19 November 2009

Karzai Dilantik, Kabul Disegel

HAMID Karzai akhirnya resmi menjabat kembali sebagai presiden Afganistan untuk periode kedua. Ia menjalani prosesi ambil sumpah, Kamis (19/11).

“Kami berusaha yang terbaik untuk mengimplementasikan reformasi sosial, hukum dan administratif ini negara kami. Menjadi seorang presiden adalah sebuah tugas berat dan kami akan mencoba yang terbaik untuk secara juju menuhi tugas ini nantinya,” kata Karzai dalam pidatonya, seperti dilansir Associated Press.

Kota Kabul ditutup dan keamanan diperketat. Pemerintah mendeklarasikan hari itu sebagai hari libur nasional. Masyarakat diminta untuk tidak meninggalkan rumah.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Afganistan, Mohammad Zahir Azimi, mengatakan bahwa patroli telah dikerahkan ke seluruh wilayah ibukota. Jalan-jalan menuju kedutaan internasional diblokir. Ada kekhawatiran bahwa pejuang Taliban akan melakukan serangan untuk mengganggu jalannnya upacara inagurasi.

“Keamanan sangat ketat di dalam Kabul, sekitar Kabul, dan luar kabul,” kata Azimi kepada Al Jazeera.

Polisi bersenjata dan unit paramiliter disiagakan di berbagai sudut jalan dan persimpangan. Lalu lintas dihentikan sementara. Penerbangan reguler dari dan keluar Kabul pun tak dioperasikan hari itu, begitu pula wilayah-wilayah sekitar ibukota.

“Musuh kini mencoba memasuki Kabul untuk menggganggu inagurasi,” kata Kolonel Sanam Gul, panglima Batalion 4 Tentara Nasional Afganistan.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton tiba di Kabul pada Rabu (18/11), bergabung bersama perwakilan lebih dari 40 negara, untuk menghadiri upacara inagurasi tersebut. Dilansir AFP, setibanya di Kabul, Hillary mengadakan pertemuan dengan Menlu Afganistan Rangin Dadfar.

Ia mengatakan bahwa inagurasi ini menandai saat kritis bagi Afganistan, sebuah kesempatan bagi Karzai untuk meyakinkan rakyatnya bahwa pemerintahannya dapat dipercaya.

Terpilihnya kembali Karzai sendiri memang harus melalui proses berliku. Setelah penyelenggaraan pemilu pada 20 Agustus lalu, ia baru dideklarasikan terpilih kembali pada 2 November. Itupun setelah meruaknya tuduhan kecurangan dan mengharuskan pemilu putaran kedua digelar.

Namun, putaran pemilu berikutnya urung digelar karena pesaingnya, Abdullah Abdullah menarik diri. Dalam pidatonya kemarin, Karzai mengajak Abdullah untuk bergabung dalam pemerintahan.

Ada beberapa tantangan utama yang harus dihadapi Karzai di periode lima tahun kedepannya ini. Menurut hasil survey lembaga bantuan Oxfam, persoalan utama Afganistan adalah kemiskinan, pengangguran dan korupsi. Persoalan itu bahkan dianggap jauh lebih penting ketimbang urusan Taliban.

Astri Ihsan/Reuters/AP/AFP/BBC/Al Jazeera

Penutupan Penjara Guantanamo Ditunda

PENUTUPAN penjara Guantanamo di Kuba dipastikan akan tertunda. Presiden Serikat Barack Obama akhirnya mengakui bahwa Amerika Serikat (AS) akan melewatkan tenggat Januari 2010 untuk menutup penjara yang berisikan para tersangka teroris itu.

Dalam wawancara dengan jaringan US TV, di sela-sela tur Asianya, Obama mengatakan bahwa rencana penutupan tersebut harus meleset karena pemerintah AS masih bergumul mengenai penentuan nasib para tahanan yang tak bisa dibebaskan ataupun diadili di pengadilan AS.

“Ini sulit bukan hanya karena politik. Masyarakat, saya pikir dapat dimengerti, ketakutan setelah bertahun-tahun mereka diberitahu bahwa Guantanamo diperlukan untuk menjaga agar para teroris tidak keluar,” katanya dikutip BBC.

“Menutup fasilitas ini juga sulit secara teknis. Saya pikir hal-hal di Washington bergerak lebih lambat dari yang saya antisipasi,” katanya.

Mundurnya rencana penutupan Guantanamo ini menuai banyak kritikan tajam. Christopher Ander, penasihat senior American Civil Liberties Union, mengatakan bahwa organisasi itu kecewa karena tenggat tak bisa dipenuhi. Namun, menurutnya hal yang lebih penting adalah menjamin bahwa para tahanan itu diadili di pengadilan pidana sipil, bukannya militer.

“Tak boleh ada lagi orang yang dikirim ke pengadilan militer dan tak boleh ada lagi seseorang yang ditahan tanpa tuduhan,” katanya.

Tertundanya penutupan penjara di teluk Kuba ini akan menjadi pelanggaran janji pertama Obama. Menutup Guantanamo adalah salah satu agenda pertamanya saat mulai menjabat di Gedung Putih, Januari lalu.

Pada 22 Januari 2009, dua hari setelah inagurasi, ia menetapkan tenggat setahun untuk menutup penjara yang banyak menuai kritikan itu. Ia mengatakan bahwa penjara itu tidak memenuhi standar hak sipil dan kemanusiaan AS.

Gedung Putih menyatakan bahwa sebelum penutupan dilakukan, maka sejumlah tahanan, yang telah dinyatakan bersih dari tuduhan, akan direpatriasi. Sementara sisanya, AS akan mencarikan negara-negara yang mau memberikan suaka bagi mereka.

AS sendiri tak mau membebaskan atau mengadili sisa tahanan tersebut di tanah Amerika, termasuk sejumlah tahanan Uighur. Hingga saat ini masih ada 215 orang yang ditahan di Guantanamo.

Namun, pada pekan lalu, Jaksa Agung Eric Holder mengumumkan bahwa tersangka dalang serangan 9/11, Khalid Sheikh Mohammed, dan empat orang tahanan lain akan ditransfer untuk menjalani pengadilan di pengadilan federal New York.

Keputusan Holder menuai kecaman dari sejumlah keluarga korban dan politisi Republik. Seperti dilansir Al Jazeera, John McCain, senator Republik dan mantan pesaing Obama, mengatakan baha keputusan ini mengirim pesan campuran mengenai niat Amerika berjuang melawan terorisme. Obama meminta masyarakat AS jangan takut dengan keputusan itu.

Astri Ihsan/BBC/Al Jazeera

Hubungan AS-China

KUNJUNGI China untuk pertama kali, Presiden AS Barack Obama bertemu dengan Presiden China, Selasa (17/11) lalu. Keduanya berjanji untuk bekerja sama dalam persoalan bilateral dan tantangan global, mulai dari ekonomi hingga keamanan, ancaman nuklir dan perubahan iklim. Obama dan Hu berbagi kesepahaman bahwa negara mereka sekarang secara ekonomi tak terpisahkan, dan masalah global di abad ini tak bisa dipecahkan tanpa kolaborasi AS-China.

Mengenai perubahan iklim, Obama mengatakan AS dan China sebagai produsen dan konsumen terbesar energi dunia. Keduanya setuju untuk mendorong kesepakatan komprehensif dalam pertemuan di Kopenhagen bulan depan. Keduanya juga berjanji untuk menciptakan dunia bebas nuklir. Terkait resesi ekonomi global, Obama dan Hu sepakat bahwa segala bentuk proteksionisme harus dihindari.

Tapi, AS-China tampaknya masih belum menemukan awal untuk berkolaborasi. Sementara keduanya setuju untuk meningkatkan kerjasama mengenai nuklir Korut dan Iran, China tampaknya tidak memiliki proposal spesifik untuk ditawarkan. Jelas China tidak ingin menekan Iran.

Selama pertemuan, Obama mengatakan bahwa PBB menyambut China sebagai negara yang kuat, sejahtera, dan sukses. Sebagai respon, Hun mengatakan bahwa China menyambut AS sebagai negara Asia Pasifik yang berjuang untuk perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan global. Kedua juga menegaskan pentingnya forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).

Mendalamnya kerjasama AS-China bukanlah sebuah proses sederhana dan satu dimensional. Sementara AS-China memegang kunci untuk menyelesaikan persoalan nuklir, ada juga sejumlah tantangan ekonomi dan lingkungan yang kedua negara raksasa ini tidak bisa atasi tanpa keterlibatan Jepang. Sekarang kita memasuki era yang membutuhkan pembagian tanggung jawab berganda.

Astri Ihsan/Asahi Shimbun

Iran Ogah Dihukum

IRAN tak mau dijatuhi sanksi atas keputusannya menolak mengirimkan uraniumnya untuk diproses lebih lanjut di luar negeri. Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki mengatakan bahwa pemberian sanksi terhadap Iran hanya akan mengulang pengalaman gagal yang lalu.

“Sanksi adalah literatur 60-an dan 70-an,” kata Mottaki, Kamis (19/11).

“Saya pikir mereka cukup bijaksana untuk tidak mengulangi pengalaman-pengalaman kegagalan. Tapi, tentu saja ini terserah mereka,” lanjutnya.

Kantor berita Iran, ISNA, sehari sebelumnya mengutip pernyataan Mottaki yang menolak rancangan kesepakatan yang dipelopori lembaga pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Dalam rancangan itu, IAEA meminta Iran untuk mengirimkan 75 persen atau sekitar 1.200 kilogram uranium pengayaan rendahnya untuk diolah kembali di Rusia dan Perancis. Hasilnya nanti akan dikembalikan ke Teheran dalam bentuk bahan bakar untuk reaktor penelitian medis.

Namun, Mottaki menyatakan bahwa Iran lebih memilih membeli bahan bakar dari negara-negara lain dan tetap menyimpan sendiri uranium pengayaan uraniumnya. Ia mengatakan bahwa permintaan IAEA tak mungkin diwujudkan.

“Kami meninjau kembali, dari aspek ekonomi hingga teknis. Kami dengan pasti tidak akan mengirim keluar uranium pengayaan 3,5 persen kami,” kata Mottaki dikutip Associated Press.

Mottaki menegaskan bahwa Iran berniat untuk mendiskusikan kembali kesepakatan itu, tapi hanya jika pertukaran pengayaan uranium dilakukan di Iran. Menurutnya, Iran akan menunggu proposal dari IAEA mengenai hal ini.

“Kami memanggil untuk dilakukannnya pertemuan orang-orang teknis lain, yang menjadi bagian dari pembicaraan Wina dan akan akan menjelaskan pertimbangan kami,” katanya.

Amerika Serikat sendiri tampaknya sudah tak sabar untuk menjatuhkan sanksi kepada Iran. Dalam kunjungannya di Seoul kemarin, Presiden AS Barack Obama mengatakan bahwa AS akan mulai berbicara dengan mitra-mitranya untuk membahas pemberian hukuman baru agar Iran mau menghentikan program senjata nuklirnya.

“Mereka tidak bisa berkata iya, jadi sebagai konsekuensinya, kami akan mulai berdikusi dengan patner internasional kami mengenai pentingnya memiliki konsekuensi,” kata Obama dalam konferensi pers singkat didampingi Presiden Korsel Lee Myung-bak.

Perancis, yang juga berperan penting menggagas kesepakatan itu, mengatakan kecewa atas pernyataan negatif Iran. Namun, Menteri Luar Negeri Perancis Bernard Kouchner, bahwa Perancis mau melanjutkan negosiasi dengan Iran.

Duta Iran untuk IAEA Ali Ashgar Soltanieh, seperti dilansir AFP, mengatakan bahwa permasalan utama adalah tidak adanya kepercayaan antara Iran dan AS, setelah selama tiga dekade mengalami hubungan diplomatik yang buruk.

“Kami ingin yakin bahwa ada jaminan kami akhirnya akan menerima bahan bakar untuk reaktor penelitian Teheran,” kata Soltanieh.

Astri Ihsan/Reuters/AP/AFP

18 November 2009

Obama, ASEAN, dan Myanmar

JIKA pemerintah Myanmar benar-benar serius ingin menyelenggarakan pemilu tahun depan, maka mereka juga harus serius mempertimbangkan kata-kata Presiden Barack Obama. Obama mengirimkan dua pesan sekaligus. Ia mengatakan bahwa para jenderal Myanmar harus membebaskan para tahanan politik, dimulai dari Aung San Suu Kyi. Ia juga menegaskan bahwa pendekatan AS ke Myanmar memiliki batasan yang jelas. Sanksi terhadap rezim militer Myanmar masih akan berlanjut.

Pertemuan antara Obama dan Perdana Menteri Myanmar Thein Sein tidaklah dramatis. Pertemuan berlangsung tertutup dalam konferensi tahunan forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasific (APEC) di Singapura pekan lalu. Ini bukan pertemuan tatap muka, melainkan presentasi umum yang dihadiri seluruh kepala pemerintahan ASEAN. Setelahnya, ASEAN kembali menunjukkan sikap pembatasan diri. Pernyataan AS-ASEAN meminta Myanmar untuk menggelar pemilu bebas.

Obama mengungkapkan langkah yang harus diambil Myanmar untuk meyakinkan pemilu berjalan bebas. Pertama, membebaskan seluruh tahanan politik. Ribuan warga Myanmar kini dipenjara hanya karena melakukan oposisi damai terhadap tentara junta dan pemerintahannya. Semua oposisi yang berani berbicara menentang junta akan dipenjara, disiksa, diintimidasi, atau diasingkan.

Akan menjadi sebuah langkah besar jika seluruh tahanan politik dibebaskan dan Suu Kyi diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam pemilu 2010. Para jenderal juga diminta untuk memperbolehkan adanya pengamat asing untuk mengawasi pemilu. Pemungutan suara harus bebas dari intimidasi. Hasil pemilu pun harus diakui dan diterima oleh junta militer.

Obama telah menjelaskan kepada Thein Sein dan seluruh pemimpin ASEAN bahwa AS terbuka terhadap perubahan sikap dari junta militer Myanmar. Pemilu di Myanmar tahun depan adalah kesempatan bagi Myanmar untuk mendapatkan penghormatan dari dunia. Tapi semua tergantung para jenderal disana untuk mengambil kesempatan ini atau tidak.

Astri Ihsan/Bangkok Post

17 November 2009

Pabrik Pengayaan Uranium Iran Beroperasi 2011

PABRIK pengayaan Uranium Iran, yang berada di dekat kota suci Qom, siap beroperasi pada 2011. Peralatan berteknologi tinggi pun telah berada di fasilitas tersebut. Hal ini diungkapkan dalam sebuah laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Senin (16/11).

Laporan IAEA tersebut memang tidak menyebutkan mengenai kapasitas pabrik itu. Namun, pabrik itu diperkirakan didesain untuk bisa memproduksi sekitar satu ton uranium yang diperkaya per tahunnya. Jumlah tersebut cukup untuk membuat sebuah hulu ledak nuklir.

“Itu akan mampu membuat sebuah bom setiap tahunnya,” kata Ivan Oelrich, wakil presiden Program Keamanan Strategis Federasi Ilmuwan Amerika, dikutip Associated Press.

Di Washington, juru bicara departemen luar negeri AS, Ian Kelly, mengatakan bahwa laporan IAEA tersebut menggarisbawahi bahwa Iran masih menolak untuk memenuhi kewajiban nuklir internasionalnya.

Iran tidak merespon surat IAEA pada 6 November lalu yang meminta jaminan bahwa negeri mullah tersebut tidak secara aktif berencana untuk membangun fasilitas nuklir lainnya.

Terungkapnya keberadaan pabrik bernama Fordo tersebut menimbulkan kecurigaan bahwa Iran masih memiliki fasilitas-fasilitas nuklir lain yang luput dari pengawasan IAEA dan dapat digunakan untuk tujuan militer.

IAEA meminta Iran untuk menjelaskan sejarah dan tujuan fasilitas pengayaan uranium tersebut. Seperti dikutip Al Jazeera, ada beberapa ketidaksesuaian antara informasi yang diberikan Teheran dengan data yang ditemukan di lapangan.

Iran mengungkapkan bahwa pembangunan pabrik baru dimulai pada 2007. Sementara, menurut bukti yang dikumpulkan IAEA, proyek itu telah dibangun sejak 2002, dihentikan pada 2004, lalu dilanjutkan kembali pada 2006.

Kepala negositor nuklir Iran, Ali Ashgar Soltaniyeh, mengatakan bahwa menjelaskan kembali hanya menjadi pengulangan saja karena Teheran telah menyerahkan semua informasi mengenai Fordo.

Soltaniyeh menegaskan bahwa Iran telah bekerjasama penuh. Menurutnya aktivitas di Qom telah sesuai dengan instruksi dan batasan IAEA. Menurutnya, berbagai kecurigaan yang diarahkan pada Fordo tidak berdasar.

“Inspektur telah memeriksa fasilitas tersebut selama dua hari penuh. Semuanya sesuai dengan perjanjian nonproliferasi,” katanya seperti dikutip BBC.

Soltaniyeh juga membenarkan bahwa pabrik, yang baru diakui Iran pada September lalu itu, akan mulai beroperasi pada 2011. Ia menegaskan bahwa Iran tidak akan menghentikan aktivitas pengayaan uranium di pabrik itu.

“Kami nanti akan memproses pemasangan peralatan yang dibutuhkan. Fasilitas itu akan berjalan pada 2011,” lanjutnya.

Astri Ihsan/Reuters/AP/BBC/Al Jazeera

AS-China Sepakat Kerjasama Atasi Persoalan Dunia

KUNJUNGAN Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke China tampaknya sudah mulai menunjukkan hasil positif. Setelah melakukan pembicaraan, Obama dan Presiden China Hu Jintao sepakat untuk bekerja sama mengatasi persoalan-persolan paling pelik dunia.

“Tantangan utama abad 21, dari perubahan iklim ke proliferasi nuklir hingga pemulihan ekonomi, adalah tantangan yang menyentuh kedua negara kami, dan tantangan yang tak bisa dipecahkan hanya dengan bertindak sendiri,” kata Obama dikutip BBC.

Banyak hal yang dibahas keduanya di Beijing, Selasa (17/11). Dalam persoalan perubahan iklim, Obama mengatakan bahwa kedua negara mengakui pentingnya pencapaian sebuah kesepakatan global dalam pertemuan di Kopenhagen bulan depan.

“Tujuan kami bukanlah sebuah kesepakatan parsial atau deklarasi politik, melainkan kesepakatan yang mencakup seluruh persoalan dalam negosiasi dan yang memiliki dampak operasional segera,” kata Obama.

Seperti dikutip Associated Press, Obama mengatakan bahwa sebagai konsumen dan produsen energi terbesar, kedua negara harus memainkan peran kunci dalam menegosiasikan kesepakatan. Hu menyatakan akan membantu, tapi hanya dalam kapabilitas China.

Mengenai perdagangan keduanya menyatakan akan melanjutkan konsultasi untuk memecahkan friksi perdagangan dan ekonomi saat ini. Baru-baru ini Washington geram dengan kebijakan China yang memberlakukan tarif ban dan bea awal untuk sejumlah produk baja. China juga mencurigai AS melakukan kebijakan proteksionisme dalam impor mobil dan daging ayam dari Beijing.

Obama dan Hu juga sepakat untuk memulai kembali upaya membujuk Korea Utara (Korut) kembali ke pembicaraan enam pihak (AS, China, Jepang ,Rusia, Korut, dan Korsel ) mengenai program nuklirnya. Hu mengatakan bahwa upaya ini sangat penting bagi perdamaian dan stabilitas di Asia Timur.

Mengenai Iran, Obama berbicara lebih tajam ketimbang Hu. Ia mengatakan bahwa Iran telah melewatkan kesempatan untuk menunjukkan maksud damainya dan akan mendapatkan konsekuensi atas pilihan sikap itu. Sementara Hu hanya mengatakan bahwa konflik nuklir Iran harus diselesaikan melalui negosiasi.

Meskipun keduanya sepakat untuk meningkatkan kerjasama, namun Hu meminta AS menghormati kepentingan China, dengan mengakhiri dukungan untuk Taiwan dan Dalai Lama.

“Kita akan terus bertindak dalam semangat persamaan, saling menghormati dan tidak ikut campur dalam persoalan internal masing-masing,” kata Hu.

Obama sendiri tampaknya sangat berhati-hati menyentuh persoalan sensitif tersebut. Ia menegaskan bahwa AS mengakui kedaulatan China atas wilayah itu. Namun, ia berharap pemerintah China dan perwakilan Dalai Lama bisa melanjutkan pembicaraan.

Astri Ihsan/Reuters/AP/BBC/Al Jazeera

16 November 2009

Kosovo Gelar Pemilu Pertamanya

KOSOVO akhirnya menggelar pemilu pertamanya, Minggu (15/11). Ini merupakan momen bersejarah bagi Kosovo sejak mendeklarasikan kemerdekaannya dari Serbia setahun lalu. Lebih dari 1,5 juta memiliki hak suara untuk memilih walikota dan anggota dewan lokal di 36 kota di Kosovo.

Belum ada hasil resmi pemenang pemilu, Senin (16/11). Namun partai kolisi, Partai Demokratik Kosovo (PDK), yang dipimpin oleh Perdana Menteri Hashim Thaci, telah mengklaim kemenangan.

“Saya sangat gembira untuk mengumumkan bahwa Partai Demokratik Kosovo adalah pemenang meyakinkan dari pemilu ini,” kata wakil ketua PDK, Hajredin Kuci, dalam konferensi pers yang disiarkan RTK TV, seperti dilansir BBC.

Pemilu lokal ini dianggap sebagai ujian kunci bagi Kosovo, yang ingin mengukuhkan diri sebagai negara berdemokrasi penuh dan dapat diterima dunia. Sejauh ini baru 63 negara, termasuk AS dan sebagian besar anggota Uni Eropa, yang mengakui Kosovo sebagai sebuah negara merdeka.

“Hari ini kita menunjukkan bahwa negara kita dan warganya layak meraih kemerdekaan, demokrasi, dan perspektif Uni Eropa,” kata Thaci dikutip Al Jazeera..

Sayangya, seperti dilaporkan BBC, partisipasi pemilu ini rendah, mencapai 45 persen. Menurut para analis, hal ini merefleksikan banyaknya kekecewaan warga Kosovo terhadap pemimpin mereka yang dianggap gagal untuk meningkatkan ekonomi negara termiskin di Eropa ini.

“Keyakinan hilang di Kosovo karena tingginya korupsi dalam partai politik. Orang-orang yang memilih hari ini adalah khususnya para militan partai,” kata Halil Matoshi, seorang analis politik.

Partisipasi warga Serbia Kosovo memang kecil. Pemerintah Serbia mengimbau mereka untuk tidak ikut pemilu karena itu akan berarti melegitimasi kemerdekaan Kosovo. Hingga kini, Serbia memang masih belum mengakui pemisahan diri Kosovo.

“Ketika presiden saya, pemerintahan saya, dan gereja saya di Belgrade mengatakan jangan memilih, tentu saja saya tidak akan memilih,” kata Sneza Markovic, warga Mitrovica di Kosovo utara.

Ada sekitar 120 ribu warga Serbia, khususnya etnis Kin, yang tinggal di Kosovo. Mereka menolak deklarasi kemerdekaan dan mendapat sokongan dari pemerintah Belgrade, termasuk dukungan finansial.

Kosovo menggelar pemilu di tengah-tengah situasi negara yang sangat buruk, dengan tingkat pengangguran mencapai 40 persen. Banyak pemuda Kosovo memilih untuk pergi dan mencari kerja di luar negeri.

“Kita butuh air, jalan yang lebih baik, dan elevator di apartemen kami, yang menjadi tugas kotamadya. Persoalan kemerdekaan telah berakhir dan rakyat butuh pekerjaan sekarang,” ujar salah seorang pemilih, Hasim Canolli, di ibukota Pristina.

Kosovo mendeklarasikan kemerdekaan dari Serbia pada 2008, sembilan tahun setelah NATO mengebom pasukan Serbia untuk menghentikan pembunuhan etnis Albania. Setelah perang berakhir pada 1999, pemilu Kosovo dijalankan oleh Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE). Ini merupakan pemilu pertama yang digelar otoritas lokal.

Astri Ihsan/Reuters/BBC/Al Jazeera

Permohonan Maaf untuk Forgotten Australians


PERMOHONAN maaf memang tak akan pernah memperbaiki sejarah, tapi setidaknya akan membuka sebuah lembaran baru yang lebih baik. Begitu pula tampaknya yang ingin dilakukan oleh Perdana Menteri Australia Kevin Rudd.

Ia membuka lembaran baru sejarah Australia dengan meminta maaf kepada setengah juta imigran Inggris yang menjadi “Forgotten Australian.” Rudd meminta maaf kepada anak-anak tersebut, yang mengalami pengabaian, penyiksaan seksual, kekerasan, pemaksaan menjadi buruh kasar, saat berada dalam perawatan negara selama periode 1930-1970 silam.

“Kami datang bersama hari ini untuk menawarkan permohonan maaf negara. Untuk mengatakan kepada anda, Forgotten Australians, dan orang-orang yang dikirimkan ke pesisir kami saat masih anak-anak, tanpa kesadaran, bahwa kami meminta maaf,” kata Rudd, seperti dilansir AFP.

Permohonan maaf secara resmi pemerintah Australia itu diwarnai dengan rasa haru. Acara tersebut dihadiri oleh ratusan orang yang dipaksa berimigrasi ke Australia ketika mereka masih kanak-kanak. Isak tangis dan saling berpelukan mengiringi permohonan maaf yang diucapkan Rudd.

“Maaf bahwa sebagai anak-anak, anda diambil dari keluarga dan ditempatkan di institusi-institusi di mana anda kerap disiksa. Maaf untuk penderitaan fisik, emosional, hilangnya cinta, kelembutan, dan perawatan. Maaf untuk tragedi, tragedi nyata, dari hilangnya masa kecil,” kata Rudd dikutip Associated Press.

“Kami melihat ke belakang dengan rasa malu bahwa banyak di antara kalian yang ditinggalkan kedinginan, kelaparan, dan sendirian, tanpa tempat untuk bersembunyi, dan tak memiliki seorang pun untuk kembali,” lanjutnya.

Rudd mengatakan bahwa pemerintah akan terus bekerja untuk menjamin tragedi semacam itu tidak akan pernah terjadi lagi. Ia menyatakan betapa pentingnya mengakui masa lalu agar mereka, sebagai sebuah negara, bisa bergerak maju. Ia mengungkapkan harapannya agar para Forgotten Australians tersebut mulai kini bisa disebut sebagai “Remembered Australians.

Rudd sendiri tampaknya memilih untuk menempuh kebijakan yang berbeda dari pendahulunya. Mantan Perdana Menteri John Howard sebelumnya menolak untuk meminta maaf. Ia menganggap bahwa warga kontemporer Australia tidak harus bertanggungjawab atas kesalahan yang dibuat generasi lalu.

Rudd membuat terobosan, Setelah terpilih pada 2007, ia langsung mengajukan permohonan maaf kepada warga Aborigin yang selama 200 tahun mengalami ketidakadilan. Tahun depan, Rudd rencananya juga akan minta maaf atas kebijakan migran Australia.

Sejarah kelam itu memang akan terus dikenang. Di bawah Program Migran Anak-Anak, sekitar 40 tahun lalu, Inggris mengirimkan ribuan anak-anak untuk mendapatkan “ kehidupan yang lebih baik” di Australia, Kanada dan negara-negara lain. Sejak awal mereka dibohongi. Anak-anak dibohongi bahwa orang tua mereka telah meninggal. Sementara para orang tua tak pernah tahu bahwa anak-anak mereka telah dikirim ke luar negeri.

Mereka ditempatkan di rumah-rumah penampungan miskin. Anak-anak tersebut bahkan tak kenal dengan orang tua ataupun saudara mereka. Mereka kerap dipanggil dengan sebutan urutan nomor saja. Banyak di antara mereka yang mengalami sakit mental dan bunuh diri. Beberapa korban hingga kini masih ada yang berada dalam penjara ataupun rumah sakit kesehatan mental, banyak juga yang mengalami depresi dan merasa tidak berarti.

Astri Ihsan/Reuters/AP/AFP

10 November 2009

Nama Unik untuk Si Badai Tropis

DUNIA tampaknya semakin akrab dengan badai. Khususnya beberapa bulan terakhir, serangan badai, tak berhenti susul-menyusul menghajar berbagai belahan dunia, dari Amerika hingga Asia. Korban terus berjatuhan, kehancuran terjadi di mana-mana, pengungsi membludak, berjuta-juta dolar harus dikucurkan untuk mengadakan program pemulihan dan perbaikan pascabencana.

Baru-baru ini, benua Amerika disinggahi topan Ida. Kedatangan badai berkategori dua ini menyisakan kepedihan mendalam bagi El Salvador, negara terkecil dan terpadat di Amerika Tengah. Topan Ida menimbulkan banjir dan longsor. Setidaknya 130 orang tewas, puluhan dinyatakan hilang. Nyaris 90 persen infrastruktur di negara ini rusak. Presiden El Salvador Mauricio Funes mendeklarasikan darurat nasional.

Topan Ida kemarin masih bergerak di seputar Teluk Meksiko, meski dengan kecepatan yang mulai melemah. Lousiana hingga Pantai Meksiko di Florida bersiaga. Sejumlah perusahaan minyak lepas pantai terpaksa ditutup dan para pekerjanya pun diungsikan. Pemerintah Lousiana juga mengumumkan situasi darurat.

Situasi alam di Asia lebih miris. Sejumlah badai menghantam dan terus bergerak melintasi Filipina, Vietnam, Laos, Kamboja, menuju China, hingga Jepang, tahun ini. Filipina yang terkena dampak paling parah. Dalam dua bulan terakhir, ada tiga badai yang memporak-porandakan negara ini, yakni topan Ketsana, Parma, dan Mirinae. Lebih dari 900 orang tewas di Filipina saja, belum terhitung jumlah korban di negara-negara sekitarnya.

Bila berbicara tentang badai ataupun topan tropis, mungkin banyak orang yang bisa sedikit tersenyum. Bukan karena menertawakan bencana yang terjadi, melainkan karena nama-nama badai yang unik dan mengundang tanda tanya. Nama-nama badai memang cukup menggelitik, ada Katarina, Ida, Erica, Ana, Rose, Grace, Claudette, hingga Peter dan Nicholas.

Sebenarnya nama badai tropis di seluruh dunia banyak sekali, ratusan jumlahnya, dikategorikan berdasarkan wilayah, ada Atlantik Utara, Atlantik Selatan, Pasifik Timur, Pasifik Barat, Samudera Hindia Utara, dan Australia. Penamaan ini dibuat oleh pusat cuaca di masing-masing wilayah dan didaftarkan ke Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).

Pemberian nama yang unik dan berbeda memang diperlukan. Gunanya agar mudah membedakan sistem dari tiap badai, bila terjadi di satu cakupan wilayah. Selain itu, pemberian nama badai juga untuk memudahkan badan cuaca memberikan peringatan akan datangnya badai kepada publik. Selama ratusan tahun, badai dinamai dengan nama-nama hari suci.

Akhir abad ke 19, seorang ahli metereologi Australia, Clement Lindley Wragge, mulai memberikan nama-nama feminim yang disenanginya. Ia juga kerap menggunakan nama nama-nama politisi yang dibencinya, mengambil dari sejarah ataupun mitos, untuk menamai badai.

Baru pada 1979, WMO mulai memberi nama-nama maskulin untuk badai. Pusat Peringatan Badai Tropis Jakarta sendiri memilih memberikan nama-nama bunga sejak 1 Juli 2008 untuk badai yang melewati wilayahnya. Nantinya, badai akan dinamai seperti jenis-jenis buah.

Uniknya lagi, nama-nama badai ini bisa juga dipensiunkan. Bila sudah menimbulkan kerusakan parah, nama badai pun bisa dipensiunkan untuk mengenang kehancuran yang ditimbulkan. Tapi sebelumnya, negara yang terkena badai harus mengajukan permohonan untuk mempensiunkan nama badai itu dalam rapat WMO, dan bisa juga mengajukan sebuah nama baru.

Astri Ihsan

04 November 2009

.....

SAYA cuma merasa bosan. Jenuh dengan keseharian. Otak saya penuh dengan kreativitas, dada saya penuh dengan lonjakan semangat, tubuh saya penuh dengan energi. Jangan kurung saya disini. Beri saya kertas untuk menggambar, beri saya kamera untuk memotret, biarkan tangan saya menari di atas keyboard komputer menuliskan apapun yang saya inginkan. Kau lihat? Saya hidup dan berarti.

Periode Kedua Karzai

KEPUTUSAN pemimpin oposisi Afganistan, Abdullah Abdullah untuk mundur dari pemilu putaran kedua patut disesalkan. Memang, setelah para pendukung Presiden Hamid Karzai mencuri suara di putaran pertama, Abdullah memiliki alasan kuat untuk tidak mempercayai prosesnya. Namun, warga Afganistan layak mendapat kesempatan kedua. Pemerintah Afganistan pun benar-benar membutuhkan legitimasi dari para pemilih yang jujur.

Kini, Karzai terpilih kembali. Ia akan melakukan apapun untuk membujuk rakyat dan juga dunia bahwa ia layak mendapat kepercayaan. Setelah tujuh tahun salah mengurus pemerintahan dan juga korupsi, ini tentu saja sesuatu yang sulit. Rakyat Afganistan perlu melihat pemerintahan mereka bekerja untuk melindungi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Sebagai permulaan, Karzai harus menunjuk kabinet baru dan gubernur provinsi yang berkomitmen kuat untuk membangun kembali negeri mereka, bukan justru memperkaya diri sendiri. Pengembangan agrikultur dan energi membutuhkan kepemimpinan yang lebih baik.

Karzai juga harus menggandeng oposisi serta memiliki teknokrat yang kompeten untuk pos-pos senior. Abdullah sendiri menolak untuk bergabung dalam pemerintahan. Namun, dipastikan bahwa pemerintahan akan lebih kuat bila sejumlah pendukunga Abdullah mau berpartisipasi. Abdullah harus memainkan peran aktif dan konstruktif di Afganistan.

Membentuk pemerintahan yang dapat dipercaya merupakan sebuah hal yang esensial. Namun, itu hanyalah langkah awal. Daftar masalah mengenai berbagai kebijakan tampaknya sangat panjang.

Karzai juga harus bekerja sama dengan Amerika untuk mendapatkan strategi mengalahkan Taliban. Kedua pemerintahan butuh mengembangkan sebuah rencana untuk dengan cepat mengakselerasi pelatihan bagi pasukan keamanan Afganistan. Tak banyak waktu yang tersisa. Kekuatan militer Taliban juga tumbuh semakin kuat dari hari ke hari.

Astri Ihsan/NY Times

Israel Pangkas Pasokan Air ke Palestina

WARGA Palestina dipastikan kini berada dalam situasi krisis, lagi-lagi karena ulah Israel. Menurut laporan Amnesty Internasional, Israel menolak akses warga Palestina untuk mendapatkan suplai air bersih. Padahal untuk pemukim Israel yang menduduki Tepi Barat, pemerintah Israel memberikan suplai hampir tanpa batas.

Dalam laporan setebal 112 halaman, seperti dikutip AFP, Senin (26/10), Amnesty mengatakan bahwa rata-rata konsumsi air untuk warga Palestina mencapai 70 liter per hari, namun di lapangan, mereka biasanya hanya bisa mendapatkan 20 liter air, atau sama dengan jumlah minimum yang disyaratkan dalam situasi darurat kemanusiaan.

Sementara warga Israel bisa menggunakan air bersih hingga 300 liter per harinya. Amnesty mengatakan bahwa Israel juga melarang warga Palestina untuk menggali sumur, menampung dalam tangki air, serta menolak akses warga Gaza mendapatkan material-material bangunan yang dibutuhkan untuk merenovasi sistem pengairan yang rusak.

“Kolam renang, halaman rumput yang disirami dengan baik, pertanian dengan irigasi besar berada di permukiman Israel, berdiri kontras di sebelah desa-desa Palestina yang penduduknya berjuang bahkan hanya untuk memperoleh kebutuhan air domestik mereka,” ungkap laporan Amnesty berjudul: Troubled waters - Palestinians denied fair access to water, seperti dikutip Al Jazeera.

Padahal para pemukim Israel bisa menikmati kolam renang dan kebun-kebun yang subur menghijau. Israel menggunakan lebih dari 80 persen air dari Gunung Aquifer, salah satu dari beberapa sumber air bawah tanah di Israel, namun hanya satu-satunya sumber air di Tepi Barat.

“Air adalah suatu kebutuhan dasar dan sebuah hak, namun bagi warga Palestina, mendapatkan air bahkan dengan kualitas buruk dan kuantitas sekadarnya saja telah menjadi sebuah kemewahan yang hampir tidak bisa mereka dapatkan,” kata Donatella Rovera dari Amnesty Internasional, dilansir BBC.

Rovera mengungkapkan bahwa situasi air di Gaza kini telah mencapai titik krisis, dengan 90 hingga 95 persen suplai air telah terkontaminasi dan tak layak untuk dikonsumsi manusia.

“Israel harus mengakhiri kebijakan diskriminasinya, dan segera mengangkat semua restriksi yang diberlakukan pada akses air warga Palestina,” tambahnya.

Ia meminta Israel untuk bertanggung jawab mengatasi persolan yang diciptakannya itu dengan mengizinkan warga Palestina untuk mendapatkan pembagian yang adil dari sumber-sumber air.

Menanggapi laporan ini, Israel pun balik meluncurkan serangan. Juru bicara pemerintah Israel Mark Regev mengatakan bahwa laporan itu secara faktul tidak akurat. Regev menuding warga Palestina tidak bisa mengatur sumber-sumber air. Ia juga menolak klaim bahwa Israel melarang warga Palestina menggali sumur.

Menurutnya, Israel telah menyetujui 82 proyek pengeboran, namun hanya 26 di anataranya yang dikerjakan oleh warga Palestina. Regev menuding warga Palestina gagal memenuhi syarat daur ulang air, serta tidak bisa mendistribusikan air dengan efisien.

Astri Ihsan/AFP/BBC/Al Jazeera

03 November 2009

Soal Pemukiman Yahudi Ganggu Proses Damai Israel-Palestina

UPAYA untuk mendamaikan Israel dan Palestina terus bergulir, meskipun jalan panjang dan rintangan masih membentang jelas antar keduanya. Amerika Serikat (AS), sebagai salah satu mediator, tampaknya tak ingin terlihat berpihak. Meskipun pada kenyataannya, AS tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan Israel membagun pemukiman Yahudi di wilayah Palestina.

Berbicara di hadapan para menteri luar negeri (menlu) negara-negara Arab di Maroco, Senin (2/10) lalu, Menlu AS Hillary Clinton mengatakan bahwa AS tetap menentang pembangunan pemukiman Israel. Hillary mengatakan bahwa ia telah berbicara kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai hal ini.

Menurut Hillary, ia menyatakan kepada Netanyahu bahwa Palestina telah mengambil langkah-langkah positif menuju perdamaian, termasuk dengan meningkatkan keamanan di wilayah Tepi Barat. Ia meminta Israel juga ikut melakukan langkah positif, di antaranya memberikan kebebasan bergerak yang lebih besar bagi warga Palestina.

“Israel telah melakukan beberapa hal, tapi mereka harus berbuat lebih,” kata Hillary dikutip Al Jazeera.

“Mahmoud Abbas (presiden Palestina) telah menunjukkan kepemimpinan dan determinasi terhadap persoalan ini, dan Israel harus membalasnya,” lanjutnya.

Hillary sendiri tampaknya cukup plin-plan dan membingungkan mengenai persoalan ini. Sehari sebelumnya Hillary memuji Israel karena mengemukakan niatnya untuk membatasi pembangunan pemukiman. Ia mengatakan sikap Israel itu sebagai langkah positif.

Pernyataan Hillary tersebut pun langsung menuai kritik dari negara-negara Arab. Hilarry dianggap membahayakan proses perdamaian karena tidak lagi memiliki ketegasan untuk meminta Israel menghentikan pembangunan pemukimannya. Menurut negara-negara Arab, negara Palestina tidak akan bisa terbentuk bila pemukiman Yahudi juga semakin banyak di wilayah mereka.

“Saya katakan kepada anda bahwa kami semua, termasuk Arab Saudi, termasuk Mesir, bahwa kami sangat kecewa. Saya masih menunggu kita bertemu dan memutuskan apa yang akan kita lakukan,” kata Sekjen Liga Arab Amr Moussa.

Namun keesokan harinya, menyadari reaksi keras dari negara-negara Arab, sikap Hillary berbalik dan kembali menegaskan pendirian AS yang menolak pembangunan pemukiman Israel.

“Posisi pemerintahan Obama mengenai pemukiman jelas dan tak ragu-ragu. Ini tidak berubah. AS tidak akan menerima legitimiasi berlanjutnya pemukiman Israel,” kata Hillary diuktip AFP.

Tapi, tetap saja, membatasi bukanlah berarti menghentikan pembangunan sama sekali. Ruang gerak warga Palestina akan semakin sempit dengan tubuh suburnya pemukiman Yahudi tersebut.

Untuk meredam kekhawatiran Arab, Associated Press melaporkan bahwa Hillary akan memperpanjang sehari waktu kunjungannya ke Timur Tengah. Kemarin (3/11), ia terbang ke Kairo, Mesir, untuk bertemu dengan Presiden Hosni Mubarak membahas persoalan ini.

Astri Ihsan/Reuters/AP/AFP/Al Jazeera

Ancaman Dari Somalia

SALAH satu pertanyaan retorikal yang muncul dalam perdebatan mengenai Afganistan, adalah masalah di Somalia dan Yaman. Kedua negara tersebut juga dikenal sebagai kamp pelatihan dan kader al-Qaeda. Jika perlu menenangkan Afganistan untuk melindungi keamanan AS, apakah AS juga harus ikut campur di Somalia dan Yaman?

Somalia menjadi sekolah dari teroris al-Qaeda. Menurut sebuah laporan, milisi Islam radikal Somalia, dikenal sebagai al-Shabab, telah mengirim lusinan warga Amerika Somalia ataupun Muslim Amerika untuk mengikuti pelatihan yang digelar oleh al-Qaeda. Namun, beberapa ahli masih mempertanyakan apakah kepemimpinan Taliban masih menjalin hubungan dengan al-Qaeda.

Dalam kasus Somalia, tak ada pertanyaan lagi. Al Shabab baru-baru ini mengirimkan sebuah video mengenai janji kesetiannya terhadap al-Qaeda. Video itu menampilkan seorang juru bicara asal Amerika yang memperlihatkan seorang mantan mahasiswa di Universitas South Alabama sedang berada di kamp pelatihan.

Al-Shahab mungkin tidak berniat meluncurkan serangan terhadap AS, hanya saja kelompok ini mengajak sejumlah pemegang paspor AS untuk ikut dalam misi al-Qaeda. AS tidak mengabaikan ancaman ini. Yang dibutuhkan saat ini adalah upaya pelengkap untuk meningkatkan kapasitas pemerintah Somalia dan tentaranya, sehingga mereka dapat menyingkirkan al-Shabab dan memperluas otoritasnya di seluruh Somalia.

Menlu AS Hillary Clinton baru-baru ini bertemu dengan Presiden Somalia Sharif Ahmed. Hillary mengatakan pemerintahan Islam moderat merupakan harapan terbaik untuk mengembalikan stabilitas di Somalia. Washington juga menjadi donor makanan dan bantuan kemanuasiaan di sana. Namun, Ahmed menegaskan bahwa ia juga sangat membutuhkan dukungan militer dan ekspansi pasukan penjaga keamanan PBB.

Pemerintah AS kini masih meninjau situasi di Somalia. Ini merupakan persoalan sulit, karena selama 20 tahun, negara ini tidak memiliki pemerintahan nasional. Somalia tak bisa diabaikan oleh AS dan mitra-mitranya. Seperti di Afganistan sebelum 2001, ancaman dari organisasi teroris dan serangan potensialnya di Afrika terus meningkat. Pelajaran dari serangan 11 September 2001 adalah bahwa mereka harus dilawan dengan agresif.

Astri Ihsan/Washington Post

02 November 2009

Dilema Pengungsi Sri Lanka



SALAH satu persoalan utama yang muncul saat suatu wilayah berada dalam situasi konflik adalah munculnya aliran pengungsi. Wilayah-wilayah konflik, seperti Pakistan, Afganistan, dan Sri Lanka, merupakan produsen pengungsi terbanyak.

Para pengungsi tidak sekadar berpindah dari satu daerah-ke daerah lain (masih di wilayah negaranya), tapi juga rela menelusuri hutan, menyeberangi dan terkatung-katung di lautan, meski harus membayar ribuan dolar, untuk bisa tinggal di negara lain.

Persoalan aliran pengungsi inilah yang memusingkan sejumlah negara. Australia, Indonesia, Malaysia, hingga Kanada, ikut-ikutan dibuat repot, khususnya oleh kedatangan para pengungsi Sri Lanka beberapa minggu terakhir. Mereka melarikan diri dari situasi tak menentu setelah perang berdekade antara pemerintah dan kelompok separatis Pembebasan Macan Tamil Eelam (LTTE) atau dikenal dengan Macan Tamil.

Sekitar 500 warga Sri Lanka mencoba masih masuk secara ilegal ke Asia dan Eropa dalam beberapa minggu ini, meskipun perang Macan Tamil diklaim telah berakhir dengan kemenangan pemerintah. Pekan lalu, sebuah kapal bermuatan 78 pengungsi Sri Lanka ditahan oleh Angkatan Laut Indonesia, setelah sebuah kapal lain yang memuat 225 pengungsi Sri Lanka lainnya juga ditahan beberapa minggu sebelumnya.

Kapal ketiga, yang membawa 36 pengungsi Sri Lanka, juga terdeteksi di pesisir Christmas Island, Australia. Di Kanada, 75 pengungsi Sri Lanka telah ditahan sebagai imigran ilegal. Sementara, sebuah kapal berpenumpang 135 orang, termasuk warga Sri Lanka, Pakistan dan Afganistan juga terdeteksi di pesisir Turki. Australia dan Kanada menjadi tempat tujuan favorit untuk mencari suaka karena di sana terdapat komunitas Tamil yang cukup besar.

"Beberapa di antara yang melarikan diri dengan kapal, merupakan orang-orang yang keluar dari kamp penahanan. Tamil merasa rentan (di tengah-tengah mayoritas Sinhalese), bahkan setelah berakhirnya perang. Itulah mengapa mereka ingin keluar dari Sri Lanka," kata seorang aktivis HAM, Mano Ganeshan.

Masalahnya, tak ada negara yang bersedia dengan tangan terbuka langsung menerima pengungsi, yang belum jelas asal-usul, latar belakang, dan tujuannya. Kerapkali para pengungsi ini tidak dilengkapi dengan dokumen-dokumen identitas yang lengkap. Mereka mencoba masuk ke suatu negara dengan ilegal. Apalagi pemerintah Sri Lanka sendiri telah mengeluarkan peringatan agar negara-negara lain berhati-hati terhadap para pengungsi tersebut, karena bisa saja mereka memiliki keterlibatan dengan Macan Tamil.

"Kami tentu saja tidak ingin mendorong orang-orang untuk menaiki kapal reyot, membayar ribuan dolar, menyeberangi samudera, dan datang ke Kanada secara ilegal," kata Menteri Imigrasi Kanada Jason Kenney, seperti dikutip Vancouver Sun.

Situasi pengungsi Sri Lanka memang dilematis. Bila diterima, para pengungsi, yang kebanyakan merupakan etnis minoritas Tamil ini, bisa saja menimbulkan masalah di kemudian hari di negara yang menampung mereka. Bila dibiarkan di kapal yang kerap kelebihan beban dan terapung-apung di lautan nyawa mereka pun terancam, kelaparan dan kondisi kesehatan yang buruk. Tapi, bila dipulangkan ke daerah asal, hidup mereka justru terancam disiksa atau dihukum mati oleh pemerintah Sri Lanka sendiri.

"Kebanyakan Tamil ingin meninggalkan Sri Lanka karena mereka tidak merasa aman. Tapi, ada banyak juga yang pergi karena alasan ekonomi. Sebenarnya, dengan uang yang mereka bayar ke agen, mereka dengan mudah dapat memulai sebuah bisnis kecil di sini. Tapi, mereka lebih memilih untuk menjual perhiasan dan properti mereka demi mengumpulkan uang untuk pergi ke luar negeri," kata seorang politisi pro-Tamil Dharmalingam Sithadthan, seperti dikutip AFP.
Solusi mendesak mutlak diperlukan, sebelum persolan pengungsi ini menjadi semakin besar dan merepotkan. Bagaimanapun, krisis kemanusiaan masih mengancam kehidupan mereka.

Astri Ihsan/AFP/ABC/Sunday Times/Vancouver Sun

Published by Jurnal Nasional

The Exhibition of Ethnic Richness in Ethnobotanical Museum

It is hard to adventuring every region in Indonesia. The country is a very rich archipelago, consist of thousands islands, hundreds ethnics, cultures, and natural resources. Every ethnic that live in a territory in Indonesia develop their each own way of life.

Sure, they would adjust themselves with the environment and condition of nature where they live. They process the plants that grown around them to become all short of shape and use it creatively, such as clothes, weapons, toys, art utensils, to medicines.

But if we want to know more, we could just go to Indonesia Ethnobotanical Museum in Bogor, West Java. In this museum, we could see all about the diversity of ethnics in Indonesia, with the richness of its cultures and natural resources. The museum has 1,700 ethnobotanical objects, from Nangroe Aceh Darussalam to Papua.

Ethnobotanical may be unfamiliar for most of people. It is a branch of botanical science. It is about the relations between indigene societies with the plants around them. If we study about ethnobotanical, we could know the origin of a plant and how it was disseminated.

We also would know about how adaptive and creative people in a region could be. Every potential of a plant could be used to fulfill their needs. It is a proof that botanical gives wide influences to a culture and its society.

Ethnobotanical Museum is located at Jalan Ir. H. Juanda 22-24, not far from Kebun Raya Bogor. The building is not directly seen from the street and looked old.

I felt hesitate once I came in to the building. It was so desolate and dark. But, my wary just went away while my feet stepping inside the exhibition room, orderly arranged with much enough collections.

The admission ticket is relatively cheap, only Rp2,000 per person. If you want to get more detail information, you need to request a museum tour guide to accompany you. This museum has four tour guides. They always ready to explain about these museum‘�s collections to visitor.

In the front side of exhibition room, you can see some plant fossils that found from various regions in Indonesia. There are various kinds of weapons, such as lances, bows and arrows, also sculptures.

Other collections are shown orderly in several glass cupboards. Some are classified by region, like Toraja, Dayak, Bali or Lombok. Some others are classified by genre, like rattan or sago.

There are also some collections that classified and exhibited by the use, such as fishing, weaving or kitchen equipment, music to religion ceremony utensils. Beside those, there are various kinds of plants and fruits that dry and wetly preservatives. There are also sample collections of traditional medicines.

“Once a week, all of collections are cleaned. There are some objects that just need to be ragged on its surface. Some collections need to be sowed by camphor inside the cupboard. Once a year, we also invite a fumigation expert to maintain the collections, so they won‘t be covered by molds or eaten by insects,” said Mulyani Rahayu, an ethnobotanic from the museum.

She added that the museum also took part in exhibition event to introduce about ethnobotanical to society, at least once or twice a year. She said that Ethnobotanical Museum is being planned to become a history and human activity museum. So, the young generation would know more about the diversity of botanical in Indonesia.

“If it happens in the future, we expect that the visitors not just come and see, but also could smell and feel, for example, the bitter taste of brotowali, the good smell and taste of cinnamon,” she said.


Astri Ihsan/Published by Indonesia Rising, Jurnal Nasional, 2nd November 2009

Satu Sore di Warung Pasta




Hanya menikmati pasta dan mengobrol. Tak terasa, sudah lebih dari setahun kita ga bertemu.

Pemilu Afganistan: Kekalahan Semua Pihak


SIKAP Abdullah-Abdullah untuk tidak berpartisipasi dalam pemilu putaran kedua Afganistan tampaknya merupakan satu-satunya pilihan nyata yang tersisa bagi kandidat oposisi. Pemilu kali ini sama korupnya dengan putaran pertama. Kecurangan masih akan diawasi oleh jaringan yang sama, yakni kroni-kroni Presiden Hamid Karzai.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mengatakan bahwa keputusan Abdulah adalah personal dan tidak akan memengaruhi legitimasi pemilu. Dengan nada yang sama, para diplomat Barat di Kabul juga telah melakukan pertemuan. Mereka beranggapan bahwa dengan 48,2 persen yang didapatkan Karzai pada putaran pertama, itu sudah memberikannya mandat yang cukup untuk memerintah.

Namun bila dicermati, sebenarnya perolehan suara Karzai bisa jauh lebih rendah dari yang ditemukan Komisi Komplain Pemilu PBB, bila referensi lembaga itu lebih luas. Dengan menghentikan pencarian jumlah suara yang jujur, negara-negara Barat berkontribusi dalam intervensi yang justru akan merusak reputasi mereka sebagai penghubung yang jujur di tengah-tengah pemilih non-Pashtun Afganistan.

Komunitas internasional kini menaruh seluruh kepercayaan terhadap Karzai. Setelah menjabat kembali sebagai presiden, ia akan menunjuk menteri kabinet yang otokratik. Namun, harapan agar Karzai menjadi “anak baik”, harus diturunkan. Pemikiran bahwa dia sekarang mungkin akan menerima pengawasan terhadap pemerintahannya yang korup, merupakan sebuah khayalan ekstrim.

Ini merupakan saat yang tepat bagi Washington untuk menyadari bahwa kepentingan Karzai bukan hanya mewakili dirinya sendiri. Ini bukan hanya tentang presiden yang korup. Persoalannya ada pada sistem pemerintahan itu sendiri. Hanya reformasi konstitusional, dengan partisipasi distrik dan dewan provinsi, yang dapat memperbaiki situasi ini.

Jika Karzai kembali berkuasa, ini tidak akan pernah terjadi. Pasukan Inggris dan AS pun akan terseret lebih dalam di sebuah misi yang telah kehilangan arah.

Astri Ihsan/Guardian