Dunia terus menekan Korea Utara (Korut) untuk menghentikan rencana peluncuran roketnya yang dijadwalkan berlangsung pada 4-8 April mendatang. Korea Selatan (Korsel), Jepang, Amerika Serikat (AS), maupun Inggris menegaskan bahwa peluncuran roket tersebut merupakan pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB, meski yang diluncurkan hanyalah satelit komunikasi.
“Apakah itu sebuah satelit atau sebuah misil, tetap saja itu merupakan pelanggaran terhadap sanksi PBB,” demikian diungkapkan Departemen Luar Negeri Korsel, Rabu (1/4).
“Kami menganggap ini sebagai sebuah pelanggaran resolusi dan hukum internasional,” diungkapkan secara terpisah oleh Departemen Luar negeri Jepang.
Perdana Menteri Jepang Taro Aso mengatakan bahwa dia siap mendukung hukuman yang akan dikeluarkan DK jika Korut meluncurkan roket. Jepang telah mengerahkan kapal perang dan interseptor misilnya di pesisir utara, yang akan menembak bagian roket apa pun yang melintasi area tersebut, demi melindungi teritorinya, namun tidak bermaksud untuk menembak roket itu sendiri.
Korut pun tampaknya “panas” dengan ancaman Jepang. Seperti dilansir Reuters dari Agen Pusat Berita Korut (KCNA), pemerintah Korut menegaskan jika Jepang mencoba untuk mengganggu satelit tersebut, maka tentara Korut akan menganggap bahwa Jepang mau memulai perang. Korut mengancam akan menghancurkan semua alat interseptor dengan perlengkapan militernya yang paling canggih.
Di Belanda, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengancam Korut akan menghadapi konsekuensi DK PBB jika peluncuran roket itu benar-benar dilakukan. Hillary pun menyatakan dukungannya terhadap rencana Jepang untuk menembak apa pun bagian roket Korut yang melintas di teritorinya. Hillary mengatakan bahwa Jepang memiliki hak untuk melindungi dan mempertahankan teritorinya dari peluncuran roket.
Dua alat penghancur AS telah diberangkatkan dari Korsel untuk memonitor peluncuran roket. Korsel juga telah menyebarkan alat penghancur Aegis-nya. Korut menuding bahwa AS dan Korut telah melakukan sekitar 190 penerbangan mata-mata di wilayah teritorinya sejak Maret ini, termasuk melintas di lokasi peluncuran, pesisir timur laut.
“Tentara kami akan dengan kejam menembak pesawat pengintai AS jika mereka mengganggu teritori dan mencampuri persiapan peluncuran satelit damai kami,” demikian diungkapkan KCNA.
Sementara, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown dalam pertemuannya dengan Presiden Korsel Lee Myung Bak di sela-sela pertemuan G20 di London, Selasa (31/3), berjanji akan mengambil langkah atas tindakan Korut yang melanggar resolusi PBB.
AS, Jepang, dan Korsel memang tampak sangat yakin bahwa Korut tidak sekadar merencanakan peluncuran satelit komunikasi ke orbit. Ketiganya yakin bahwa peluncuran satelit komunikasi tersebut hanyalah dalih menutupi uji coba nuklir jarak jauh, Taepodong-2.
Korut memang masih berada di bawah sanksi PBB, yang melarang negara komunis tersebut melakukan aktivitas misil apa pun dan perdagangan senjata penghancur massal, setelah kegagalan Korut dalam uji coba Taepodong-2 pada Juli 2006 lalu.
Astri Ihsan/AP/Reuters
No comments:
Post a Comment