Korea Utara (Korut) tampaknya akan tetap menjalankan rencana peluncuran satelitnya pada awal April mendatang. Menurut laporan, persiapan peluncuran sedang dilakukan di wilayah timur laut Korut. Satelit mata-mata telah mengonfirmasi bahwa sebuah roket, yang dicurigai sebagai misil balistik jarak jauh, sudah berada landasan peluncuran.
Korut mengatakan bahwa peluncuran tersebut dimaksudkan untuk menempatkan sebuah satelit komunikasi di ruang angkasa. Namun menurut para ahli roket itu tampak sebagai versi lanjutan dari Taepodong-2. Peluncuran roket jelas merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang Korut melakukan aktivitas apapun yang berhubungan dengan program misil balistik.
Menurut pengumuman Korut, roket tersebut akan terbang melewati wilayah Akita dan Iwate di Jepang. Selalu ada kemungkinan bahwa roket tersebut akan berbelok dari lintasannya ataupun ada bagian yang terjatuh di teritori Jepang. Faktanya, Taepodong-2 yang diuji coba Korut tiga tahun lalu hancur di udara dan meledak di dekat lokasi peluncurannya.
Pemerintah Jepang sendiri telah meminta Pasukan Pertahanan Diri (SDF) bersiap menembak jatuh misil tersebut ataupun puing-puing berbahaya. SDF juga akan mengerahkan alat penghancur Aegis dengan sistem pertahanan misil balistik dengan Standar Misil-2 (SM-3) di Laut Jepang. Jepang harus menyiapkan langkah-langkah untuk mengatasi situasi darurat.
Pemerintah Jepang bergantung pada informasi pemerintah lokal ketika misil itu diluncurkan. Jepang juga terlebih dahulu harus mendiskusikan kepada warganya, otoritas polisi dan terkait lainnya untuk mengenalkan dengan prosedur-prosedur darurat. Di waktu yang sama, Pemerintah Jepang juga harus berusaha membuat publik tidak khawatir dan meredakan ketegangan di komunitas lokal.
Korut harus diberikan tekanan yang lebih keras untuk membatalkan rencananya atau coba dibujuk untuk menghentikan diplomasi terornya melalui program misil dan nuklir. Pihak-pihak yang memiliki pendirian yang sama, yakni Jepang Amerika Serikat (AS), dan Korea Selatan (Korsel) harus bergabung untuk mendapatkan dukungan dari komunitas internasional dan memberikan tekanan kepada Pyongyang.
Para pemimpin dari negara-negara anggota kelompok Grop of 20 (G-20) akan mengadakan pertemuan keuangan di London pada 2 April mendatang. Pemimpin Jepang, AS dan Krosel, serta melibatkan pemimpin China, Rusia dan negara-negara lain, mengirimkan pesan kuat kepada Korut bahwa komunitas dunia menentang peluncuran roket tersebut.
Astri Ihsan/Asahi
No comments:
Post a Comment