Sebuah pesawat perang Amerika Serikat (AS) menembakkan misil yang menewaskan setidaknya 12 orang di wilayah barat laut Pakistan, Rabu (1/4). Misil tersebut tepat menghantam markas besar kelompok militan Taliban. Taliban pun mengancam akan melakukan pembalasan dengan menyerang Washington, termasuk Gedung Putih.
"Kami akan segera melakukan serangan di Washington yang akan membuat semua orang di dunia takjub," kata pemimpin Taliban, Baitullah Mehsud.
Sebelumnya, Mehsud mengaku bahwa Taliban bertanggung jawab atas serangkaian serangan, termasuk terhadap tim kriket nasional Sri Lanka dan akademi polisi di Lahore. Pemerintah Pakistan sendiri dan CIA menudingnya sebagai dalang di balik pembunuhan mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto pada Desember 2007, dan sejumlah serangan bom bunuh diri.
Sementara terkait dengan serangan akademi polisi, Senin (30/3) lalu, Menteri Dalam Negeri Pakistan Rahman Malik mengatakan bahwa menurut hasil investigasi awal, serangan tersebut merupakan konspirasi dari Waziristan Selatan, basis kuat Mehsud. Malik mengatakan bahwa kelompok jaringan Al Qaeda, Lashkar-e-Jhangvi, juga ikut memainkan peran.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Gordon Durguid menyatakan belum mendapat laporan apa-apa mengenai ancaman Mehsud. Duguid mengatakan akan mencermati lagi ancaman tersebut.
FBI sendiri tampaknya tidak mau terlalu ambil pusing dengan ancaman terbaru Taliban ini. Juru bicara FBI Richard Kolko mengatakan bahwa biro tersebut tidak melihat ancaman spesifik dalam waktu dekat ini yang diarahkan pada AS.
"Dia telah membuat ancaman serupa kepada AS dulu," kata Kolko.
Sementara itu, senator senior AS dari Partai Demokrat, Carl Levin mengungkapkan keraguannya terhadap rencana bantuan ekonomi AS untuk Pakistan. Menurutnya, bantuan ekonomi tidak bisa membeli stabilitas di Pakistan. Pemerintah Pakistan sendiri harus membuktikan keseriusan memberantas terorisme dan kelompok ekstremis di wilayahnya.
"Jika kita bisa membeli stabilitas, maka saya akan membelinya. Namun, saya tidak berpikir kita bisa membeli dukungan Pakistan," katanya.
Menurutnya, Pakistan harus mengubah paradigma lamanya yang melihat persoalan teroris sebagai bagian dari kepentingan AS dan Afganistan saja. Levin mengungkapkan bahwa Pakistan harus melihat perjuangan melawan operasi militas di perbatasan dengan Afganistan sebagai kepentingannya sendiri.
Astri Ihsan/Reuters/AP/AFP
No comments:
Post a Comment