4 Oktober 2010
Kacamata plastik buatan Jepang itu kini teronggok begitu saja di atas kotak riasku. Aku menggeleng-geleng. Suamiku..suamiku.. Sebelumnya, kami telah berkeliling ke beberapa Sogo untuk mencari kacamata itu. Katanya, kacamata itu berguna untuk melatih mata yang minus agar bisa lebih fokus dalam melihat. Saya sendiri belum pernah melihat kacamata itu sebelumnya. Suamiku bilang, kacamata itu biasanya ada di tempat pernak-pernik impor dari Jepang. Beberapa kali kami mencarinya, tidak ketemu.
Awalnya, suamiku pernah sekali melihat kacamata itu di Sogo, tapi saat itu tak langsung dibelinya. Katanya harganya Rp25 ribu. Suatu saat, dia melihat kacamata serupa tapi di Century, harganya Rp300 ribu. Sejak itu, dia seperti terobsesi untuk mencari kacamata itu. Setiap kali kami mencari dan tak menemukannya, dia cemberut. Mukanya ditekuk. “Harusnya waktu itu langsung aku beli aja,” gerutunya.
Setelah beberapa kali pencarian, akhirnya kami menemukan kacamata idamannya tersebut. Tepatnya di Sogo Mall Kelapa Gading. Sungguh di luar bayanganku. Ternyata kacamata yang dicarinya itu jelek sekali. Kacamata hitam terbuat dari plastik, tak ada kacanya, hanya plastik dengan bolongan-bolongan kecil di bagian depannya. Aku tersenyum-senyum melihatnya. Dia pun dengan puas membayar kacamata aneh itu di kasir, harganya Rp32 ribu.
Sesampainya di rumah, suamiku langsung memakai kacamata itu untuk menonton televisi. Terlihat aneh, di rumah tetapi memakai kacamata hitam. “Wah, emang lebih jelas nih kalo nonton pake kacamata ini,” katanya semangat dan berkali-kali diulangnya kalimat itu. Saya pun sempat mencobanya, bukannya fokus, pandanganku justru berbayang.
Setelah lebih sebulan membeli, sekarang aku yakin, kacamata Jepang itu hanya obsesi tak jelasnya. Tak lebih dari tiga kali dia memakai kacamata itu untuk menonton televisi. Dan seperti yang tadi kubilang, kacamata itu kini teronggok begitu saja di atas kotak riasku. Tapi, aku tak pernah menyalahkannya. Aku justru mencintai dia karena semangatnya, obsesinya yang menggebu-gebu, cueknya, ketenangannya.
Yah, biarkan sajalah kacamata Jepang itu teronggok begitu saja. Toh, aku juga tak tahan bila melihatnya mondar-mondir di rumah dengan kacamata hitam plastik itu. ^_^’
No comments:
Post a Comment