SALAH satu pertanyaan retorikal yang muncul dalam perdebatan mengenai Afganistan, adalah masalah di Somalia dan Yaman. Kedua negara tersebut juga dikenal sebagai kamp pelatihan dan kader al-Qaeda. Jika perlu menenangkan Afganistan untuk melindungi keamanan AS, apakah AS juga harus ikut campur di Somalia dan Yaman?
Somalia menjadi sekolah dari teroris al-Qaeda. Menurut sebuah laporan, milisi Islam radikal Somalia, dikenal sebagai al-Shabab, telah mengirim lusinan warga Amerika Somalia ataupun Muslim Amerika untuk mengikuti pelatihan yang digelar oleh al-Qaeda. Namun, beberapa ahli masih mempertanyakan apakah kepemimpinan Taliban masih menjalin hubungan dengan al-Qaeda.
Dalam kasus Somalia, tak ada pertanyaan lagi. Al Shabab baru-baru ini mengirimkan sebuah video mengenai janji kesetiannya terhadap al-Qaeda. Video itu menampilkan seorang juru bicara asal Amerika yang memperlihatkan seorang mantan mahasiswa di Universitas South Alabama sedang berada di kamp pelatihan.
Al-Shahab mungkin tidak berniat meluncurkan serangan terhadap AS, hanya saja kelompok ini mengajak sejumlah pemegang paspor AS untuk ikut dalam misi al-Qaeda. AS tidak mengabaikan ancaman ini. Yang dibutuhkan saat ini adalah upaya pelengkap untuk meningkatkan kapasitas pemerintah Somalia dan tentaranya, sehingga mereka dapat menyingkirkan al-Shabab dan memperluas otoritasnya di seluruh Somalia.
Menlu AS Hillary Clinton baru-baru ini bertemu dengan Presiden Somalia Sharif Ahmed. Hillary mengatakan pemerintahan Islam moderat merupakan harapan terbaik untuk mengembalikan stabilitas di Somalia. Washington juga menjadi donor makanan dan bantuan kemanuasiaan di sana. Namun, Ahmed menegaskan bahwa ia juga sangat membutuhkan dukungan militer dan ekspansi pasukan penjaga keamanan PBB.
Pemerintah AS kini masih meninjau situasi di Somalia. Ini merupakan persoalan sulit, karena selama 20 tahun, negara ini tidak memiliki pemerintahan nasional. Somalia tak bisa diabaikan oleh AS dan mitra-mitranya. Seperti di Afganistan sebelum 2001, ancaman dari organisasi teroris dan serangan potensialnya di Afrika terus meningkat. Pelajaran dari serangan 11 September 2001 adalah bahwa mereka harus dilawan dengan agresif.
Astri Ihsan/Washington Post
No comments:
Post a Comment