Ada satu hal yang paling menakutkan saya sejak Al lulus ASI Ekslusif. Rentan sakit. Mengantar Al untuk memulai makanan padat pertamanya tiga bulan lalu, membuat perasaan saya campur aduk, antara senang, penasaran, deg-degan dan khawatir. Saya sungguh khawatir Al menjadi rentan sakit.
Selama masa ASI Ekslusif, saya bisa sangat percaya diri, apapun yang Al alami, obatnya cuma satu, ASI. Sewaktu badannya hangat setelah imunisasi, cukup dengan memberikannya ASI dengan intensitas yang lebih sering dan temperatur tubuhnya pun menurun dengan sendirinya. Ketika Al lagi rewel, saya juga hanya perlu terus memberikannya ASI untuk memberikannya rasa tenang dan nyaman. Dia pun bisa tertidur dengan pulas.
Tapi, ketika masa ASI Ekslusif itu berakhir, Al mulai makan, kepercayaan diri saya pun meluntur. Banyak orang mengatakan, ketika bayi sudah mulai makan, dengan sendirinya ia akan rentan sakit. Makanan memang bisa jadi teman baik, tapi bisa menjadi musuh besar. Apalagi Al sedang dalam fase memasukkan segala benda ke mulutnya.
Dan benar saja. Al mengalami sakit perdana di usia delapan bulan. Al diare selama tiga hari setelah memakan mangga gedong. Ia tampak lemas, badannya panas, Al yang biasanya berisik ngoceh pun menjadi pendiam.
Dengan sangat berat hati dan atas saran dokter, saya terpaksa memberikannya obat penurun panas dan antibiotik. Saya sempat bertahan untuk tidak memberikan antibiotik, tapi diarenya tak kunjung berhenti dan panasnya juga tak turun. Al tak berhenti menyusu. Saya pun terpaksa bolos dari kantor selama tiga hari.
Untung, sakit Al tidak berlangsung lebih lama. Di hari ketiga, frekuensi pup Al mulai berkurang dan lebih padat. Namun, sejak sakit itu hingga sekarang, nafsu makan Al berkurang drastis. Al tak pernah lagi menghabiskan semangkok penuh makanannya dalam waktu 10 menit saja. Sekarang, bisa memasukkan lima suap saja ke mulutnya, saya sudah sangat bersyukur. Badan Al yang sebelumnya terlihat padat berisi, kini tampak singset. Tidak hanya soal makan, ocehan Al pun tidak seberisik sebulan yang lalu.
Beberapa hari lalu, jelang Al berusia sembilan bulan, badan Al kembali hangat. Saya tidak tahu apa penyebabnya. Tapi, hari itu Al sempat memakan pure dalam kondisi dingin dari kulkas. Untungnya lagi, hangatnya Al cuma berlangsung semalam. Sepanjang malam pun, Al berkali-kali bangun untuk menyusu. Saya terpaksa menunda jadwal imunisasi campak Al hingga minggu depan agar Al benar-benar dalam kondisi fit.
Ahhh, saya merindu masa Al 'kebal' sakit, saya merindu masa Al tak pernah menolak saat disodorkan makanan, saya rindu masa Al mendapatkan proteksi penuh dari ASI saja, saya merindu masa ketika berat badan Al bisa tambah sekilo lebih hanya dengan ASI. Ahh, ASI.. I love you full.. Be nice to me hingga Al berusia setidaknya dua tahun yaa.. :))
Showing posts with label Parenting. Show all posts
Showing posts with label Parenting. Show all posts
30 November 2011
25 November 2011
Tentang Parenting
"Parenting is not a competition. Parenting is not an ego trip. Parenting is about making sure your Children are happy." (@BraveKidsVoices)
Saya suka sekali dengan kalimat itu. Cukup menohok. Sebagai orang tua baru di usia yang relatif muda, pastinya pernah mengalami perasaan-perasaan negatif semacam itu. Apalagi bila memiliki teman dengan anak yang seumuran. Terkadang ada perasaan iri atau malah bangga cenderung pamer dan sombong.
Tapi, benar sekali. Parenting memang bukanlah sebuah kompetisi, di mana ada yang menang dan ada yang kalah. Tidak perlu sedih bila anak lain bisa jalan lebih cepat, bicara lebih cepat, ataupun tumbuh gigi lebih cepat ketimbang anak kita sendiri. For sure, semua pasti ada waktunya sendiri. Don't push your self too hard and don't ever let your ego victimize your kid.
Sebaliknya, tidak perlu juga membangga-banggakan perkembangan anak sendiri hanya untuk membuat orang lain merasa iri. Tidak ada standar pasti dalam perkembangan anak. Setiap anak itu berbeda dan tidak perlu disama-samakan, tidak perlu dibanding-bandingkan.
Sekali lagi, perkembangan anak tidak bisa disamaratakan, tidak bisa dipaksakan. They're just different one to each other. Yang perlu kita lakukan hanyalah menjadi ibu yang sempurna buat anak kita sendiri, pastikan anak hidup dengan bahagia dan segala kebutuhannya terpenuhi. Tak perlu mencoba menjadi ibu yang sempurna di mata orang lain. Ini bukan kompetisi, bukan pula persaingan ego. Ini tentang usaha membesarkan dan mendidik anak sebaik-baiknya. Yeah, just that simple.
Saya suka sekali dengan kalimat itu. Cukup menohok. Sebagai orang tua baru di usia yang relatif muda, pastinya pernah mengalami perasaan-perasaan negatif semacam itu. Apalagi bila memiliki teman dengan anak yang seumuran. Terkadang ada perasaan iri atau malah bangga cenderung pamer dan sombong.
Tapi, benar sekali. Parenting memang bukanlah sebuah kompetisi, di mana ada yang menang dan ada yang kalah. Tidak perlu sedih bila anak lain bisa jalan lebih cepat, bicara lebih cepat, ataupun tumbuh gigi lebih cepat ketimbang anak kita sendiri. For sure, semua pasti ada waktunya sendiri. Don't push your self too hard and don't ever let your ego victimize your kid.
Sebaliknya, tidak perlu juga membangga-banggakan perkembangan anak sendiri hanya untuk membuat orang lain merasa iri. Tidak ada standar pasti dalam perkembangan anak. Setiap anak itu berbeda dan tidak perlu disama-samakan, tidak perlu dibanding-bandingkan.
Sekali lagi, perkembangan anak tidak bisa disamaratakan, tidak bisa dipaksakan. They're just different one to each other. Yang perlu kita lakukan hanyalah menjadi ibu yang sempurna buat anak kita sendiri, pastikan anak hidup dengan bahagia dan segala kebutuhannya terpenuhi. Tak perlu mencoba menjadi ibu yang sempurna di mata orang lain. Ini bukan kompetisi, bukan pula persaingan ego. Ini tentang usaha membesarkan dan mendidik anak sebaik-baiknya. Yeah, just that simple.
12 November 2011
Working Mom, Bisa!!!
Setelah si makhluk kece, Al, lahir ke dunia, otomatis waktu saya nyaris tersita seluruhnya untuk dia. Pekerjaan juga sih, tapi bagi saya, menjadi seorang Mom tetap sebagai prioritas utama, sementara pekerjaan di kantor boleh lah jadi prioritas berikutnya.
Menjadi 'working mom' dan tanpa baby sitter pastinya bukan hal yang mudah. Seluruh waktu dan energiku terkuras buat kedua hal ini. Rutinitas dan kepadatan jadwal. Sekedar share, saya bangun sekitar pukul 3 atau 4 subuh, menyiapkan makanan Al, mensterilkan seluruh botol dan perlengkapan makannya, menyiapkan sarapan dan bekal untuk saya sendiri bawa ke kantor, nyusuin Al, mandi, dan siap berangkat kantor pada pukul 5.30 pagi.
Saya sudah harus berada di kantor pukul 7 pagi dan pulang sekitar pukul 3.30 sore. Sampai di rumah sekitar pukul 5 atau 5.30 sore, beres-beres, menyuapi makan malam Al, main dan nyusuin Al, lalu menidurkannya. Eits, Al tidur bukan berarti pekerjaan saya sudah beres.
Saat Al tidur malah harus saya manfaatkan sebaik mungkin untuk makan malam, mencuci botol susu, breast pump, sterilizing, menyiapkan baju serta perlengkapan lainnya untuk saya, Al & suamiku pakai keesokan hari, lalu memasak makanan Al di slow cooker, menyiapkan cemilan buahnya di kotak-kotak, dan membersihkan dapur.
Setelah semua beres, barulah saya bisa tidur dengan tenang sekitar pukul 11 malam. Terkadang bila saya tidak terlalu lelah, saya menutup malam dengan berbincang-bincang, menemani suami nonton televisi atau bahkan bercinta :D.
Ya, memang sangat padat dan cukup melelahkan. Jangan heran bila saya dengan mudah tertidur di busway. Walau terkadang jenuh, tetapi saya bahagia. Hidup saya lengkap dan sekali lagi, saya bahagia. Hidup memang pilihan dan untuk saat ini saya tidak memiliki pilihan lain selain menjadi 'working mom.'
Memang saya tidak memiliki waktu penuh untuk Al di hari kerja. Tapi, saya membayarnya lunas saat akhir pekan. Meski bekerja, saya tahu dengan detail setiap perkembangan Al, apa yang dia makan, apa kebiasaannya. Mudah-mudahan Al nantinya bisa melihat bagaimana Momnya berjuang untuk menjamin kehidupan yang layak buat dia, bagaimana Momnya berjuang keras untuk menyeimbangkan hidup. Memang belum sempurna, tapi saya sedang berusaha yang terbaik. :)
Menjadi 'working mom' dan tanpa baby sitter pastinya bukan hal yang mudah. Seluruh waktu dan energiku terkuras buat kedua hal ini. Rutinitas dan kepadatan jadwal. Sekedar share, saya bangun sekitar pukul 3 atau 4 subuh, menyiapkan makanan Al, mensterilkan seluruh botol dan perlengkapan makannya, menyiapkan sarapan dan bekal untuk saya sendiri bawa ke kantor, nyusuin Al, mandi, dan siap berangkat kantor pada pukul 5.30 pagi.
Saya sudah harus berada di kantor pukul 7 pagi dan pulang sekitar pukul 3.30 sore. Sampai di rumah sekitar pukul 5 atau 5.30 sore, beres-beres, menyuapi makan malam Al, main dan nyusuin Al, lalu menidurkannya. Eits, Al tidur bukan berarti pekerjaan saya sudah beres.
Saat Al tidur malah harus saya manfaatkan sebaik mungkin untuk makan malam, mencuci botol susu, breast pump, sterilizing, menyiapkan baju serta perlengkapan lainnya untuk saya, Al & suamiku pakai keesokan hari, lalu memasak makanan Al di slow cooker, menyiapkan cemilan buahnya di kotak-kotak, dan membersihkan dapur.
Setelah semua beres, barulah saya bisa tidur dengan tenang sekitar pukul 11 malam. Terkadang bila saya tidak terlalu lelah, saya menutup malam dengan berbincang-bincang, menemani suami nonton televisi atau bahkan bercinta :D.
Ya, memang sangat padat dan cukup melelahkan. Jangan heran bila saya dengan mudah tertidur di busway. Walau terkadang jenuh, tetapi saya bahagia. Hidup saya lengkap dan sekali lagi, saya bahagia. Hidup memang pilihan dan untuk saat ini saya tidak memiliki pilihan lain selain menjadi 'working mom.'
Memang saya tidak memiliki waktu penuh untuk Al di hari kerja. Tapi, saya membayarnya lunas saat akhir pekan. Meski bekerja, saya tahu dengan detail setiap perkembangan Al, apa yang dia makan, apa kebiasaannya. Mudah-mudahan Al nantinya bisa melihat bagaimana Momnya berjuang untuk menjamin kehidupan yang layak buat dia, bagaimana Momnya berjuang keras untuk menyeimbangkan hidup. Memang belum sempurna, tapi saya sedang berusaha yang terbaik. :)
15 October 2011
Al Tujuh Bulan
Alair. Bercerita tentang Al bisa membuatku tersenyum-senyum sendiri. Al adalah anak yang sangat menyenangkan. Senyumnya manis sekali. Dengan ASI, ia tumbuh menjadi anak yang sehat. Perawakannya tidak kalah dengan anak-anak yang lahir cukup bulan.
Bila bulan sebelumnya, Al hanya bisa jinjit, sekarang ia sudah bisa menapakkan kaki dengan mantap di lantai. Ia bisa duduk tanpa oleng lagi ke samping. Al berguling--guling dan merayap ke tempat yang ia mau. Al belajar menggenggam, mengambil, merebut, membuang, hingga mencari barang (mainan/makanan). Kemampuan berbahasanya pun mulai berkembang. "Nenen", "Papa..papa", "Mam..Mam..Mam..", "Ya..ya..ya..ya", "Da..da..da..da."
Di usia tujuh bulan, ia sudah merasakan cukup banyak variasi makanan, mulai dari puree buah, sayur, dan sekarang ia sudah terbiasa menikmati nasi tim dengan kaldu, daging, berbagai protein lainnya. Al makan utama tiga kali sehari dengan sekali atau dua kali selingan buah. Semuanya hap..hap..hap..habis...Sejak awal MPASI, saya belum pernah mengalami kesulitan untuk menyuapinya. Al selalu makan dengan lahap dan tak pilih-pilih.
Tentu saja, saya membuatkan sendiri makanan Al di rumah. Saya dengan tegas berkata tidak pada makanan bayi instan yang dijual di pasaran. Begitu pula dengan gula dan garam, tidak, sampai usia Al setidaknya satu tahun. I'm a working Mom, but i even made homemade baby biscuit for my son. Tidak, saya tidak akan tergoda dengan produk biskuit instan, bubur instan dan semua yang instan. Sorry, i just can make it by my own. And yes, i'm a proud hard worker Mom.
Ini usaha Mom untuk memberikan yang terbaik buat kamu, nak.. Semoga kamu terus sehat dan makin pintar ya, Al sayang...
Bila bulan sebelumnya, Al hanya bisa jinjit, sekarang ia sudah bisa menapakkan kaki dengan mantap di lantai. Ia bisa duduk tanpa oleng lagi ke samping. Al berguling--guling dan merayap ke tempat yang ia mau. Al belajar menggenggam, mengambil, merebut, membuang, hingga mencari barang (mainan/makanan). Kemampuan berbahasanya pun mulai berkembang. "Nenen", "Papa..papa", "Mam..Mam..Mam..", "Ya..ya..ya..ya", "Da..da..da..da."
Di usia tujuh bulan, ia sudah merasakan cukup banyak variasi makanan, mulai dari puree buah, sayur, dan sekarang ia sudah terbiasa menikmati nasi tim dengan kaldu, daging, berbagai protein lainnya. Al makan utama tiga kali sehari dengan sekali atau dua kali selingan buah. Semuanya hap..hap..hap..habis...Sejak awal MPASI, saya belum pernah mengalami kesulitan untuk menyuapinya. Al selalu makan dengan lahap dan tak pilih-pilih.
Tentu saja, saya membuatkan sendiri makanan Al di rumah. Saya dengan tegas berkata tidak pada makanan bayi instan yang dijual di pasaran. Begitu pula dengan gula dan garam, tidak, sampai usia Al setidaknya satu tahun. I'm a working Mom, but i even made homemade baby biscuit for my son. Tidak, saya tidak akan tergoda dengan produk biskuit instan, bubur instan dan semua yang instan. Sorry, i just can make it by my own. And yes, i'm a proud hard worker Mom.
Ini usaha Mom untuk memberikan yang terbaik buat kamu, nak.. Semoga kamu terus sehat dan makin pintar ya, Al sayang...
Tentang Kami
Di usia Al yang ketujuh bulan, saya terkadang masih merasa ini semua seperti mimpi. Saya sekarang sudah menikah dengan seseorang yang saya cintai, saya butuhkan, sangat sabar dan penyayang. Yang paling menakjubkan adalah kami memiliki seorang anak laki-laki yang benar-benar melengkapi hidup dan kebahagiaan kami. Saya menjadi seorang Mom dan suamiku menjadi seorang Papa yang hebat. Takjub. Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan segala berkah dan rizki ini.
Banyak yang berubah dari hidup saya dan suami sejak kehadiran Al. Kami menjadi orang yang lebih tangguh, berusaha menjalani hidup sebaik-baiknya, kami berusaha yang terbaik agar Al menjadi anak yang hebat. Saya berusaha memperbaiki diri, berkata-kata yang baik, meredam ego, mengoptimalkan waktu, berperilaku yang baik. Semua saya lakukan agar Al tidak mewarisi sifat buruk saya, agar ia tumbuh menjadi sosok yang baik. Saya telah bertekad untuk menjadi seorang super Mom karena saya ingin Al menjadi anak yang hebat.
Suamiku. Banyak yang berubah dari dirinya kini. Ia telah bertransformasi menjadi sosok Papa yang handal. Ia bisa melakukan hampir semua yang saya lakukan sebagai seorang Mom, kecuali menyusui tentunya. Ia bisa menjaga Al selama saya di kantor, memandikan, mensteril botol dan segala peralatan makan Al, menghangatkan dan memberikan susu, menyuapi Al, menyiapkan breastpump yang akan saya bawa ke kantor, mencuci clodi, mengajak main Al, hingga menidurkannya.
Dengan segala kesibukannya dengan pekerjaan dan Al, ia tetap memberikan porsi perhatian yang tak kalah besar terhadapku. Ia juga tetap memliki waktu untuk dirinya sendiri, untuk pergaulannya, hobinya, dan kami sama-sama menikmati itu. Semua yang ada dirinya, segala perubahannya, menjadikan saya semakin mencintainya. Beruntungnya saya menjadi pasangan hidupnya. Beruntungnya anakku memiliki seorang Papa yang luar biasa.
Banyak yang berubah dari hidup saya dan suami sejak kehadiran Al. Kami menjadi orang yang lebih tangguh, berusaha menjalani hidup sebaik-baiknya, kami berusaha yang terbaik agar Al menjadi anak yang hebat. Saya berusaha memperbaiki diri, berkata-kata yang baik, meredam ego, mengoptimalkan waktu, berperilaku yang baik. Semua saya lakukan agar Al tidak mewarisi sifat buruk saya, agar ia tumbuh menjadi sosok yang baik. Saya telah bertekad untuk menjadi seorang super Mom karena saya ingin Al menjadi anak yang hebat.
Suamiku. Banyak yang berubah dari dirinya kini. Ia telah bertransformasi menjadi sosok Papa yang handal. Ia bisa melakukan hampir semua yang saya lakukan sebagai seorang Mom, kecuali menyusui tentunya. Ia bisa menjaga Al selama saya di kantor, memandikan, mensteril botol dan segala peralatan makan Al, menghangatkan dan memberikan susu, menyuapi Al, menyiapkan breastpump yang akan saya bawa ke kantor, mencuci clodi, mengajak main Al, hingga menidurkannya.
Dengan segala kesibukannya dengan pekerjaan dan Al, ia tetap memberikan porsi perhatian yang tak kalah besar terhadapku. Ia juga tetap memliki waktu untuk dirinya sendiri, untuk pergaulannya, hobinya, dan kami sama-sama menikmati itu. Semua yang ada dirinya, segala perubahannya, menjadikan saya semakin mencintainya. Beruntungnya saya menjadi pasangan hidupnya. Beruntungnya anakku memiliki seorang Papa yang luar biasa.
25 September 2011
Update Al: 6 Bulan
* ASI
Jumlah ASIP AL di kulkas sebanyak 8 botol
* MPASI
Sejauh ini, Al tidak bermasalah dengan makan. Dari semua makanan yang dicobanya, belum ada tanda-tanda alergi. Pupnya pun lancar, kecuali ketika makan pepaya, Al tidak pup selama dua hari (dan ternyata banyak yang mengalami masalah yang sama dengan pepaya). Oatmeal, Gasol, buah ataupun sayuran dilahap tandas. Hanya saja, Al suka makanan yang cenderung kental, tidak cair. Sejauh ini yang sudah Al coba:
Cereal & Grains: Tepung Gasol beras merah wangi, Tepung Gasol kacang hijau, dan Oatmeal Quick Cooking
Fruits: Alpukat Mentega, Melon, Mangga Harum Manis, Pisang Ambon, Pepaya California, Pear Xiang Li, Jeruk Baby, dan Apel (Red Delicious)
Vegetables: Kabocha, Butternut Squash, Ubi Madu Cilembu, Kentang, dan Wortel.
*Yang di-bold adalah makanan favorit Al.
Seminggu pertama, makanan Al cukup disaring saja. Tapi, sekarang, saya lebih senang menggunakan hand blender. Praktis, cukup diblender langsung di mangkok makannya. No splash tentunya (thanks to my hand blender Phillips :D ). Semua peralatan makan Al harus disteril terlebih dahulu. For hygenic reason, bahkan pisau, panci, talenan, segala peralatan masak buat makanan Al saya basuh dulu dengan air panas.
Sesempat-sempatnya, saya berusaha memberikan makanan fresh buat Al (masak sebelum saya berangkat kerja). Tapi, saya juga tetap menyediakan stok frozen food di freezer. Untuk Bahan makanan Al, terkadang saya membeli yang organik. Bilapun sulit mendapatkannya, bahan makanan lokal non organik pun tetap oke selama kualitasnya baik dan masih segar. Untuk Al, saya bakal kasih semua yang terbaik semampu saya. Sekian :)))
Jumlah ASIP AL di kulkas sebanyak 8 botol
* MPASI
Sejauh ini, Al tidak bermasalah dengan makan. Dari semua makanan yang dicobanya, belum ada tanda-tanda alergi. Pupnya pun lancar, kecuali ketika makan pepaya, Al tidak pup selama dua hari (dan ternyata banyak yang mengalami masalah yang sama dengan pepaya). Oatmeal, Gasol, buah ataupun sayuran dilahap tandas. Hanya saja, Al suka makanan yang cenderung kental, tidak cair. Sejauh ini yang sudah Al coba:
Cereal & Grains: Tepung Gasol beras merah wangi, Tepung Gasol kacang hijau, dan Oatmeal Quick Cooking
Fruits: Alpukat Mentega, Melon, Mangga Harum Manis, Pisang Ambon, Pepaya California, Pear Xiang Li, Jeruk Baby, dan Apel (Red Delicious)
Vegetables: Kabocha, Butternut Squash, Ubi Madu Cilembu, Kentang, dan Wortel.
*Yang di-bold adalah makanan favorit Al.
Seminggu pertama, makanan Al cukup disaring saja. Tapi, sekarang, saya lebih senang menggunakan hand blender. Praktis, cukup diblender langsung di mangkok makannya. No splash tentunya (thanks to my hand blender Phillips :D ). Semua peralatan makan Al harus disteril terlebih dahulu. For hygenic reason, bahkan pisau, panci, talenan, segala peralatan masak buat makanan Al saya basuh dulu dengan air panas.
Sesempat-sempatnya, saya berusaha memberikan makanan fresh buat Al (masak sebelum saya berangkat kerja). Tapi, saya juga tetap menyediakan stok frozen food di freezer. Untuk Bahan makanan Al, terkadang saya membeli yang organik. Bilapun sulit mendapatkannya, bahan makanan lokal non organik pun tetap oke selama kualitasnya baik dan masih segar. Untuk Al, saya bakal kasih semua yang terbaik semampu saya. Sekian :)))
Si Monster Susu Mogok Nyusu
Selama ini Al adalah anak yang minum susu (ASI) dalam jumlah yang relatif banyak. Bila bayi-bayi lain menghabiskan 4-6 botol ASIP @100 cc selama ditinggal kerja 9-10 jam, Al biasa mengonsumsi 8-10 botol. Al adalah si Monster Susu.
Meski telah menghabiskan sekian banyak susu selama saya meninggalkannya, sepulang saya kerja, tanpa tedeng aling-aling, tanpa basa-basi (hahahaha.. emang bayi bisa basa-basi yak???) Al pun biasanya langsung minta untuk disusuin. "Engge...Engge.." Itu bahasa Al saat minta disusui.
Saya sendiri hanya bisa memerah dua kali sehari di kantor. Biasanya saya membawa pulang sekitar 450-500 ml ASIP untuk Al. Untungnya, saya sempat memiliki stok ASIP yang lumayan banyak, nyaris 100 botol. Stok itulah yang menolong saya dan Al untuk bisa melewati tahap ASI Ekslusif. Tapi, dengan nafsu susu Al yang sangat besar, tak heran bila tepat enam bulan usia Al, stok ASIPnya pun ludes menyisakan 4 botol saja.
Sebenarnya bukan soal stok ASIP Al yang merisaukan saya saat ini. Tapi, si Monster Susu yang paling kece sedunia itu sekarang sering mogok nyusu ketika saya meninggalkannya kerja. Hal ini mulai terjadi setelah saya kembali masuk kerja pascacuti lebaran selama 10 hari.
Saya sendiri tidak mengerti apa yang menjadi penyebabnya. Al sering menolak bahkan hingga menangis menjerit-jerit bila diberikan susu dengan media botol dot, soft spout, sendok ataupun Doidy Cup-nya.
Tapi, tidak ada masalah ketika saya menyusuinya langsung. Ketika saya libur, Al tetap "lahap" minta disusui, bahkan setelah makan. Saat saya berada di rumah, nenen tetap menjadi kegiatan favoritnya.
Apa karena Al sekarang sudah mulai mendapat makanan pendamping 2 kali sehari? Al kekenyangan? Tapi kenapa perubahan konsumsi susunya drastis sekali?
Hari pertama saya kembali masuk kerja, Al benar-benar mogok nyusu. Selama saya berada di kantor, sekitar 10 jam, Al hanya mau minum sekitar 100 cc. Selebihnya ia menangis dan marah. Ketika saya pulang kerja, ia pun langsung memandang saya dengan muka melas dan meminta engge. Huhuhu.. sedih.. Sekarang, Al yang bahkan pernah menghabiskan hampir 1 liter ASIP selama saya tinggal kerja, cuma mau meminum maksimal 300-400 ml ASIP.
Sedih dan khawatir tentunya. Walaupun Al makan lahap dan cukup banyak, namun di usianya saat ini (6 months 3 Weeks), makananan hanya sebagai pendamping, sedangkan ASI tetap yang utama. Saya khawatir berat badannya naik tidak maksimal atau bahkan menurun. I WANT MY MILK MONSTER BACK....
Tak peduli, saya harus berjuang mati-matian untuk menyediakannya ASIP, saya hanya ingin Si Monster Susu kesayanganku kembali doyan susu. Saya pernah membaca di salah satu sumber, bila bayi mengonsumsi ASIP dalam jumlah yang relatif sedikit saat ditinggal oleh sang ibu, maka ia akan mengejar sisa kebutuhannya saat disusui langsung. Is that true? Semoga memang benar. Untung saja, dengan konsumsi susu yang berkurang 50%, Al tetap aktif dan ceria. Ada yang pernah mengalami hal yang sama? Please share..
Meski telah menghabiskan sekian banyak susu selama saya meninggalkannya, sepulang saya kerja, tanpa tedeng aling-aling, tanpa basa-basi (hahahaha.. emang bayi bisa basa-basi yak???) Al pun biasanya langsung minta untuk disusuin. "Engge...Engge.." Itu bahasa Al saat minta disusui.
Saya sendiri hanya bisa memerah dua kali sehari di kantor. Biasanya saya membawa pulang sekitar 450-500 ml ASIP untuk Al. Untungnya, saya sempat memiliki stok ASIP yang lumayan banyak, nyaris 100 botol. Stok itulah yang menolong saya dan Al untuk bisa melewati tahap ASI Ekslusif. Tapi, dengan nafsu susu Al yang sangat besar, tak heran bila tepat enam bulan usia Al, stok ASIPnya pun ludes menyisakan 4 botol saja.
Sebenarnya bukan soal stok ASIP Al yang merisaukan saya saat ini. Tapi, si Monster Susu yang paling kece sedunia itu sekarang sering mogok nyusu ketika saya meninggalkannya kerja. Hal ini mulai terjadi setelah saya kembali masuk kerja pascacuti lebaran selama 10 hari.
Saya sendiri tidak mengerti apa yang menjadi penyebabnya. Al sering menolak bahkan hingga menangis menjerit-jerit bila diberikan susu dengan media botol dot, soft spout, sendok ataupun Doidy Cup-nya.
Tapi, tidak ada masalah ketika saya menyusuinya langsung. Ketika saya libur, Al tetap "lahap" minta disusui, bahkan setelah makan. Saat saya berada di rumah, nenen tetap menjadi kegiatan favoritnya.
Apa karena Al sekarang sudah mulai mendapat makanan pendamping 2 kali sehari? Al kekenyangan? Tapi kenapa perubahan konsumsi susunya drastis sekali?
Hari pertama saya kembali masuk kerja, Al benar-benar mogok nyusu. Selama saya berada di kantor, sekitar 10 jam, Al hanya mau minum sekitar 100 cc. Selebihnya ia menangis dan marah. Ketika saya pulang kerja, ia pun langsung memandang saya dengan muka melas dan meminta engge. Huhuhu.. sedih.. Sekarang, Al yang bahkan pernah menghabiskan hampir 1 liter ASIP selama saya tinggal kerja, cuma mau meminum maksimal 300-400 ml ASIP.
Sedih dan khawatir tentunya. Walaupun Al makan lahap dan cukup banyak, namun di usianya saat ini (6 months 3 Weeks), makananan hanya sebagai pendamping, sedangkan ASI tetap yang utama. Saya khawatir berat badannya naik tidak maksimal atau bahkan menurun. I WANT MY MILK MONSTER BACK....
Tak peduli, saya harus berjuang mati-matian untuk menyediakannya ASIP, saya hanya ingin Si Monster Susu kesayanganku kembali doyan susu. Saya pernah membaca di salah satu sumber, bila bayi mengonsumsi ASIP dalam jumlah yang relatif sedikit saat ditinggal oleh sang ibu, maka ia akan mengejar sisa kebutuhannya saat disusui langsung. Is that true? Semoga memang benar. Untung saja, dengan konsumsi susu yang berkurang 50%, Al tetap aktif dan ceria. Ada yang pernah mengalami hal yang sama? Please share..
18 September 2011
Potty Training
Mulai sekarang Al akan potty training! Awalnya saya sendiri tidak aware terhadap hal ini. Dalam pikiran saya, toh Al masih kecil, buang airnya pun belum terlalu banyak. Tetapi, Ibu saya selalu mengingatkan bahwa melatih anak untuk tidak pee dan pup di celana sangat penting dan harus dimulai sejak sangat dini.
Demi menyukseskan "proyek" ini, sejak minggu lalu, setiap Al bangun tidur, saya selalu membawanya ke kamar mandi dan mengajarkannya untuk pipis disana. Belum pernah berhasil. Al justru merasa bosan dan akhirnya marah karena kakinya terkena lantai kamar mandi yang dingin.
Akhirnya, terpikir untuk melatih Al pee dan poo di potty saja. Apalagi, sekarang sudah banyak yang menjual potty dengan bentuk-bentuk yang lucu. Tedeeeeengggggg, saya pun mendapatkan yang saya cari. Kebetulan ke ITC Kuningan, sekalian mampir ke Ocha Baby Shop dan menemukan potty yang lucu banget. Namanya Royal Stepstool Potty dari Fisher Price. Harganya lupa, sepertinya sih Rp 260-270 ribu.
Yang istimewa dari potty ini adalah ada efek suaranya. Jadi, ketika ada pee ataupun pup yang kena wadah penampungnya, makanya pottynya akan berbunyi. Hihihi lucu.. It's such a reward for baby. If he succesfully pee or poo, then there will be a sound effect. Dudukannya pun cukup nyaman, bisa dilepas dan dipasang di kloset biasa.
Mudah-mudahan potty training Al ini bisa berhasil.. Yoww..yoww.. semangat...!!!
Demi menyukseskan "proyek" ini, sejak minggu lalu, setiap Al bangun tidur, saya selalu membawanya ke kamar mandi dan mengajarkannya untuk pipis disana. Belum pernah berhasil. Al justru merasa bosan dan akhirnya marah karena kakinya terkena lantai kamar mandi yang dingin.
Akhirnya, terpikir untuk melatih Al pee dan poo di potty saja. Apalagi, sekarang sudah banyak yang menjual potty dengan bentuk-bentuk yang lucu. Tedeeeeengggggg, saya pun mendapatkan yang saya cari. Kebetulan ke ITC Kuningan, sekalian mampir ke Ocha Baby Shop dan menemukan potty yang lucu banget. Namanya Royal Stepstool Potty dari Fisher Price. Harganya lupa, sepertinya sih Rp 260-270 ribu.
Yang istimewa dari potty ini adalah ada efek suaranya. Jadi, ketika ada pee ataupun pup yang kena wadah penampungnya, makanya pottynya akan berbunyi. Hihihi lucu.. It's such a reward for baby. If he succesfully pee or poo, then there will be a sound effect. Dudukannya pun cukup nyaman, bisa dilepas dan dipasang di kloset biasa.
Mudah-mudahan potty training Al ini bisa berhasil.. Yoww..yoww.. semangat...!!!
02 September 2011
Dear Moms...
Seseorang belum bisa disebut sukses sebagai seorang Ibu hanya karena berhasil memberikan ASI Ekslusif kepada anaknya. Belum bisa disebut sukses sebagai seorang Ibu hanya karena berhasil menahan diri untuk tidak memberikan makanan pendamping sebelum usia anak enam bulan. Belum bisa disebut sukses sebagai seorang Ibu hanya karena berhasil meminimalisir penggunaan disposable diaper dan lebih memilih menggunakan cloth diaper berharga mahal yang sedang tren saat ini. Belum bisa disebut sukses sebagai seorang Ibu karena hanya memberikan makanan buatan rumah kepada sang anak.
Seseorang tidak gagal menjadi seorang Ibu hanya karena tidak bisa memberikan ASI dan terpaksa meminumkan susu formula kepada anak. Seseorang tidak gagal menjadi Ibu hanya karena memberikan makanan pendamping sebelum usia anak enam bulan, sementara memang sang anak sudah menujukkan tanda-tanda kesiapan untuk makan. Seseorang tidak gagal menjadi seorang Ibu karena menggunakan disposable diaper. Seseorang tidak langsung gagal menjadi seorang Ibu hanya karena tak mengerti cara membuat makanan buatan sendiri untuk bayinya, sehingga akhirnya hanya memberikan makanan instan.
Seseorang sukses atau gagal menjadi seorang Ibu bukan hanya karena hal-hal itu. Tak bisa sepintas dinilai dengan sang anak berhasil tengkurap di usia tiga bulan, bisa duduk di usia lima atau enam bulan, bisa berdiri dan belajar jalan di usia sembilan bulan. Merawat anak membutuhkan kemampuan holistik sang Ibu. Gagal atau suksesnya seseorang sebagai Ibu baru akan terlihat puluhan tahun depan, menjadi seperti apa anak yang kita rawat dan besarkan.
Seseorang akan menjadi Ibu yang sukses bila ia mau berusaha dan berjuang keras untuk memberikan segala yang terbaik bagi sang anak. Menjadi Ibu yang sukses bukan hanya karena berhasil memenuhi kebutuhan materi sang anak dan hal-hal komersil yang wara-wiri di forum ibu-ibu muda perkotaan. Lebih dari itu. Beri perhatian ekstra terhadap kesehatan sang anak, berikan nutrisi terbaik, rangsang kemampuannya, berikan apresiasi, limpahi dia dengan kasih sayang, berikan contoh yang baik, ucapkan hal-hal baik, jadilah teladan sepanjang hidup sang anak. Bila sudah melakukan hal itu, Insya Allah kita adalah Ibu yang sukses dan akan mencetak anak yang sukses lahir batin.
Seseorang tidak gagal menjadi seorang Ibu hanya karena tidak bisa memberikan ASI dan terpaksa meminumkan susu formula kepada anak. Seseorang tidak gagal menjadi Ibu hanya karena memberikan makanan pendamping sebelum usia anak enam bulan, sementara memang sang anak sudah menujukkan tanda-tanda kesiapan untuk makan. Seseorang tidak gagal menjadi seorang Ibu karena menggunakan disposable diaper. Seseorang tidak langsung gagal menjadi seorang Ibu hanya karena tak mengerti cara membuat makanan buatan sendiri untuk bayinya, sehingga akhirnya hanya memberikan makanan instan.
Seseorang sukses atau gagal menjadi seorang Ibu bukan hanya karena hal-hal itu. Tak bisa sepintas dinilai dengan sang anak berhasil tengkurap di usia tiga bulan, bisa duduk di usia lima atau enam bulan, bisa berdiri dan belajar jalan di usia sembilan bulan. Merawat anak membutuhkan kemampuan holistik sang Ibu. Gagal atau suksesnya seseorang sebagai Ibu baru akan terlihat puluhan tahun depan, menjadi seperti apa anak yang kita rawat dan besarkan.
Seseorang akan menjadi Ibu yang sukses bila ia mau berusaha dan berjuang keras untuk memberikan segala yang terbaik bagi sang anak. Menjadi Ibu yang sukses bukan hanya karena berhasil memenuhi kebutuhan materi sang anak dan hal-hal komersil yang wara-wiri di forum ibu-ibu muda perkotaan. Lebih dari itu. Beri perhatian ekstra terhadap kesehatan sang anak, berikan nutrisi terbaik, rangsang kemampuannya, berikan apresiasi, limpahi dia dengan kasih sayang, berikan contoh yang baik, ucapkan hal-hal baik, jadilah teladan sepanjang hidup sang anak. Bila sudah melakukan hal itu, Insya Allah kita adalah Ibu yang sukses dan akan mencetak anak yang sukses lahir batin.
28 August 2011
Spesialnya Enam Bulan
Akhirnya, saat yang saya tunggu-tunggu datang juga. Tepat 28 Agustus 2011, Al resmi menyandang predikat sarjana ASI Ekslusif dan siap untuk makanan solid pertamanya. Alhamdulillah. Leganya.
Walaupun perjuangan saya belum akan berhenti di sini, setidaknya ini menjadi satu langkah penting untuk kehidupan Al. Ya, saya tidak akan berhenti sampai di sini. Saya berkewajiban untuk memberikan ASI untuk Al hingga usianya setidaknya dua tahun.
Tantangan berikutnya menjadi lebih berat, selain tetap memberikan ASI/ASIP, saya berkewajiban untuk memberikan homemade food, yang pastinya tanpa tambahan gula dan garam. Insya Allah saya siap, saya bisa, dan sudah tidak sabar untuk menjalankan peran baru saya sebagai the best "Masterchef" ever untuk Al
Di usia Al yang keenam bulan, doa dan harapan terbaik tetap saya panjatkan. Semoga Al tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, tangguh, periang, dan membawa kebaikan dan kebanggaan bagi banyak orang. Amin. Amin. Amin.
Walaupun perjuangan saya belum akan berhenti di sini, setidaknya ini menjadi satu langkah penting untuk kehidupan Al. Ya, saya tidak akan berhenti sampai di sini. Saya berkewajiban untuk memberikan ASI untuk Al hingga usianya setidaknya dua tahun.
Tantangan berikutnya menjadi lebih berat, selain tetap memberikan ASI/ASIP, saya berkewajiban untuk memberikan homemade food, yang pastinya tanpa tambahan gula dan garam. Insya Allah saya siap, saya bisa, dan sudah tidak sabar untuk menjalankan peran baru saya sebagai the best "Masterchef" ever untuk Al
Di usia Al yang keenam bulan, doa dan harapan terbaik tetap saya panjatkan. Semoga Al tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, tangguh, periang, dan membawa kebaikan dan kebanggaan bagi banyak orang. Amin. Amin. Amin.
Proudly Presents...
I am a proud breasfeeding Mom...
And here he is...
Alair Altaf Irfandi, S. ASIX
A very proud breastfeed boy :))
And here he is...
Alair Altaf Irfandi, S. ASIX
A very proud breastfeed boy :))
26 August 2011
Menghitung Hari Menuju Sarjana ASIX
Horeeeee... Dua hari lagi Al lulus ASI Ekslusif dan resmi berpredikat S.ASIX. Senangnya.. Dua hari lagi saya akan menghadapi tantangan baru, yaitu menyiapkan makanan pendamping ASI (MPASI) rumahan untuk Al. Sama seperti komitmen saya untuk memberikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupan Al, untuk MPASI saya hanya akan memberikan homemade food, baik untuk makanan utama maupun cemilannya. Untuk yang satu ini, saya juga harus tegas dan tahan terhadap banyaknya godaan makanan instan yang memang jauh lebih praktis.
Semua perlengkapan MPASI telah saya siapkan, sejumlah buku resep makanan bayi telah saya beli, panduan memberikan MPASI pun sudah banyak yang saya 'lahap', berarti sekarang tinggal menunggu eksekusinya saja. Huaaaa, sudah sangat tak sabar.
Seperti panduan di wholesomebabyfood, creamy avocado alias alpukat mentega plus susu akan menjadi makanan pertama Al. Four days waiting rule (atau setidaknya tiga hari) akan saya terapkan untuk melihat apakah Al alergi atau tidak pada makanannya. Sementara, menurut panduan Wied Harry, sebaiknya sebulan pertama, bayi hanya diberikan buah saja yang lebih mudah diolah oleh pencernaan bayi. Memasuki bulan ketujuh, barulah bayi diperkenalkan dengan sayuran dan karbohidrat kompleks, seperti bubur.
Btw, menjelang enam bulan, Al kini menjadi sangat aktif. Ia sudah mulai lancar tengkurap & telentang, sudah kuat mengangkat leher dan kepala, sudah mulai merayap dan mengejar mainan, semakin cerewet dan chubby. Al juga sangat tertarik pada buku. Setiap kali saya membaca di dekatnya, ia pun akan sibuk ikut melihat bahkan berusaha merebut buku yang saya pegang. Alhamdulillah, berat Al sekarang naik menjadi 7,6 kg (per 21 Agustus 2011). Rambutnya pun sudah tumbuh lagi. Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Doakan semua berjalan lancar dan Al terus sehat...
Semua perlengkapan MPASI telah saya siapkan, sejumlah buku resep makanan bayi telah saya beli, panduan memberikan MPASI pun sudah banyak yang saya 'lahap', berarti sekarang tinggal menunggu eksekusinya saja. Huaaaa, sudah sangat tak sabar.
Seperti panduan di wholesomebabyfood, creamy avocado alias alpukat mentega plus susu akan menjadi makanan pertama Al. Four days waiting rule (atau setidaknya tiga hari) akan saya terapkan untuk melihat apakah Al alergi atau tidak pada makanannya. Sementara, menurut panduan Wied Harry, sebaiknya sebulan pertama, bayi hanya diberikan buah saja yang lebih mudah diolah oleh pencernaan bayi. Memasuki bulan ketujuh, barulah bayi diperkenalkan dengan sayuran dan karbohidrat kompleks, seperti bubur.
Btw, menjelang enam bulan, Al kini menjadi sangat aktif. Ia sudah mulai lancar tengkurap & telentang, sudah kuat mengangkat leher dan kepala, sudah mulai merayap dan mengejar mainan, semakin cerewet dan chubby. Al juga sangat tertarik pada buku. Setiap kali saya membaca di dekatnya, ia pun akan sibuk ikut melihat bahkan berusaha merebut buku yang saya pegang. Alhamdulillah, berat Al sekarang naik menjadi 7,6 kg (per 21 Agustus 2011). Rambutnya pun sudah tumbuh lagi. Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Doakan semua berjalan lancar dan Al terus sehat...
13 August 2011
Black Corner
Ya, semua memang salah saya. Al lahir dengan kondisi prematur adalah karena kelalaian saya. Ya, ini memang takdir Tuhan. Tapi, seandainya saya tidak lalai, mungkin ceritanya akan berbeda. Seandainya saya mau mengurangi sedikit aktivitas saya dan beristirahat saja, seandainya saya mengambil cuti ketika tahu air ketuban saya sudah mulai berkurang, seandainya saya tidak membandel dan meminum saja obat pengencer darah yang diberikan dokter setelah ia mendiagnosa saya mengalami pengentalan darah, seandainya saya tidak malas dan menuruti perintah dokter untuk konsultasi ke ahli hematologi, seandainya dan seandainya.
Jujur, saya masih trauma. Al lahir di usianya yang masih 33 minggu. Beratnya hanya 2,3 kg. Tubuhnya kecil. Nafasnya belum teratur. Dadanya cekung. Paru-parunya belum berfungsi sempurna. Dengan kondisi prematur, satu cobaan datang lagi, Al terkena Acinobacter. Saya sendiri tidak mengerti. Menurut penjelasan dokter, itu semacam bakteri dalam darah yang ditularkan oleh ibu kepada bayinya, baik saat kehamilan ataupun dalam proses persalinan. Acinobacter ini harus diterapi dengan antibiotik minimal selama dua minggu. Betapa iba hati saya melihat si makhluk kecil ini harus mendapat suntikan antibiotik. Saya sendiri, ibunya, baru bisa menggendong dan menyusuinya secara langsung di hari kesepuluh setelah kelahirannya.
Ya, semua sudah lima bulan lebih berlalu. Alhamdulillah. Tapi, saya masih saja ketakutan. Apakah anak saya normal? Apakah dia sesehat bayi-bayi lainnya? Kenapa dia belum bisa aktif bolak-balik tengkurap-telentang? Apa karena dia lahir prematur? Kenapa dia jarang bersuara ketika tertawa? Kenapa dia tidak seramah bayi-bayi lain? Kenapa dia belum bisa merayap dan mengejar barang seperti anak teman saya yang seumuran dengannya? Kenapa punggungnya belum terlalu tegak saat belajar duduk? Kenapa kakinya belum bisa menapak saat berdiri? Kenapa beratnya hanya 7,1 kg sementara bayi-bayi lain seusianya bisa lebih dari itu? Kenapa dan kenapa.
Saya masih saja dibayangi ketakutan dan keraguan. Saya tahu ini salah. Saya harus berhenti membanding-bandingkan anak saya dengan anak-anak lainnya. Saya harus berhenti 'cemburu' dengan perkembangan anak-anak lain. Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Tak perlu disama-samakan karena kondisinya memang berbeda, asupan gizinya berbeda, lingkungannya berbeda, stimulasinya pun berbeda.
Mulai sekarang, dunia harus tahu, saya bangga pada Al, anak saya. I will stop comparing him with other babies (There's no need, also no benefit to do that silly thing!). Saya tahu pasti Al kini tumbuh dengan sehat dan aktif. Dalam dua minggu lagi, Al akan lulus ASI Ekslusif. Meski badannya tak montok, Al juga tak bisa disebut kurus. Di beberapa bagian, Al mungkin ketinggalan dari bayi-bayi lainnya. Tapi, saya yakin, di bagian lain, Al juga memiliki keunggulannya sendiri. Harusnya saya tak perlu khawatir berlebihan.
Al lahir lebih cepat mungkin karena ia sudah tak sabar ingin melihat dan menjelajah dunia. Ia sudah tak sabar untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Yes, it happened should be for a reason. Yang harus saya lakukan sekarang adalah fokus mengerahkan seluruh kasih sayang saya untuknya, mengisi awal kehidupannya dengan penuh cinta, terus memantau dan menstimulasi perkembangan fisik dan mentalnya, mendidiknya sebaik mungkin, serta berusaha maksimal untuk menyediakan segala kebutuhannya sekarang dan masa depan.
Saya akan terus belajar untuk menjadi ibu yang terbaik bagi anak saya. Bismillah. Semoga Allah selalu menyertai setiap langkah keluarga kecil kami. Semoga Allah selalu memberikan petunjuk & pencerahan di setiap pembelajaran saya. Amin.
Jujur, saya masih trauma. Al lahir di usianya yang masih 33 minggu. Beratnya hanya 2,3 kg. Tubuhnya kecil. Nafasnya belum teratur. Dadanya cekung. Paru-parunya belum berfungsi sempurna. Dengan kondisi prematur, satu cobaan datang lagi, Al terkena Acinobacter. Saya sendiri tidak mengerti. Menurut penjelasan dokter, itu semacam bakteri dalam darah yang ditularkan oleh ibu kepada bayinya, baik saat kehamilan ataupun dalam proses persalinan. Acinobacter ini harus diterapi dengan antibiotik minimal selama dua minggu. Betapa iba hati saya melihat si makhluk kecil ini harus mendapat suntikan antibiotik. Saya sendiri, ibunya, baru bisa menggendong dan menyusuinya secara langsung di hari kesepuluh setelah kelahirannya.
Ya, semua sudah lima bulan lebih berlalu. Alhamdulillah. Tapi, saya masih saja ketakutan. Apakah anak saya normal? Apakah dia sesehat bayi-bayi lainnya? Kenapa dia belum bisa aktif bolak-balik tengkurap-telentang? Apa karena dia lahir prematur? Kenapa dia jarang bersuara ketika tertawa? Kenapa dia tidak seramah bayi-bayi lain? Kenapa dia belum bisa merayap dan mengejar barang seperti anak teman saya yang seumuran dengannya? Kenapa punggungnya belum terlalu tegak saat belajar duduk? Kenapa kakinya belum bisa menapak saat berdiri? Kenapa beratnya hanya 7,1 kg sementara bayi-bayi lain seusianya bisa lebih dari itu? Kenapa dan kenapa.
Saya masih saja dibayangi ketakutan dan keraguan. Saya tahu ini salah. Saya harus berhenti membanding-bandingkan anak saya dengan anak-anak lainnya. Saya harus berhenti 'cemburu' dengan perkembangan anak-anak lain. Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Tak perlu disama-samakan karena kondisinya memang berbeda, asupan gizinya berbeda, lingkungannya berbeda, stimulasinya pun berbeda.
Mulai sekarang, dunia harus tahu, saya bangga pada Al, anak saya. I will stop comparing him with other babies (There's no need, also no benefit to do that silly thing!). Saya tahu pasti Al kini tumbuh dengan sehat dan aktif. Dalam dua minggu lagi, Al akan lulus ASI Ekslusif. Meski badannya tak montok, Al juga tak bisa disebut kurus. Di beberapa bagian, Al mungkin ketinggalan dari bayi-bayi lainnya. Tapi, saya yakin, di bagian lain, Al juga memiliki keunggulannya sendiri. Harusnya saya tak perlu khawatir berlebihan.
Al lahir lebih cepat mungkin karena ia sudah tak sabar ingin melihat dan menjelajah dunia. Ia sudah tak sabar untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Yes, it happened should be for a reason. Yang harus saya lakukan sekarang adalah fokus mengerahkan seluruh kasih sayang saya untuknya, mengisi awal kehidupannya dengan penuh cinta, terus memantau dan menstimulasi perkembangan fisik dan mentalnya, mendidiknya sebaik mungkin, serta berusaha maksimal untuk menyediakan segala kebutuhannya sekarang dan masa depan.
Saya akan terus belajar untuk menjadi ibu yang terbaik bagi anak saya. Bismillah. Semoga Allah selalu menyertai setiap langkah keluarga kecil kami. Semoga Allah selalu memberikan petunjuk & pencerahan di setiap pembelajaran saya. Amin.
05 August 2011
...
I'm trying all my best. Soal memilih untuk bekerja atau menjadi full time mother adalah perdebatan dan pergolakan yang tidak ada habisnya. Saya memilih untuk menjalaninya saja. Ketika saya sudah tak mampu, ketika saya sudah tak sanggup, saya akan tahu bahwa sudah saatnya saya berhenti.
Sebagai seorang ibu, mendidik anak dan memberikan kehidupan yang layak adalah kewajiban mutlak. Saya ingin mengajarkan anak saya segala pelajaran terbaik tentang hidup. Tapi, di sisi sebaliknya, memiliki anak juga mendidik orang tuanya untuk menjadi figur yang lebih baik.
Al mengajarkan saya untuk berjuang, untuk berusaha yang terbaik, untuk tidak cengeng, untuk tidak menunda, untuk tidak menyia-nyiakan. Al mengajarkan saya tentang hidup. Ya, hidup harus diperjuangkan.
Ketika saya ingin Al menjadi anak yang kuat dan tangguh, maka saya pun harus lebih kuat dan tangguh. Ketika saya ingin Al menjadi anak yang cerdas dan menyenangkan, maka saya pun harus lebih pintar dan menyenangkan. Ketika saya ingin Al terus sehat dan ceria, maka saya pun harus hidup dengan lebih sehat dan ceria. Ketika saya ingin Al menjadi yang terbaik, maka saya pun harus menjadi ibu yang terbaik baginya. Insya Allah.
Sebagai seorang ibu, mendidik anak dan memberikan kehidupan yang layak adalah kewajiban mutlak. Saya ingin mengajarkan anak saya segala pelajaran terbaik tentang hidup. Tapi, di sisi sebaliknya, memiliki anak juga mendidik orang tuanya untuk menjadi figur yang lebih baik.
Al mengajarkan saya untuk berjuang, untuk berusaha yang terbaik, untuk tidak cengeng, untuk tidak menunda, untuk tidak menyia-nyiakan. Al mengajarkan saya tentang hidup. Ya, hidup harus diperjuangkan.
Ketika saya ingin Al menjadi anak yang kuat dan tangguh, maka saya pun harus lebih kuat dan tangguh. Ketika saya ingin Al menjadi anak yang cerdas dan menyenangkan, maka saya pun harus lebih pintar dan menyenangkan. Ketika saya ingin Al terus sehat dan ceria, maka saya pun harus hidup dengan lebih sehat dan ceria. Ketika saya ingin Al menjadi yang terbaik, maka saya pun harus menjadi ibu yang terbaik baginya. Insya Allah.
31 July 2011
Rambut Al
Bagi kebanyakan orang, memotong rambut mungkin hal yang biasa. Tapi, hal itu tidak berlaku bagi saya. Bukan saya yang malas memotong rambut, namun sungguh saya tidak rela membiarkan rambut anakku, Al, habis digerus alat cukur elektrik itu.
Al memang terlahir dengan rambut yang cukup lebat. Ahh, saya sungguh jatuh cinta dengan rambutnya. Saya suka membelai-belai rambut Al ketika ia sedang tertidur lelap. Saya suka menciumi rambutnya ketika ia sedang menyusu atau ketika kami sedang peluk-pelukan saat saya pulang kerja. Rambut Al halus, lurus, lembut dan wangi.
Saya sendiri memiliki rambut yang tipis, sementara papanya Al memiliki rambut tebal. Sewaktu hamil, ketika saya malas-malasan memakan bubur kacang ijo, Ibu sering mengancam "kamu mau rambut anak kamu tipis?" Setelah diancam seperti itu, saya akan langsung menghabiskan semangkuk kacang ijo itu. ;D
Ketika Al lahir, setelah saya keluar dari ruang operasi, hal pertama yang saya tanyakan ke Ibu saya "Gimana rambut bayiku? Tebal atau tipis, bu?" Ibu pun heboh bercerita bahwa anakku berambut hitam dan lebat. Alhamdulillah.
Rambut Al memang belum sempat dicukur. Sewaktu Aqiqah, pas hari ketujuh, Al masih dirawat di inkubator rumah sakit. Jadi, kami hanya memotong dua ekor kambing dan 'skip' prosesi potong rambut.
Ketika Al berusia 3 bulanan, rambut lebatnya mulai rontok. Cukup banyak. Selalu ada rambut halus Al di bantal, tempat tidur ataupun di air mandinya. Lama-kelamaan, kepala Al di bagian belakang dan depan atas mulai botak. Huhuhu. Tapi, saya belum rela membiarkan rambut wangi Al dipotong.
Sehari setelah Al pas berusia 5 bulan, saya akhirnya membulatkan tekad dan menguatkan hati untuk mencukur rambut Al di salon. Rambut Al sudah benar-benar rontok. Model rambutnya pun sudah tidak karuan lagi. Poni Al pun hilang bersama rambut rontoknya.
Rambut Al dipotong di Lutuye Salon Pejaten Village. Lima menit pertama, proses cukur rambut ini berjalan lancar. Al sangat tenang dan asyik memandangi wajahnya di kaca. Lima menit kemudian Al mulai gelisah. Al pun akhirnya menangis sekencang-kencangnya. Mungkin karena bosan atau gatal kulitnya terkena rambut. Butuh waktu sejam sampai akhirnya rambutnya berhasil dicukur botak.
Ternyata... berambut botak pun Al tetep saja lucu. Hihihihi.. Malah setelah botak, muka Al terlihat lebih bulat dan 'chubby'. Ya sudah, dalam beberapa bulan rambut Al pasti tumbuh lebat lagi.. Ahhh, ga sabar.... :)))
Al memang terlahir dengan rambut yang cukup lebat. Ahh, saya sungguh jatuh cinta dengan rambutnya. Saya suka membelai-belai rambut Al ketika ia sedang tertidur lelap. Saya suka menciumi rambutnya ketika ia sedang menyusu atau ketika kami sedang peluk-pelukan saat saya pulang kerja. Rambut Al halus, lurus, lembut dan wangi.
Saya sendiri memiliki rambut yang tipis, sementara papanya Al memiliki rambut tebal. Sewaktu hamil, ketika saya malas-malasan memakan bubur kacang ijo, Ibu sering mengancam "kamu mau rambut anak kamu tipis?" Setelah diancam seperti itu, saya akan langsung menghabiskan semangkuk kacang ijo itu. ;D
Ketika Al lahir, setelah saya keluar dari ruang operasi, hal pertama yang saya tanyakan ke Ibu saya "Gimana rambut bayiku? Tebal atau tipis, bu?" Ibu pun heboh bercerita bahwa anakku berambut hitam dan lebat. Alhamdulillah.
Rambut Al memang belum sempat dicukur. Sewaktu Aqiqah, pas hari ketujuh, Al masih dirawat di inkubator rumah sakit. Jadi, kami hanya memotong dua ekor kambing dan 'skip' prosesi potong rambut.
Ketika Al berusia 3 bulanan, rambut lebatnya mulai rontok. Cukup banyak. Selalu ada rambut halus Al di bantal, tempat tidur ataupun di air mandinya. Lama-kelamaan, kepala Al di bagian belakang dan depan atas mulai botak. Huhuhu. Tapi, saya belum rela membiarkan rambut wangi Al dipotong.
Sehari setelah Al pas berusia 5 bulan, saya akhirnya membulatkan tekad dan menguatkan hati untuk mencukur rambut Al di salon. Rambut Al sudah benar-benar rontok. Model rambutnya pun sudah tidak karuan lagi. Poni Al pun hilang bersama rambut rontoknya.
Rambut Al dipotong di Lutuye Salon Pejaten Village. Lima menit pertama, proses cukur rambut ini berjalan lancar. Al sangat tenang dan asyik memandangi wajahnya di kaca. Lima menit kemudian Al mulai gelisah. Al pun akhirnya menangis sekencang-kencangnya. Mungkin karena bosan atau gatal kulitnya terkena rambut. Butuh waktu sejam sampai akhirnya rambutnya berhasil dicukur botak.
Ternyata... berambut botak pun Al tetep saja lucu. Hihihihi.. Malah setelah botak, muka Al terlihat lebih bulat dan 'chubby'. Ya sudah, dalam beberapa bulan rambut Al pasti tumbuh lebat lagi.. Ahhh, ga sabar.... :)))
28 July 2011
Lima Bulan
Nak, sudah lima bulan usiamu. Sudah lima bulan lembar demi lembar buku hidupmu terisi. Doa Mom masih tetap sama. Semoga kamu tumbuh sehat, cerdas, tangguh, periang, jadi anak yang sholeh dan membawa kebaikan bagi banyak orang. Alairku sayang, kamu spesial dan akan tetap spesial. Semoga Allah selalu melindungimu dan memberkahi setiap nafasmu. Mom sayang Al...
25 July 2011
MPASI: Spoonfeeding vs Baby Led Weaning (BLW) Concept
Sebulan jelang pemberian MPASI pertama Al, ada hal penting yang kini terlintas di pikiran saya. Metode MPASI apa yang akan saya terapkan ke Al: Spoonfeeding ataukah Baby Led Weaning?
Menurut berbagai sumber yang saya baca, salah satunya di wholesomebabyfood, kedua konsep ini memiliki keuntungan dan kelemahannya masing-masing. Spoonfeeding concept lebih mengacu ke MPASI tradisional, yaitu kita membuatkan makanan untuk bayi, dimulai dari puree buah atau sayur yang cenderung cair, lalu bertahap menjadi lebih kental, bubur susu, berlanjut ke bubur saring, sebelum akhirnya memberikan "table food". Seperti pada umumnya, bayi pun diberikan MPASI dengan cari disuapi menggunakan sendok.
Keuntungan menggunakan metode ini, kita bisa menakar seberapa banyak makanan yang dikonsumsi bayi kita dan bisa memastikan perut bayi telah beradaptasi secara perlahan dan bertahap dengan jenis-jenis makanan yang diberikan padanya. Sementara kelemahannya, metode pemberian MPASI dengan menyendokinya ini kerapkali membuat bayi melakukan Gerakan Tutup Mulut (GTM) apabila ia sedang tidak berselera makan ataupun memang tidak suka dengan makanan yang disajikan. Bayi juga menjadi lebih lama untuk belajar makan sendiri, tanpa harus disuapi lagi.
Nah, sekarang ini muncul lah tren Baby Led Weaning (BLW). BLW mengadopsi konsep "breastfeeding as demand." Menyusui sebanyak dan selama yang bayi mau, menyusui kapan pun bayi menginginkannya. Bagi saya, konsep ini menarik dan cukup logis.
Berbeda dengan MPASI konvensional, konsep BLW tidak mengenal pemberian puree ataupun bubur. Bayi hanya diberikan makanan lembut, lalu di-mash ataupun dipotong kecil-kecil, sehingga mudah digenggam. Contohnya, wortel yang dipotong memanjang lalu dikukus hingga lembut dan siap diberikan pada bayi. Saat MPASI, bayi dibiarkan mengeksplorasi rasa dan tekstur makanannya sendiri. Bayi dibiarkan makan dengan menggunakan tangannya sendiri, tanpa perlu dibantu untuk memasukkan makanan ke mulutnya. Let your baby do all he wants. Bayi sendiri yang memutuskan kapan ia akan memulai dan berhenti makan. Kita hanya bertugas menyiapkan makanan di hadapan bayi and let him do the rest!
Banyak keuntungan menggunakan konsep BLW ini. Bayi menjadi lebih terlatih untuk menggenggam, melatih koordinasi tangan dan mulut, dan akan lebih memudahkan bayi untuk akhirnya belajar menggunakan sendok. Bayi belajar mandiri sejak awal, tak menjadi picky eater alias pilih-pilih makanan, meminimalisir GTM dan kemungkinan obesitas. Kelemahannya, kita tidak bisa menakar berapa banyak makanan yang harus dihabiskan bayi. Bagi emak-emak super higienis, konsep ini tentu saja akan menjadi a big NO! Bayangkan saja bagaimana situasinya bila bayi dibiarkan makan sendiri!
Saya sendiri belum memutuskan akan menggunakan konsep apa. Tapi, kemungkinan saya akan mencoba menggabungkan kedua konsep ini. Mungkin bisa dengan tetap memberikan puree di awal MPASI, tentu saja dengan cara disuapi. Namun, saat porsi makan Al sudah bertambah, saya akan membuat cemilan 'finger food' yang bisa digenggam dan dimakannya sendiri. Bisa atau enggaknya, yaa let see lah nanti.. hehehehe.. Cheers!
Menurut berbagai sumber yang saya baca, salah satunya di wholesomebabyfood, kedua konsep ini memiliki keuntungan dan kelemahannya masing-masing. Spoonfeeding concept lebih mengacu ke MPASI tradisional, yaitu kita membuatkan makanan untuk bayi, dimulai dari puree buah atau sayur yang cenderung cair, lalu bertahap menjadi lebih kental, bubur susu, berlanjut ke bubur saring, sebelum akhirnya memberikan "table food". Seperti pada umumnya, bayi pun diberikan MPASI dengan cari disuapi menggunakan sendok.
Keuntungan menggunakan metode ini, kita bisa menakar seberapa banyak makanan yang dikonsumsi bayi kita dan bisa memastikan perut bayi telah beradaptasi secara perlahan dan bertahap dengan jenis-jenis makanan yang diberikan padanya. Sementara kelemahannya, metode pemberian MPASI dengan menyendokinya ini kerapkali membuat bayi melakukan Gerakan Tutup Mulut (GTM) apabila ia sedang tidak berselera makan ataupun memang tidak suka dengan makanan yang disajikan. Bayi juga menjadi lebih lama untuk belajar makan sendiri, tanpa harus disuapi lagi.
Nah, sekarang ini muncul lah tren Baby Led Weaning (BLW). BLW mengadopsi konsep "breastfeeding as demand." Menyusui sebanyak dan selama yang bayi mau, menyusui kapan pun bayi menginginkannya. Bagi saya, konsep ini menarik dan cukup logis.
Berbeda dengan MPASI konvensional, konsep BLW tidak mengenal pemberian puree ataupun bubur. Bayi hanya diberikan makanan lembut, lalu di-mash ataupun dipotong kecil-kecil, sehingga mudah digenggam. Contohnya, wortel yang dipotong memanjang lalu dikukus hingga lembut dan siap diberikan pada bayi. Saat MPASI, bayi dibiarkan mengeksplorasi rasa dan tekstur makanannya sendiri. Bayi dibiarkan makan dengan menggunakan tangannya sendiri, tanpa perlu dibantu untuk memasukkan makanan ke mulutnya. Let your baby do all he wants. Bayi sendiri yang memutuskan kapan ia akan memulai dan berhenti makan. Kita hanya bertugas menyiapkan makanan di hadapan bayi and let him do the rest!
Banyak keuntungan menggunakan konsep BLW ini. Bayi menjadi lebih terlatih untuk menggenggam, melatih koordinasi tangan dan mulut, dan akan lebih memudahkan bayi untuk akhirnya belajar menggunakan sendok. Bayi belajar mandiri sejak awal, tak menjadi picky eater alias pilih-pilih makanan, meminimalisir GTM dan kemungkinan obesitas. Kelemahannya, kita tidak bisa menakar berapa banyak makanan yang harus dihabiskan bayi. Bagi emak-emak super higienis, konsep ini tentu saja akan menjadi a big NO! Bayangkan saja bagaimana situasinya bila bayi dibiarkan makan sendiri!
Saya sendiri belum memutuskan akan menggunakan konsep apa. Tapi, kemungkinan saya akan mencoba menggabungkan kedua konsep ini. Mungkin bisa dengan tetap memberikan puree di awal MPASI, tentu saja dengan cara disuapi. Namun, saat porsi makan Al sudah bertambah, saya akan membuat cemilan 'finger food' yang bisa digenggam dan dimakannya sendiri. Bisa atau enggaknya, yaa let see lah nanti.. hehehehe.. Cheers!
24 July 2011
MPASI Shopping Time
Sebulan lagi adalah momen yang penting. Al's first solid food alias MPASI (Makanan Pendamping ASI). Ga sabar euy mau ngeliat my baby boy merasakan makanan pertamanya.
Hehehe.. Al sih ga ngerti kalau ini momen yang penting buat dia. Mom aja yang heboh nyiapin 'peralatan perang' MPASI Al. Awalnya benar-benar 'buta'.Browsing sana-sini, khatam baca tread persiapan MPASI di www.wholesomebabyfood.com & Urban Mama, akhirnya punya gambaran tentang apa aja yang harus disiapin, makanan apa yang boleh dan ga boleh diberikan sesuai umurnya, hingga aneka resep makanan bayi. Dan sampailah di bagian yang paling menyenangkan... BELANJA!!! ;)
Here they are... Sebagian sudah dibeli, sebagian lagi akan dibeli, n ada juga yang masih dipertimbangkan.
1. Food Maker
Konon katanya ini perlengkapan utama untuk MPASI. Kebanyakan orang menyarankan pakai Pigeon Food Maker. Tapi, aku sendiri ga begitu suka produk-produk keluaran Pigeon. Kebetulan, waktu ke food hall Mall Kelapa Gading, nemuin Puku Petit Food Maker. Harganya Rp110 ribu saja. Lebih murah ketimbang keluaran Pigeon yang harganya berkisar RP170-230 ribu.
2. Feeding Set
Untuk feeding set, aku jatuh cinta sama IKEA Mata dan beli warna hijau (Rp70 ribu). Aku juga beli set IKEA Smaska (Rp70 ribu) dan bowls with lid dari Mothercare (Rp129 ribu). Lucu & warna-warni biar anakku semangat makannya.
3. Drinking Set
Pengennya sih Boon Squirt warna orange yang cute banget itu. Tapi, aku ingat sudah punya botol silicon by Nuby (belinya di Mothercare. Botolnya Rp 135 ribu, sendoknya Rp55 ribu). Selain itu, pengen juga beli Doidy cup. Ini untuk melatih bayi minum dari gelas. Harganya Rp85 ribu. Satu lagi, beli IKEA Smaska Training Beaker. Harganya Rp45 ribu saja.
4. Cubes
Sebenarnya naksir berat sama baby cubes tapi mahal booo.. Akhirnya beli kotak-kotak kecil di Food Hall MKG. Harganya Rp13 ribu dan Rp22 ribu. Tapi, setelah browsing, nemuin satu set IKEA Pruta warna hijau. Pastinya langsung pesan online for IDR 135 ribu.. :D Cubes ini gunanya untuk menyimpan puree di kulkas.
Hehehe.. Al sih ga ngerti kalau ini momen yang penting buat dia. Mom aja yang heboh nyiapin 'peralatan perang' MPASI Al. Awalnya benar-benar 'buta'.Browsing sana-sini, khatam baca tread persiapan MPASI di www.wholesomebabyfood.com & Urban Mama, akhirnya punya gambaran tentang apa aja yang harus disiapin, makanan apa yang boleh dan ga boleh diberikan sesuai umurnya, hingga aneka resep makanan bayi. Dan sampailah di bagian yang paling menyenangkan... BELANJA!!! ;)
Here they are... Sebagian sudah dibeli, sebagian lagi akan dibeli, n ada juga yang masih dipertimbangkan.
1. Food Maker
Konon katanya ini perlengkapan utama untuk MPASI. Kebanyakan orang menyarankan pakai Pigeon Food Maker. Tapi, aku sendiri ga begitu suka produk-produk keluaran Pigeon. Kebetulan, waktu ke food hall Mall Kelapa Gading, nemuin Puku Petit Food Maker. Harganya Rp110 ribu saja. Lebih murah ketimbang keluaran Pigeon yang harganya berkisar RP170-230 ribu.
2. Feeding Set
Untuk feeding set, aku jatuh cinta sama IKEA Mata dan beli warna hijau (Rp70 ribu). Aku juga beli set IKEA Smaska (Rp70 ribu) dan bowls with lid dari Mothercare (Rp129 ribu). Lucu & warna-warni biar anakku semangat makannya.
3. Drinking Set
Pengennya sih Boon Squirt warna orange yang cute banget itu. Tapi, aku ingat sudah punya botol silicon by Nuby (belinya di Mothercare. Botolnya Rp 135 ribu, sendoknya Rp55 ribu). Selain itu, pengen juga beli Doidy cup. Ini untuk melatih bayi minum dari gelas. Harganya Rp85 ribu. Satu lagi, beli IKEA Smaska Training Beaker. Harganya Rp45 ribu saja.
4. Cubes
Sebenarnya naksir berat sama baby cubes tapi mahal booo.. Akhirnya beli kotak-kotak kecil di Food Hall MKG. Harganya Rp13 ribu dan Rp22 ribu. Tapi, setelah browsing, nemuin satu set IKEA Pruta warna hijau. Pastinya langsung pesan online for IDR 135 ribu.. :D Cubes ini gunanya untuk menyimpan puree di kulkas.
5. Ice Tray
Ice tray itu katanya sih buat bekuin kaldu. Akhirnya nemu yang bertutup di Food Hall MKG. Harganya Rp23 ribu.
6. High chair
Item yang satu ini menurutku salah satu yang terpenting. Sejak awal, aku maunya anakku disiplin saat makan. No gendong, no sambil jalan-jalan. Awalnya naksir high chair yang juga bisa jadi meja. Tapi, suami ga setuju karena ukurannya yang besar dan makan tempat. Akhirnya beli high chair Coco Latte di Ocha Baby Shop ITCK. Ada 3 tahap ketinggian, bisa reclined jadi kayak bouncer, bisa dilipat, cushion warna coklat yang cukup empuk dari bahan oscar, dan double tray. Lumayan. Harganya Rp580 ribu.
7. Slow Cooker Takahi.
Menurut testimonial orang-orang, Takahi ini cocok banget buat working mom. Tinggal cemplung bahan-bahannya malam sebelum tidur dan keesokan paginya... Jadilah bubur lembut dan wangi dengan nutrisi yang tetap terjaga. Rencananya slow cooker ini akan dibeli menjelang Al 7 bulan. Harga Takahi 1,2 lt di Ocha Baby Shop Rp330 ribu.
8. Multifunction Sterilizer and Babycook Little Giant.
Sebenarnya sih pengen beli Avent Wasabi. Karena mahal dan takutnya hanya dipakai sebentar, akhirnya menjatuhkan pilihan pada Little Giant ini. Sepertinya sih cukup canggih, sterilizer, sekaligus warmer, steamer, blender and chopper. Benar-benar multifungsi. Belum tahu kualitasnya bagaimana, tapi dicoba dulu. Penampakannya pun not bad. Harganya Rp345 ribu saja.
9. Kitchen utensils. Rencananya beli alat-alat masak MPASI di Ace Hardware, seperti pisau, talenan, sendok kayu, dan panci kecil.
Subscribe to:
Posts (Atom)