WARGA Palestina dipastikan kini berada dalam situasi krisis, lagi-lagi karena ulah Israel. Menurut laporan Amnesty Internasional, Israel menolak akses warga Palestina untuk mendapatkan suplai air bersih. Padahal untuk pemukim Israel yang menduduki Tepi Barat, pemerintah Israel memberikan suplai hampir tanpa batas.
Dalam laporan setebal 112 halaman, seperti dikutip AFP, Senin (26/10), Amnesty mengatakan bahwa rata-rata konsumsi air untuk warga Palestina mencapai 70 liter per hari, namun di lapangan, mereka biasanya hanya bisa mendapatkan 20 liter air, atau sama dengan jumlah minimum yang disyaratkan dalam situasi darurat kemanusiaan.
Sementara warga Israel bisa menggunakan air bersih hingga 300 liter per harinya. Amnesty mengatakan bahwa Israel juga melarang warga Palestina untuk menggali sumur, menampung dalam tangki air, serta menolak akses warga Gaza mendapatkan material-material bangunan yang dibutuhkan untuk merenovasi sistem pengairan yang rusak.
“Kolam renang, halaman rumput yang disirami dengan baik, pertanian dengan irigasi besar berada di permukiman Israel, berdiri kontras di sebelah desa-desa Palestina yang penduduknya berjuang bahkan hanya untuk memperoleh kebutuhan air domestik mereka,” ungkap laporan Amnesty berjudul: Troubled waters - Palestinians denied fair access to water, seperti dikutip Al Jazeera.
Padahal para pemukim Israel bisa menikmati kolam renang dan kebun-kebun yang subur menghijau. Israel menggunakan lebih dari 80 persen air dari Gunung Aquifer, salah satu dari beberapa sumber air bawah tanah di Israel, namun hanya satu-satunya sumber air di Tepi Barat.
“Air adalah suatu kebutuhan dasar dan sebuah hak, namun bagi warga Palestina, mendapatkan air bahkan dengan kualitas buruk dan kuantitas sekadarnya saja telah menjadi sebuah kemewahan yang hampir tidak bisa mereka dapatkan,” kata Donatella Rovera dari Amnesty Internasional, dilansir BBC.
Rovera mengungkapkan bahwa situasi air di Gaza kini telah mencapai titik krisis, dengan 90 hingga 95 persen suplai air telah terkontaminasi dan tak layak untuk dikonsumsi manusia.
“Israel harus mengakhiri kebijakan diskriminasinya, dan segera mengangkat semua restriksi yang diberlakukan pada akses air warga Palestina,” tambahnya.
Ia meminta Israel untuk bertanggung jawab mengatasi persolan yang diciptakannya itu dengan mengizinkan warga Palestina untuk mendapatkan pembagian yang adil dari sumber-sumber air.
Menanggapi laporan ini, Israel pun balik meluncurkan serangan. Juru bicara pemerintah Israel Mark Regev mengatakan bahwa laporan itu secara faktul tidak akurat. Regev menuding warga Palestina tidak bisa mengatur sumber-sumber air. Ia juga menolak klaim bahwa Israel melarang warga Palestina menggali sumur.
Menurutnya, Israel telah menyetujui 82 proyek pengeboran, namun hanya 26 di anataranya yang dikerjakan oleh warga Palestina. Regev menuding warga Palestina gagal memenuhi syarat daur ulang air, serta tidak bisa mendistribusikan air dengan efisien.
Astri Ihsan/AFP/BBC/Al Jazeera
No comments:
Post a Comment