan yang paling membuat saya kesal adalah ketika dia bilang di atas 6 bulan, ASI tak memenuhi kebutuhan gizi bayi lagi sehingga perlu susu formula. Ia bahkan menyebut satu merk susu formula yang katanya mahal dan bagus. Deymmmm!! Let's call her dokter agen susu formula!

(Hmmm, di atas 6 bulan, ASI saja memang tak cukup, itulah mengapa bayi sudah harus diberikan makanan padat. Bukan begitu sodara-sodara??? Jadi, bukan susu formula ya jawabannya!!)

Yang teranyar adalah DSA di salah satu klinik di Cilandak KKO saat Al terkena flu Singapore. Kliniknya cukup bagus, lengkap, dan dekat dari rumah. Namanya dr. Isk**dar. Sebelumnya, saya sempat beberapa kali membawa Al ke dokter ini. Sebenarnya saya merasa cukup cocok dengan dokter ini. Ia memeriksa dengan seksama dan cukup ramah. Tapi, entah kenapa malam itu si dokter ini menjadi sangat menyebalkan dan otomatis langsung masuk dalam blacklist saya!!

Saya sendiri heran dan sampai sekarang tiap mengingat kejadian itu masih terasa kesal. Saat itu, ia memeriksa Al dengan teliti sampai akhirnya ia mengatakan Al terkena flu Singapore. Saya pun bertanya, apa penyebabnya? Ia menjawab virus. Saat dokter menuliskan resep, saya bertanya, apa flu Singapore benar-benar butuh antibiotik? Ia menjawab iya. Saya bertanya lagi, kenapa anak saya sering pilek, dok? Ia menjawab, karena orang tuanya memiliki bakat alergi. Dan saya bergumam, ohh alergi ternyata bisa diturunkan ke anak ya dok.

Dan ini yang mengejutkan..

Dengan ketus dia mengatakan "Ibu dengerin saya. Jangan tanya lagi. Kesel kan saya"

What???? Kenapa nih dokter?? Setiap pasien memiliki hak untuk bertanya. Untuk apa saya membayar bila tak memiliki hak untuk berkonsultasi? Lagipula, saya perlu tahu apa yang terjadi dengan anak saya, bagaimana penanganannya, obat apa yang diresepkan. Tak ada pertanyaan berlebihan yang saya ajukan.

Yaaa gitu dehh.. Sekarang Al DSA-less lagi deh.. Sebenarnya sejumlah teman telah merekomendasikan beberapa DSA. Tapi, faktor lokasi juga menjadi salah satu pertimbangan saya. Saya (Al) benar-benar butuh DSA, bukan hanya untuk berobat kalau Al lagi sakit, tapi juga konsultasi mengenai tumbuh kembang Al dan imunisasi yang dianjurkan untuk satu tahun ke atas. Ada yang punya rekomendasi lagi???

Nanny's Pavillon Bathroom

Libur pekan kemarin, kami mencoba menu-menu di Nanny's Pavillion versi bathroom di Pacific Place. Tempatnya unik, ada toilet, shower, handuk, benar-benar nuansa kamar mandi. But ouucch, saya memilih duduk di sofa saja ketimbang di toilet. Suasananya nyaman, musiknya asyik, pemandangan ke luar gedung juga bagus dan harganya standar dengan porsi yang lumayan besar untuk saya (sekitar Rp130 ribu untuk 2 main course, satu fried rice, mineral water dan ice tea). Tapi, soal rasa, hmmm saya memberi nilai 6 dari 10 aja deh..



Fun Tuesday





Challenging One

Anak berusia satu tahun ternyata sangat menyenangkan. Me, my hubby, and our little boss Al, having so much fun times. Ada-ada saja kelakuan Al yang bikin kami tergelak. Meski belum bisa berjalan, tapi Al lincah sekali. Dia benar-benar asyik menikmati kemampuannya menjelajahi rumah dengan merangkak ataupun merambat, turun sendiri dari tempat tidur, menyambut papanya saat baru pulang, sibuk tunjuk sana-tunjuk sini dengan ocehan-ocehan yang sangat menghibur dan sering sekali membuat kami tertawa terbahak-bahak.

Saya sangat menikmati setiap perkembangan Al. Soal target milestones, ahh itu tak perlu dirisaukan. Soal pertanyaan orang-orang, "Al sudah jalan belum?" "Kok belum jalan?" "Giginya sudah berapa?" kok begini, kok begitu, and so and so, kadang kesel juga sih. Wong, emaknya aja santai, kok orang lain yang sibuk?? Di saat dia sudah siap berjalan, dia akan jalan dengan sendirinya. Tidak ada yang perlu dipaksakan. Cukup dengan stimulasi saja.

Haha akhirnya saya bisa juga sampai di titik "no worries" ini. Padahal dulu saya sama sekali bukan orang yang "santai." Maklum, melahirkan anak prematur pasti menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, saya belajar untuk berkompromi, lebih sabar dan tak perlu memaksakan keadaan. Semua akan terjadi di saat yang tepat. I just need to wait, patiently and of course happily. :))

Update-nya apa ya? Ohh, hampir sebulan yang lalu, berat Al 10 kg saja. Tidak gendut, tidak kurus, pas. Mudah-mudahan beratnya sudah bertambah lagi sekarang. Kesehatan? Hmmm, hampir tiap bulan ada aja sakit menghampiri. But, it's okay. Fase sakit ini, konon katanya, bakal terus menghampiri anak sampai usianya dua tahun. Yang perlu dilakukan, ya cuma tenang dan membekali diri dengan banyak pengetahuan.

Perkembangan Al yang menurut saya lumayan pesat dalam sebulan terakhir ini adalah bicaranya. Al juga sudah bisa memahami perintah-perintah sederhana, misalnya saat saya meminta barang yang ada di tangannya atau saat saya memintanya membawakan barang yang tercecer di lantai. Ohh, yang paling membuat saya dan suami terpukau adalah Al ternyata sudah bisa cemburu. Al kesal sekali bahkan kadang menangis bila melihat papanya memeluk atau mencium saya. Hahaha..anakku kamu posesif sekali sama Mom..

Apalagi ya? hehehe..Pokoknya semua harapan terbaik lah, namanya juga buat anak. Semoga Al tumbuh besar, sehat, soleh, cerdas, jadi anak yang menyenangkan bagi semua orang. Aamin.

04 March 2012

Nursing Strike

Satu lagi pengalaman baru yang saya dapatkan sewaktu Al terkena Flu Singapore pekan lalu, yaitu Nursing Strike. Ohmaigad, saat Al resmi menyandang gelar Master ASI, di hari itu juga Al mulai menolak untuk menyusu langsung pada saya.

Rasanya??? Huhuhu, patah hati!! Serius, saya benar-benar merasa patah hati saat Al nangis dan berteriak-teriak saat akan saya susui. Bahkan, saya baru mengangkat sedikit baju saya, dia sudah mulai menangis. Sedihnya..

Menurut Baby Center, Natural Child, Stork, KellyMom, banyak hal yang dapat memicu kondisi nursing strike. Bisa saja karena ada yang menyakitkan di mulutnya, akan tumbuh gigi, infeksi pada telinga, pilek, berkurangnya suplai ASI, atau bahkan perubahan aroma sang ibu akibat mengganti toiletry yang biasa digunakan. Nursing strike bisa jadi juga karena terjadi perubahan rasa ASI disebabkan konsumsi obat-obat, vitamin, perubahan hormon (kehamilan ataupun menstruasi).

Kemungkinan terbesar Al mogok susu adalah karena sariawan di mulutnya. Awalnya, meski menolak menyusu langsung pada saya, Al masih mau minum susu dengan menggunakan dot ataupun sendok. Tapi, pas hari ketiga HFMD, Al benar-benar menolak minum susu dari berbagai media. Al justru selalu meminta air putih, yang biasanya tidak terlalu disukainya.

Meski begitu, saya tetap berusaha menyodorkan nenen ke Al. Saat ia sangat mengantuk, Al biasanya tanpa sadar mau menghisap. Tapi, begitu tersadar, Al langsung melepas nenennya dan menangis.

Yang stres ya saya!! Saya khawatir Al dehidrasi. Berbagai pikiran berkecamuk. Apakah saya hamil (halooo... apa kabar KB spiral 3 tahun saya)? Apa Al self weaning (huhuhu sedihnya..Al kan baru berusia setahun dan saya berencana menyusuinya hingga 2 tahun)? Apakah rasa ASI saya berubah? Apakah Al benar-benar kesakitan saat menyusu? Saya pun dengan sangat sedih mulai mempersiapkan mental bila Al benar-benar menyapih dirinya sendiri.

Untungnya badai pasti berlalu.. Setelah flu Singapore-nya sembuh, lima hari mogok menyusu, ternyata dan akhirnya Al mau kembali menyusu. Saat dia terlihat mulai mengantuk, saya menggendongnya ke tempat tidur dan menyusuinya. Tanpa drama, tanpa teriakan, tanpa tangisan, Al menyusu seperti biasa, lalu tertidur pulas. Tengah malam, saat terbangun, ia pun langsung mencari nenen dan tertidur kembali. Huaaaa..super lega..

Kesimpulannya, nursing strike memang bisa terjadi kapan saja. Tapi harus diingat, nursing strike bisa jadi merupakan alarm yang diberikan anak kita untuk memberi tahu kita bahwa terjadi sesuatu yang tidak enak & tidak nyaman pada dirinya. Tak ada cara untuk memaksanya menyusu. Tapi kita bisa mengakalinya dengan mencampurkan ASI di makanannya, jangan pernah bosan menawarkannya ASI dengan media apapun, usahakan kebutuhan cairan tetap terpenuhi, bisa dengan air putih ataupun buah. Kuncinya memang hanya sabar menanti. Jangan lupa pula untuk tetap memompa ASI agar suplainya tetap terjaga. Hehehe.. Just for share.. :))

03 March 2012

Halooo Flu Singapore.. Bad to Meet You..!

Ternyata yang saya khawatirkan justru terjadi. Al akhirnya terkena Hand, Foot, Mouth Disease (HFMD) atau yang lebih dikenal dengan sebut Flu Singapore. Penyakit ini menyerang anak mulai dari usia 0-10 tahun. Sungguh oh sungguh penyakit ini tak tahu diri. Apa coba datang pas Al ulang tahun yang pertama?? Huhhh..!!

Awalnya, Al mengalami pilek dan agak batuk selama sepekan. Tapi, batuk & pileknya tidak parah, hanya meler saja. Kebetulan Papa Al memang sempat pilek, jadi saya pikir Al ketularan pilek biasa. Sehari sebelum Al ulang tahun, saat saya bangun subuh dan akan bersiap ke kantor, saya merasa badan Al panas. Tertera 38,8 derajat di termometer digital. "Kok panas banget?" tanya saya dalam hati. Saya pun akhirnya tak jadi berangkat kerja.

Pagi itu, setelah minum Tempra, panas Al sempat turun tapi hanya sebentar saja. Menjelang siang, panas Al kembali naik (38,7). Tak sengaja, saya melihat ada beberapa bintik-bintik di dekat siku Al. Tapi, saya mengira itu hanya bintik-bintik alergi saja. Beberapa jam kemudian, saya melihat ada beberapa bintik di betis dan paha Al. Kecil dan hanya beberapa biji. Menjelang sore, bintik-bintiknya terlihat semakin jelas, mulai banyak dan merah.

Meski telah banyak mendengar dan membaca tentang HFMD, saya sama sekali tak berpikir bahwa Al terkena penyakit itu. Saya malah mengira Al terkena cacar. Saya dan Papa Al memutuskan untuk membawa Al ke klinik malam itu.

Dokter memeriksa cukup seksama. Saya sempat melihat beberapa sariawan saat dokter memeriksa mulut Al. Dokter pun menyatakan Al terkena flu Singapore. Dokter mengatakan, flu ini tidak berbahaya, tidak mematikan, dan akan sembuh dalam waktu lima hari. Ia meresepkan salep Acyclovir, obat penurun panas dan antivirus racikan (puyer!!!).

Dengan berbagai pertimbangan, bisa dilihat di sini dan di sini dan beberapa bacaan lain, saya memutuskan untuk tidak memberikan Al antivirus yang diresepkan dokter. Bukannya mau under treatment, tapi saya hanya ingin rasional dalam memberikan obat kepada anak saya. Bila memang perlu, pastinya akan saya berikan. Tapi bila tak perlu, untuk apa memperberat kerja ginjal bayi dengan obat-obatan? Saya hanya memberikan Al Tempra untuk menurunkan panasnya dan mengoleskan salep Acyclovir.

Malam itu Al rewel sekali. Dia terus-terusan menangis, Tidurnya tak nyenyak. Badannya masih panas. Al tak mau menyentuh makanannya. Yang paling menyedihkan adalah Al menolak untuk menyusu langsung dari saya. Ia hanya mau minum susu dari botol, itupun setelah dibujuk, dan minumya pun sedikit sekali. Tapi, Al terus-terusan minta air putih, padahal biasanya ia tak begitu suka.

Kondisi itu berlanjut hingga keesokan harinya. Bintik atau bentol atau ruam atau apalah namanya semakin banyak. Tapi, yang banyak hanya di bagian kaki (paha, betis dan telapak). Di bagian tangan Al, bintiknya tak terlalu banyak, hanya ada di dekat siku dan telapak.

Hari ketiga, Al sudah tak panas. Bintik-bintiknya sebagian mulai menghitam seperti bekas luka. Al mulai ceria walaupun benar-benar tak mau lepas dari saya. Al masih malas makan dan menolak nenen. Saya juga tak ingin memaksa Al makan karena saya tahu rasanya pasti sakit. Orang dewasa saja bisa kehilangan nafsu makan bila sariawan, apalagi bayi yang sedang memiliki banyak sariawan di mulutnya. Untungnya, Al masih mau makan jeruk (which is mengandung banyak vit C yang mempercepat penyembuhan sariawan), pure apel, yoghurt, dan corn flakes+ASIP.

Hari keempat, bintik-bintik HFMD itu semakin banyak yang menghitam, tapi nafsu makan Al mulai membaik. Saya membuatkannya puding kesukaannya dan nasi daging yang dihabiskan beberapa suap. Hari kelima, Al bisa dikatakan sudah sembuh walaupun kakinya penuh dengan bintik-bintik hitam. Al sudah kembali ceria, aktif, penuh senyum.

HFMD memang menyeramkan dan menyebalkan. Bagi yang memiliki anak sepertinya memang harus waspada. Penyakit ini memang tengah mewabah di Jakarta. Bahkan, di sekolah adik ipar saya, hampir seluruh teman kelasnya terkena penyakit ini dan sudah bisa dipastikan adik ipar saya lah yang menularkannya ke Al. Walaupun sudah sembuh, ternyata HFMD masih bisa menular ke anak lain dua atau tiga minggu setelahnya.

So, untuk mencegah penularan, sebaiknya untuk saat ini hingga wabah HFMD ini mereda, jangan membawa anak-anak ke tempat umum bila tak perlu. Persering cuci tangan, terutama bila baru datang dari luar. Dan yang terpenting, tingkatkan daya tahan tubuh anak dengan memberikan makanan bergizi. Kalaupun akhirnya tertular, tak ada jalan lain, be patient and rational. Insya Allah penyakit ini tak berlangsung lama dan sembuh dengan sendirinya.