Setelah dikudeta dan diasingkan ke Kosta Rica oleh prajuritnya sendiri akhir pekan lalu, Presiden Honduras Manuel Zelaya kemarin (30/6) berjanji akan segera kembali ke tanah airnya. Zelaya mengundang para pemimpin dari Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) untuk menemaninya pulang pada Kamis (2/7) mendatang.
“Saya akan ke Tegucigalpa Kamis nanti. Saya presiden terpilih, dan saya akan memenuhi masa jabatan empat tahunku,” kata Zelaya seusai menghadiri pertemuan OAS di Managua, ibukota Nikaragua, seperti diungkap Al Jazeera.
Zelaya berani bersuara lantang setelah mendapat banyak dukungan dari negara-negara di Amerika. Mulai dari mitra dekatnya, Presiden Venezuela Hugo Chavez, hingga Presiden Amerika Serikat Barack Obama, yang menyatakan kecaman keras atas aksi kudeta tersebut.
“Kami yakin bahwa kudeta merupakan hal yang tidak sah dan Presiden Zelaya tetap menjadi presiden yang terpilih secara demokratis di sana,” kata Obama.
“Akan menjadi preseden yang sangat buruk jika kita mulai bergerak ke belakang menuju era di mana kita melihat kudeta militer sebagai sebuah alat transisi politik ketimbang demokratis.”
Para pemimpin OAS meminta kedudukan sah dan diakui oleh dunia di Honduras dikembalikan ke Zelaya. Sejumlah negara telah menarik duta besar mereka dari Honduras. Negara-negara Amerika Tengah menyatakan akan menghentikan sementara perdagangan dengan Honduras. Chaves menyatakan akan menghentikan penjualan minyak murah ke negara pengekspor kopi tersebut.
Konflik internal berujung kudeta ini dimulai dari pertikaian mengenai referendum yang seharusnya akan digelar Zelaya pada akhir minggu lalu. Oleh sebagian pihak, termasuk militer, kongres, dan Mahkamah Agung, referendum tersebut dianggap sebagai upaya Zelaya untuk memperpanjang masa jabatannya saja. Saat ini Honduras dipimpin oleh presiden sementara, Roberto Micheletti, hingga masa jabatan Zelaya berakhir pada Januari tahun depan.
Hanya beberapa jam sebelum dilakukannya pemungutan suara referendum, Minggu (28/6) pagi lalu, rumah Zelaya pun dikepung oleh militer. Dengan mendobrak pintu dan mengeluarkan tembakan, sejumlah prajurit mengusir paksa Zelaya, yang ketika itu hanya mengenakan piyama, dan menerbangkannya ke Kosta Rika.
Tak lama berselang, Micheletti pun diambil sumpah untuk menggantikan Zelaya. Ketua kongres yang separtai dengan Zelaya itu mengatakan bahwa mereka tidak melakukan kudeta, melainkan aksi yang telah sesuai hukum dan mendapat persetujuan dari Mahkamah Agung.
Sementara itu, situasi Tegucigalpa, ibukota Honduras pun rusuh. Meski jam malam diberlakukan selama 48 jam sejak Minggu, sekitar 1.500 pendukung Zelaya, tetap turun ke jalan dengan memakai topeng dan membawa tongkat pemukul. Mereka akhirnya bentrok dengan aparat keamanan pada Senin (29/6) lalu.
Para pemrotes mengejak prajurit, membakar ban di jalan, serta menutup gerbang menuju istana kepresidenan. Aksi tersebut dibalas dengan sempotan gas air mata oleh pasukan militer. Namun, situasi ibukota dilaporkan cukup tenang kemarin. Militer menjaga dan berpatroli ketat di berbagai sudut jalan.
Astri Ihsan/Reuters/AP/BBC/Al Jazeera
No comments:
Post a Comment