Ardiansyah Ersyad Irfandi Ihsan. Seorang adik kecil, si bungsu, anak lelaki satu-satunya di keluarga kami. Ardi adalah anak lelaki yang sangat manis. Dia adalah doa, dia adalah harapan. Semua orang sayang pada Ardi. Badannya sekal, tidak terlalu gemuk dan tentu tidak bisa dibilang kurus, rambutnya hitam, lurus dan banyak, kulitnya putih dan bersih. Ardi sama sekali bukan anak yang nakal. Tapi, setiap pulang sekolah, seragamnya selalu kotor karena bermain panjat-panjatan di arena main sekolah. Dia sering sekali menghabiskan uang jajannya untuk seminggu dalam sehari saja. Bukan untuk jajan, tapi ia membagi-bagikannya pada teman-temannya.
Saya masih ingat bagaimana dia meliuk-liukkan badannya, mengangkat tangan dan satu kakinya lalu berdansa 'Sarez Rotchil', saya masih ingat bagaimana dia mati-matian belajar menghafal puisi, saya masih ingat sayur kesukaannya adalah labu, buahnya jeruk dan semangka, saya masih ingat tulisan cakar ayamnya, saya masih ingat bagaimana dia bersusah payah membuat garis dengan mistar namun tidak pernah bisa lurus, saya masih ingat bagaimana dia berteriak-teriak ketika anjing kami, si Tesa, mengejarnya di halaman rumah, saya masih ingat betapa dia yang selalu memetik melati dari halaman rumah dan ditaruh di kantongnya untuk diberikan kepada saya saat kami bertemu di sekolah.
Adik kecilku dan itu sudah belasan tahun berlalu. Hari ini, 1 Desember, seharusnya jadi perayaan ulang tahunmu. Bila jalan ceritanya sedikit berbeda, mungkin Ardi sekarang sudah tumbuh menjadi anak muda yang tampan, yang sedang sibuk dengan kuliah dan pacarnya. Tapi takdir berkata lain. Ardi pergi ke tempatnya berasal, ke tempat di mana kita semua akan kembali. Ardi, adik kecilku yang manis, adik kecilku sayang, rest in peace. Sayang dan rindu ini masih selalu tersimpan untukmu. (1 Des 1989-25 Mei 1997)
manis :)
ReplyDeleteHappy milad ya, barakah ^^
ReplyDeletesaya masih ingat ardi dia sekelas sama adekku firdan sewaktu sd, jd ingat waktu itu dapat kabar dari ibu, jangan pernah berhenti doakan ardiyak :)
ReplyDelete